Pakar Budaya: Tradisi Sedekah Laut Bukanlah Sinkretisme

 
Pakar Budaya: Tradisi Sedekah Laut Bukanlah Sinkretisme

LADUNI.ID, Yogyakarta - Baru-baru ini dikejutkan dengan berita dan viral di sosial media, Sekelompok orang yang merasa paling agamis dan kurangnya rasa menghormati perbedaan telah  membubarkan persiapan tradisi sedekah laut di Pantai Baru Pandansimo Bantul beberapa waktu lalu. Mereka beralasan tradisi tersebut syirik, karena memadukan ajaran Islam dengan aliran kepercayaan, mereka beranggapan bahwa ritual tersebut penyebab dari timbulnya bencana.

Dosen Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Maharsi, menjelaskan bahwa sebenarnya tradisi tersebut bukan sinkretisme yang ajarannya menyimpang dari agama Islam.

"Enkulturasi sebenarnya yang terjadi (di tradisi sedekah laut di Bantul). Bagaimana menanamkan nilai-nilai agama dalam kebudayaan," jelas dosen Sejarah dan Kabudayaan Islam Selasa (16/10/2018).

Maharsi menjelaskan sebelum agama Islam datang, masyarakat di Nusantara telah memiliki kebudayaan yang mapan. Karakteristik budaya tersebut mencoba menyelaraskan hubungan menusia, alam gaib, dan lingkungan.

Baca juga: Bupati Pastikan Sedekah Laut di Bantul Tetap Digelar Tahun Depan

"Bagaimana nilai-nilai Islam itu dimasukkan dalam budaya Jawa yang sudah mengembangkan harmonisasi antara manusia dengan lingkungan itu. Itu yang terjadi sebenarnya," paparnya.

"Maka doa-doanya Islam, doa-doa dalam rangka tauhid, dalam rangka akidah (dimasukkan). Ini yang kemudian orang secara umum memaknainya sinkretis, padahal bukan," ungkapnya.

Menurutnya, sinkretisme dengan enkluturasi adalah dua hal yang berbeda. Sinkretisme merupakan paham hasil perpaduan dua keyakinan yang berbeda, sehingga membentuk paham baru yang berbeda dari ajaran aslinya.

Sementara enkulturasi merupakan perpaduan antara ajaran agama dengan kebudayaan masyarakat setempat. Akhirnya terbentuk budaya baru seperti tradisi sedekah laut di Pantai Baru Bantul.

"Mereka beragama Islam, tapi tetap ingin mempertahankan tradisi yang dianggap unggul, dianggap luhur, karena menghubungkan antara alam dan manusia sebagai sahabat, sebagai suatu hubungan yang saling menguntungkan," pungkas dia. 

 

Sumber: detik.com