Kubu Aneuk Manyak (KAM) #3: Terungkapnya Aktor di Balik Misteri Pembunuhan KAM

 
Kubu Aneuk Manyak (KAM) #3: Terungkapnya Aktor di Balik Misteri Pembunuhan KAM

LADUNI. ID,  SEJARAH- Waktu terus berlalu dan dengan penuh rasa hormat, Murhaban memohon untuk bermalam di rumah orang yang paling disegani oleh masyarakat itu. Keesokan harinya, mereka bertiga kembali pamit untuk melanjutkan perjalanan semula, dengan menenteng ìbu kulahî (nasi bungkus pakai daun pisang). 

Namun, entah bagaimana kelanjutannya, sahabat yang setia menemani itu sekitar dua hari berselang, tiba-tiba bergegas kembali pulang ke GampÙng Bangkeh, sekaligus untuk kedua kalinya berjumpa dengan Geuchik Daud. Mereka sempat berbincang dengan warga setempat.


Sang sahabat tadi mengaku tak dapat melanjutkan perjalanan menemani Murhaban, karena terserang demam tinggi. Dia mengatakan khawatir penyakit yang dideritanya akan bertambah parah hingga diputuskan hari itu juga meninggalkan Gampong Bangkeh. Selanjutnya, dia meyebutkan perlu berobat ke Pidie.


Keesokan harinya, kawasan Geumpang yang dilalui Murhaban dan anaknya didatangi segerombolan serdadu Belanda. Setiba di Gampong Bangkeh, mereka menanyakan kepada Geuchik setempat, apakah dalam beberapa hari terakhir ini ada masyarakat yang melintas di jalan tersebut. 

Pasalnya, serdadu Belanda itu menemukan dua mayat terbujur kaku, tergeletak di kawasan Neungoh Ukheue Kayee (Pendakian Akar Kayu), yang merupakan korban penganiayaan. Tubuh kedua mayat tersebut tercabik-cabik dengan kondisi mengenaskan.

M. Daud, atas perintah Ulee Balang, langsung memerintahkan masyarakat Bangkeh mengecek kebenaran berita tersebut. Setelah didalami dan ditelusuri dengan sesakma, ternyata dua mayat dimaksud adalah Tgk. Murhaban dan anaknya yang berusia 4 tahun. ìLehernya digorok, tubuhnya tercabik-cabik terkena sayatan senjata tajam. 

Akhirnya keduanya dikebumikan dalam satu lobang, mengingat sudah membusuk dan tragis sekali nasibnya. Ini Jelas-jelas akibat penganiayaan,î ungkap warga kala itu kepada M. Daud.

Keterangan tersebut dilaporkan pada Ulee Balang untuk selanjutnya dilakukan penyelidikan. Hasil informasi yang digali dan dikumpulkan dari beberapa warga yang melihat terakhir kalinya almarhum, disimpulkan bahwa yang melakukan pembunuhan adalah sahabat Murhaban sendiri.

Di bawah perintah Ulee Balang, kemudian sahabat yang menemani pengusaha kaya raya itu akhirnya ditangkap. Hasil interogasi aparat gampÙng setempat, orang tersebut mengakui telah membunuh Murhaban dan anaknya untuk memperoleh harta benda yang dibawa saudagar itu. Tersangka pun dijatuhi hukuman berdasarkan hukum adat kala itu.

Atas dasar itu, masyarakat setempat meyakini kuburan tersebut merupakan ìmakam keramatî, karena yang menjadi korban dalam peristiwa pembunuhan itu adalah seorang bocah yang tak berdosa.

Demikian sejarah singkat tentang asal-usul Kubu Aneuk Manyak yang kini menjadi histori di kawasan Neungoh Ukheue Kayee, Gampong Bangkeh. Sejarah ini ditulis sesuai sumber dari pemangku adat Kecamatan Geumpang, Kabupaten Pidie.

Masyarakat setempat pun akhirnya mengambil sejarah itu untuk dijadikan nama Dusun Kubu Aneuk Manyak, Gampong Tungkop, Kecamatan Sungai Mas, Aceh Barat. Hal ini dilakukan guna mengenang kisah heroik di masa lampau tentang daerah tersebut. 

Bahkan, di samping makam keuramat dibangun sebua musalla yang diberi nama Al-Muhajirin, sebagai tempat beribadah bagi para pengguna jalan yang singgah di sana. Kebanyakan mereka yang singgah di sana tatkala libur sekolah, sebab banyak mahasiswa dari Banda Aceh yang pulang ke Meulaboh, Abdya, Aceh Selatan, dan sekitarnya melewati jalan tersebut.

Kini tempat tersebut semakin ramai dilalui oleh masyarakat yang melintasi jalan tersebut dan saban yang lewat tidak luput yang menziarahi situs sejarah yang terukir dalam kenangan juga memiliki nilai destinasi wisata.

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi Penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga 

Sumber: acehprov.go.id