Rekonsilidasi Ulama untuk Rakyat Aceh 

 
Rekonsilidasi Ulama untuk Rakyat Aceh 


LADUNI.ID, SEJARAH- Tentu saja, mereka sangat gelisah dengan kenyataan bahwa beberapa ribu anak Aceh sudah terdaftar di sekolah sekular dari berbagai jenis dan tingkatan. Yang menambah menyakitkan lagi sebagian anak-anak, termasuk anak-anak mereka, dipaksa oleh Belanda, begitu juga uleebalang lokal, untuk masuk ke sekolah sekular semi-modern. 

Penting dicatat  bahwa  ulama  Aceh  memperlihatkan  perhatian  serius  dalam bidang sosial politik di daerah mereka. Pada tahun 1920-an, beberapa ulama mendirikan satu cabang Sarekat Islam (SI) di Aceh. 

Tujuan mereka adalah menyatukan rakyat Aceh dalam melawan para penjajah dan membangun kembali kehidupan masyarakat khususnya dalam bidang ekonomi dan intelektual. Namun demikian, Belanda melarang organisasi tersebut, menuduh anggota-anggotany sebagai komunis, dan mencoba untuk menangkap mereka. 

Tgk. Syekh Abd al-Hamid, dikenal sebagai Ayah   Hamid,   salah   seorang   anggota   organisasi   ini,   yang   berhasil melarikan diri ke Penang, setelah itu, ia bergegas ke Mekkah. Di samping melaksanakan ibadah haji, di sana ia juga bertemu dengan Muslim dari berbagai  Negara  yang  pada  gilirannya  menumbuhkan  kesadarannya tentang    situasi    dunia    Islam.    

Setelah    itu,    dia    mencoba    untuk membangkitkan  kembali  kesadaran  masyarakat  di  Aceh  dengan mengirim  surat  kepada  ulama-ulama  di  Aceh.  Untuk  bisa  lepas  dari sensor Belanda, secara regular, ia mengirimkan Koran harian Mekkah, yang berbahasa Arab, kepada teman dekatnya di Aceh.

 Tgk. Abdullah Ujong Rimba, melalui surat kabar tersebut ia tulis pesan-pesannya yang juga ditulis dalam bahasa Arab, di celah-celah di antara lembar-lembar koran tersebut. 

Dia menekankan bahwa diperlukan suatu pembaharuan pendidikan Muslim, yang dititikberatkan pada kegiatan politik bagi Muslim.  Dia  menggambarkan bagaimana  semangat  kemerdekaan yang terjadi di negeri-negeri Muslim lain, yang hal itu bisa terjadi juga di Aceh. 

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga