Pendidikan Akhlak Membentuk Generasi Rabbani
LADUNI.ID, Jakarta - Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi pendidikan Islam. Posisi ini terlihat dari kedudukan Al-Qur’an sebagai referensi paling penting tentang akhlak bagi kaum muslim baik secara individu, keluarga, masyarakat dan bahkan umat. Akhlak merupakan buah Islam yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusian serta membuat hidup dan kehidupan menjadi baik. Bahkan Nabi SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Akhlak merupakan alat kontrol phisikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia tidak akan berbeda dari kumpulan binatang.(Suparta, Hery Noer Aly:2002:133).
Allah menjadikan Asmaul Husna sebagai nilai ideal akhlak yang mulia dan menyerukan kepada manusia untuk meneladaninya. Sebaliknya, Allah mencela akhlak buruk yang disandang oleh orang yang menutup seperti kafir dan musyrik. Ini sebagaimana disebutkan dalam al-Quran Surat Al A'raf ayat 180 yang berbunyi;
وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ (١٨٠)
180. Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Perjalanan hidup Nabi SAW. Penuh dengan akhlak luhur yang apabila diterapkan di dalam kehidupan akan memberi kebahagian bagi individu dan masyarakat. Pendidikan akhlak dalam Islam yang tersimpul dalam prinspf “berpegang pada kebaikan serta kebajikan serta menjauhi keburukan dan kemungkaran” berhubungan erat dengan upanya mewujudkan tujuan besar pendidikan Islam, yaitu ketakwaan, ketundudukan dan beribadah kepada Allah. Hubungan ini sebenarnya merupakan hubungan sesama isi pendidikan Islam.(Suparta, Herry Noer Aly:2002:136)
Pandangan Islam tentang hubungan antara isi pengetahuan dan pentingnya pendidikan dalam pandangan Islam. Islam menganjurkan kepada manusia untuk menggunakan akalnya secara maksimal. Anjuran tersebut dipertegas dengan kecaman terhadap orang yang tidak menggunakan akalnya untuk meneliti, memperhatikan dan menggali bukti-bukti serta menarik kesimpulan dari berbagai pengetahuan, baik pengetahuan keagamaan maupun keduniaan. Anjuran tersebut tampak pada firman Allah sebagai berikut.(Suparta, Herry Noer Aly:2002:130)
Tulisan ini telah terbit pada tanggal 5 Oktober 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
_______
Penulis: Helmi Abu Bakar El-Langkawi (Penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Aceh)
Editor: Athallah Hareldi
Kunjungi Juga
- Pasarkan Produk Anda dengan Membuka Toko di Marketplace Laduni.ID
- Profil Pesantren Terlengkap
- Cari Info Sekolah Islam?
- Mau Berdonasi ke Lembaga Non Formal?
- Siap Berangkat Ziarah? Simak Kumpulan Info Lokasi Ziarah ini
- Mencari Profil Ulama Panutan Anda?
- Kumpulan Tuntunan Ibadah Terlengkap
- Simak Artikel Keagamaan dan Artikel Umum Lainnya
- Ingin Mempelajari Nahdlatul Ulama? Silakan
- Pahami Islam Nusantara
- Kisah-kisah Hikmah Terbaik
- Lebih Bersemangat dengan Membaca Artikel Motivasi
- Simak Konsultasi Psikologi dan Keluarga
- Simak Kabar Santri Goes to Papua
Memuat Komentar ...