Gus Abdul Hamid Wahid: Tuhan Selalu Ada pada Hati Kita, dalam Keadaan yang Paling Berat Sekalipun

 
Gus Abdul Hamid Wahid: Tuhan Selalu Ada pada Hati Kita, dalam Keadaan yang Paling Berat Sekalipun

LADUNI.ID - Suatu ketika, ada sebuah kapal yang tenggelam diterjang badai.Semuanya porak poranda. Tak ada awak yang tersisa, kecuali satu orang yang berhasil mendapatkan pelampung. Namun, nasib baik belum berpihak pada pria ini. Dia terdampar pada sebuah pulau kecil tak berpenghuni, sendiri, dan tak punya bekal makanan. Dia terus berdoa pada Tuhan untuk menyelamatkan jiwanya.

Setiap saat, dipandangnya ke penjuru cakrawala, mengharap ada kapal yang datang merapat. Sayang, pulau ini terlalu terpencil. Hampir tak ada kapal yang mau melewat-inya. Lama kemudian, pria ini pun lelah untuk berharap. Lalu, untuk menghangatkan badan, ia membuat perapian, sambil mencari kayu dan pelepah nyiur untuk tempat-nya beristirahat. Dibuatnya ruman-rumahan, sekedar tempat untuk melepas lelah.

Disusunnya semua nyiur dengan cermat, agar bangunan itu kokoh dan dapat ber-tahan lama. Keesokan harinya, pria malang ini mencari makanan. Dicarinya buah-buahan untuk penganjal perutnya yang lapar. Semua pelosok dijelajahi, hingga ke-mudian, ia kembali ke gubuknya.

Namun, ia terkejut. Semuanya telah hangus terbakar, rata dengan tanah, hampir tak bersisa. Gubuk itu terbakar, karena perapian yang lupa dipadamkannya. Asap mem-bubung tinggi dan hilanglah semua kerja kerasnya semalam.

Pria ini berteriak marah, "Ya Tuhan, mengapa Kau lakukan ini padaku.
Mengapa?… Mengapa?". Teriaknya melengking menyesali nasib.
Tiba-tiba…terdengar peluit yang ditiup. Tuittt…..tuuitttt.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN