Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga #4: Melahirkan Banyak Ulama Kharismatik dan Sang Oasis Dayah  Nusan

 
Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga #4: Melahirkan Banyak Ulama Kharismatik dan Sang Oasis Dayah  Nusan

LADUNI.ID, PESANTREN- Abon Aziz Samalanga Al-Mantiqi sangat gigih dan berjuang sepenuhnya demi kemajuann dayah MUDI. Wajar tentunya hingga akhrinya, banyak murid beliau yang kembali dalam masyarakat menjadi pimpinan dayah dan ulama besar seperti; Teungku Kasem TB (Pimpinan Dayah Darul Istiqamah, Bireuen), Teungku Basyah Teunom, alm Abu Ibrahim Bardan (Abu Panton), Abu H. M. Daud (Abu Leung Angen) Pimpinan Dayah Darul Huda, Lhoknibông, Abu H. Usman Ali (Abu Kuta Kreung) Pimpinan Dayah Madinatul Munawwarah, Ulée Glée. Drs. Tgk. H. Razali Muhammad Syah (alm) yang pernah menjadi ketua MPU Aceh. Teungku H. Ibrahim Ishak (Pimpinan Dayah BUDI Lamno).

Teungku H. Ismail Caleu, (Pimpinan Dayah di Tungkop), Pidie. Teungku A. Manaf (Pimpinan Dayah al- Muna) Alue Lhok, Aceh Timur. Teungku Ishak Lamkawe (Abu Lamkawe), pimpinan Dayah Baldatul Mubarrakah di Lamkawe, Kembang Tanjung, Pidie. Teungku Marzuki Abdul Ghani (Waled Jakarta), Pimpinan Dayah MUDI Mekar Jakarta.

Teungku. H. Mukhtar Luthfi Seulimum (Abon Seulimum) Pimpinan Dayah Ruhul Fata Seulimum, Aceh Besar, Teungku H. Nuruzzahri (Waled Nu Samalanga), pimpinan Dayah Ummul Aiman Mesjid Raya Samalanga, Tgk H. M Yusuf A Wahab Jeunieb (Tu Sob Jeunib), pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Bireuen. Prof. Dr. Tgk. Hasballah Thaib, MA, serta banyak lainnya yang telah menjadi tokoh-tokoh besar tingkat Aceh maupun Nasional yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Setelah Abon Aziz Samalanga wafat, dengan hasil kesepakatan alumni; dayah tersebut dipimpin oleh salah seorang menantunya yaitu Teungku H. Hasanoel Bashry H. Gadeng atau lebih akrab dikenal dengan Abu Mudi. Di masa kepemimpinannya, dayah Mudi Mesra terus bergerak secara dinamis dalam perubahan zaman.

Selama kepemimpina Abu Mudi, dayah Ma’hadal ‘Ulum Diniyah Islamiayah telah menarik simpati masyarakat Samalanga dan sekitarnya untuk memberikan pendidikan anak-anak mereka ke dayah tersebut, sehingga murid-murid yang baru mendaftar di dayah itu melebihi dari kapasitas asrama yang tersedia. Setiap santri baru yang tiba di dayah itu mesti menumpang pada asrama temannya yang telah duluan menjadi santri di dayah tersebut.

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi Penggiat Literasi Asal Aceh