Istighotsah Kubro, PWNU Bali Teladani Semangat Resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari

 
Istighotsah Kubro, PWNU Bali Teladani Semangat Resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari

LADUNI.ID | BALI - Menyambut Hari Santri Nasional 2018 PWNU Bali gelar Istighotsah Kubro pada Minggu malam (21/10/2018) bertempat di ruang serbaguna gedung PWNU Bali.

Seluruh jajaran Pengurus dari Tanfidziyyah, Syuriah beserta Banom dan Lembaga PWNU Bali terlihat hadir di tengah-tengah warga Nahdliyyin Denpasar yang memadati tempat acara.

Seperti biasa sebelum acara Istighotsah, diawali dengan menyanyikan lagu Syubbanul Wathon serta lantunan Shalawat bersama sama.

Dalam Sambutan singkatnya, H. Abdul Azis S.Pd.I selaku Ketua Tanfidziyah menyampaikan beberapa kegiatan yang telah dilakukan PWNU Bali dalam aksi kemanusiaan bencana Lombok, serta berpesan kepada seluruh warga nahdliyin yang hadir khususnya pengurus Banom/Lembaga agar senantiasa proaktif bersama membantu saudaranya yang sedang dilanda kesusahan, sambil senantiasa berdoa memohon kepada Allah swt agar bencana-bencana yang melanda di bumi Indonesia ini segera berakhir. 

Acara selanjutnya adalah mauidlotul hasanah yang dalam kesempatan malam ini disampaikan oleh KH. Noor Hadi Al Hafidz yang juga adalah Rois Syuriah PWNU Bali, beliau bercerita tentang peran sentral pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari dalam peristiwa yang memicu terjadinya perlawanan para santri dan masyarakat Surabaya yang kini diperingati setiap tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. Peristiwa ini terjadi diawali dengan dikeluarkannya fatwa jihad fisabilillah atau dikenal dengan Resolusi Jihad NU oleh beliau demi menyikapi kedatangan tentara Sekutu yang diboncengi Belanda di Surabaya dibawah komando Jendral Malaby. Dalam fatwa ini disebutkan bahwa para santri dan masyarakat diradius 94 km wajib fardhu ‘ain hukumnya untuk turut serta memerangi musuh yang mengancam kedaulatan negara, sedangkan bagi yang diluar radius itu dihukumi fardhu kifayah. Resolusi Jihad yang dikeluarkan tersebut terbukti mampu membangkitkan semangat para santri serta masyarakat Surabaya dan sekitarnya dalam melawan tentara penjajah hingga menyebabkan tewasnya Jendral Malaby dalam peristiwa itu.

Bertolak dari sejarah inimaka sangatlah penting bagi setiap warga nahdliyyin untuk senantiasa menjaga rasa persatuan dan semangat juang yang tertanam sejak saat itu, terlebih dalam situasi sekarang,  dimana disinyalir adanya tindakan-tindakan dari kelompok radikal yang merongrong kedaulatan pemerintah melalui gerakan-gerakan politik jelang pilpres 2019, dengan tujuan menggantikan ideologi Pancasila.

Pembacaan Istighotsah Kubro malam ini dipimpin oleh KH. Ir. Agus Toha Al Abnan, kemudian ditutup dengan pembacaan do’a oleh KH. Ahmad Qosim dan KH. Saefuddin Zaini.

Harapan diadakannya Istighotsah Kubro malam ini adalah agar pada Hari Santri Nasional 2018  semangat Resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari hendaknya dapat selalu dipertahankan demi menjaga kedaulatan NKRI dari segala ancaman disintegrasi.

(dad)