Bulan Safar #11: Safar Al-Khair dan Mitos Rabu Akhir Safar

 
Bulan Safar #11: Safar Al-Khair dan Mitos Rabu Akhir Safar

LADUNI.ID, HIKMAH- Tanpa terasa umat Islam saat ini telah memasuki dan menjelang akhir bulan yang kedua dalam kelender Islam yakni Safar. Allah SWT menjadikan setiap bulan sesuai dengan wajah tasmiah (alasan penamaan).

Umpamanya bulan yang diharamkan untuk berperang dinamai dengan bulan Muharam, bulan saat pepohonan berduri dikenal dengan Rajab, begitu juga dengan Safar. Wajah tasmiah Safar disebabkan pada bulan itu orang Arab meninggalkan rumah-rumah mereka dalam keadaan kosong (kitab Hawasyi Syarwani, jld 3, hal 371).

Allah SWT menjadikan Safar juga sebagai salah satu bulan yang mulia atau yang lebih dikenal dengan nama Safarul khairi. Namun dalam bulan Safar terdapat satu hari yang dikenal oleh sebagaian masyarakat dengan hari pembawa sial tepatnya hari Rabu. Masyarakat Aceh menyebutnya dengan Rabu abeh (Rabu terakhir bulan Safar), di Jawa populer dengan Rabu wekasan dan masih banyak di tempat lainnya.

Salah satu prinsip dasar yang wajib diyakini bahwa berbagai bencana, musibah dan marabahaya yang terjadi di dunia ini semuanya berdasarkan qada dan qadar sang Khalik yakni Allah SWT.

Penyebab turunnya berbagai musibah pada Rabu terakhir Safar (Rabu abeh) itu bukan dari Rabu abehnya, juga bukan bulan Safarnya serta tangan-tangan lain ghairullah, tetapi semuanya telah ada pada qada dan qadar Allah SWT. Rasulullah SAW jauh-jauh hari telah memperingatkan umatnya untuk tidak memercayai dan menyakini bahwa suatu penyakit itu disebabkan dan ditularkan oleh penyakit itu sendiri, namun wajib menyakini itu semua dari ketentuan dan ketetapan Allah SWT.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN