Kubu Aneuk Manyak (KAM) #2: Tragedi Berdarah di Ujung Negeri Pidie

 
Kubu Aneuk Manyak (KAM) #2: Tragedi Berdarah di Ujung Negeri Pidie

LADUNI. ID,  SEJARAH- Saat itulah terjadi pembaharuan antara masyarakat Pantai Selatan dengan Pesisir Timur Aceh. Banyak masyarakat yang menjalin ikatan rumah tangga di antara kedua daerah tersebut dengan melahirkan keturunan.


Inilah kisah singkat seorang Laki-laki yang bernama Tengku Murhaban, asal Meulaboh (gampÙng asal tak diketahui) melakukan perjalanan panjang ketika menyusuri pendakian di kaki gunung itu. Sekitar tahun 1932, beliau menikahi seorang dara bernama Maisarah, asal Geumpang Keumala, Pidie. 

Hasil perkawinan itu, mereka dikaruniai seorang bayi laki-laki yang menurut kisah sangat tampan. Ketika si kecli masih berusia 4 tahun, Ibunya, Maisarah, meninggal dunia. Sejak itu, si kecil hanya memiliki satu-satunya pelipur lara dan pengobat duka, yakni ayahanda tercinta, Murhaban.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN