Kala Teungku Menggoda Sang Pelacur (I)

 
Kala Teungku Menggoda Sang Pelacur (I)

LADUNI. ID, CERPEN- Sebuah pemandangan nampak di sudut sebuah Gampong (desa), seorang agamawan muda (ulama) yang kesohor namanya, sedang berdandan diri seperti ingin menghadiri kegiatan resmi keagamaan. Sosok agamis nan tampan bak artis Bollywood Syahrul Khan dengan berbadan tegap dan atletis. Masyarakat memanggilnya Teungku Hananan (Ustaz Hananan) atau akrab disapa Walidi Muda. Walidi kebiasaannya bersarung, sorban, dan kopiahnya serta saban hari aktif di majelis pengajian dan zikir. Wajar dan tidak heran kalau banyak wanita dan remaja terpesona dengan Teungku Hananan.

Kebetulan hari itu Walidi mendapat undangan pengajian dan Zikir dalam memperingati maulid nabi Muhammad Saw. Jarak tempuh nya mencapai 100 KM tepatnya kota yang dikenal “Kota Madani”.

Perjalanan tiba di kota “Madani” itu tiba jam tengah malam, tepatnya pukul 03.00 WIB. Malam itu di perjalanan mobil yang  tumpangi Walidi berhenti di sebuah lampu merah dan tempat sering mangkalnya wanita cantik dan menawan. Saat itu beliau duduk di samping sopir dengan melepas pakaian kebesarannya seorang Teungku, jubah, sorban dan peci yang dipakainya.

Sudah menjadi kebiasaan dan kode etik tempat tersebut, setiap mobil yang singgah, mesti ada wanita yang di tumpangi, Tiba-tiba seorang wanita muda dengan rambut panjang sebahu dan hidung mancung, menor, dan seksi menghampirinya. Tentunya dia sosok wanita penghibur, masyarakat sering mengistilahkan dengan “lonte” atau PSK.

PSK itu mengira sosok lelaki gagah itu dalam mobil merupakan turis asal India banyak duit yang sedang mencari angin kebagian dan kesenangan di Tanah Rencong.

Tiba-tiba wanita cantik itu memperkenalkan diri, “Saya Nini Nismara, ” jawabnya. “Hello Malam, Bang.”sapa Nini. “Malam Nini.” lanjut Walidi.

“Ikut dong, Bang. Bolehkan?”

“Ooo,, boleh, boleh, boleh. Please, Silakan masuk.” Wanita muda cantik itu bergegas masuk mobil. Pintu ditutup dan mobil mulai jalan.

“Ngomong, ngomong, Mau ke mana, Bang? Butuh aku, gak? Aku temenin sampai pagi ya, Bang?”

Walidi hampir mau sampai ke tempat pengajian dan zikir subuh, sambil pakai jubah dan sorban plus jubah,  Walidi santai menjawab, “Jelaslah, boleh kok ditemani sampai paginya,”

Bahagianya Nini mendengar jawaban itu. “Ini pasti dapat rezeki yang lumayan plus ganteng dan tampan lagi,” gumamnya dalam hati dengan penuh semangat.

” Senang banget kok ditemani Nini, ini lho mau ngaji dan zikiran di wilayah Kota Madani. Ndak apa-apa, silakan ikut aja.” lanjut Tgk. Hananan.

Nini sosok wanita cantik itu kaget bahkan salah tingkah, “Oh, jadi Om ini Teungku, ya?”

Tadi panggil bang dan om, lhoe sekarang sudah panggil Teungku

Lucu, ya? Walidipun tersenyum geli dan santai .

“Maaf, Teungku , saya benar-benar tidak tahu. Sekali lagi maaf.”

Nini sang wanita cantik itu kian tegang dan raut wajahnya pucat ketakutan dan salah tingkah. Walidi

terlihat santai saja sambil melihat jam tangan dan berkata, “Oo, ndak apa-apa. Santai saja, Non Nini. Kan ndak apa-apa, sekali-kali ikut pengajian dan zikir, kan sangat bagus itu.”

“Ooo, Ndak usah Teungku , saya turun di sini aja.”

“Ini jelas enggak bisa, nini pokoknya harus ikut sampai tujuan.Tadi kan nyak Nini bilang mau ikut, ya harus ikut dan wajib ikut”.

“ Pakaian saya minim dan rok pendek, lagian seksi, saya kan ngak pakai jilbab, Teungku ?”

“Ooo, itu gampang, mudah diatur itu, nanti saya pinjam punya jamaah dan ibu-ibu disana”

“Pokoknya saya malu Teungku?”

“Lho, Nyak Nini jadi pelacur ndak malu, kok pengajian dan zikir malah malu. Gimana sih?”

“Bagaimana sih ini, Om Teungku?” Nini itu makin salah tingkah, “Saya takut, Tgk?” Tadi Nini bilang malu sekarang malahnya katanya takut. Hi, hi sambil tersenyum lepas Walidi.

Ketinggian ilmu dan penuh kebijaksanaan Walidi menenangkan wanita cantik itu, “Sudahlah nyak Nini, santai aja.”

****Helmi Abu Bakar El-Langkawi penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga. Sumber: Cerpen Ini Saduran dari Cerpen lainnya