Tarekat Naqsyabandiah #6: Syekh Muhammad Waly Al- Khalidy Pelopor Tarekat Naqsyabandiah Aceh

 
Tarekat Naqsyabandiah #6: Syekh Muhammad Waly Al- Khalidy Pelopor Tarekat Naqsyabandiah Aceh

LADUNI.ID, TASAWUF- Syekh Muhammad Waly al- Khalidy berhasil menyebarluaskan tarekat ini dengan dibantu oleh sejumlah murid dan anak beliau yang sudah mendapat ijazah dari beliau untuk menyebarkan tarekat ini. Sepeninggal al-marhum Abuya Syekh Muda Waly.

Sekian lamanya menuntut ilmu di negeri Haramain tersebut. Akhirnya beliau pulang ke tanah air. Syekh Haji Muda Waly sekembali dari menunaikan ibadah haji, mengambil Tarekat Naqsyabandiyah pada seorang ulama besar tarekat Naqsyabandi yaitu Syekh Haji Abdul Ghani Al-Kamfari di Batu Basurek, Kampar Sumatera Barat. Beliau juga mengembangkan tarekat tersebut di tanah Padang dalam tempo beberapa tahun di pesantren yang ada di wilayah Sumatera Barat itu. Akhir tahun 1939 beliau mengambil inisiatif untuk mengakhiri musafir ilmu dengan kembali ke Aceh Selatan.

Setelah Syekh Muda Waly meninggal dunia, usaha pengembangan Tarekat Naqsyabandiyah di Aceh dilanjutkan oleh anak-anaknya antara lain: Abuya  Muhibbudin Waly, Abuya Jamaluddin Waly, Abuya  Nasir Waly dan Abu Ruslan Waly. Abuya Muhibbudin Waly merupakan anak tertua dari Syekh Muda Waly, beliau mendapat pendidikan agama langsung dari bapaknya sampai mendapat ijazah mursyid Tarekat Naqsyabandiyah  al-Waliyah. Sebagai pewaris tradisi pendidikan agama yang ditinggalkan oleh sang ayah, Abuya Muhibbudin Waly mengembangkannya di berbagai dayah di Aceh dan Malaysia. dan sekarang menjadi mursyid tertinggi Tarekat Naqsyabandiyah di Aceh atau lebih dikenal dengan sebutan ”Sayyidul Mursyidin”.

 Tongkat estafet diteruskan oleh para murid dan Sayyidul Mursyidin Abuya Prof. Dr. H. Muhibbudin Waly, MA. Beliau juga telah berpulang kerahmatullah beberapa tahun yang lalu. Ketika beliau masih hidup bersama dengan Abuya Jamaluddin Waly selaku adik kandung sempat singgah ke dayah Mudi Mesra Samalanga dan mengijazahkan tarekat kepada seluruh santri dan dewan guru Ma’hadal ’Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga  Kabupaten Bireuen.

Beliau memberikan izin untuk didirikan suluk di dayah tersebut dan Al-Mukarram Abu Mudi pun diangkat sebagai Mursyid di dayah Labuhan Haji beberapa waktu silam. Hingga saat ini  suluk masih berlangsung pada bulan Ramadhan. Untuk melestarikan amalan tarekat Naqsyabandi para santri dan dewan guru dalam dua minggu sekali di adakan tawajuh bersama tiap malam jum’at.

 

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi

Penggiat Liaterasi dan Pecinta Tasawuf Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Aceh.