Muhammad Ridwan Meuraksa #3: Jenjang Pendidikan dan Karir Muhammad Ridwan Meuraksa

 
Muhammad Ridwan Meuraksa #3: Jenjang Pendidikan dan Karir Muhammad Ridwan Meuraksa

 

LADUNI. ID, TOKOH- Sosok putra ulama Aceh Muhammad Ridwan oleh orang tuanya menempatkan dia di sekolah HIS Muhammadiyah di Kutaraja (tahun 1928-1935) lalu melanjutkan ke Gouv, Mulo (SMP Negeri) dan melanjutkan pendidikan dokter di NIAS Surabaya (tahun 1939) namun terhenti karena meletusnya PD II, sehingga terhenti pada tahun 1942.

 Pada masa pemerintahan Jepang dibukalah Ika Daigaku (Sekolah Tinggi Kedokteran) yang menggabungkan GHS dan NIAS. 

Almarhum mengikuti pendidikan ini pada tahun 1943-1945, namun tak sampai lulus karena ditangkap oleh Pemerintah Belanda selama beberapa hari di penjara Glodok, tetapi oleh Pimpinan Tinggi Kedokteran Prof.Dr.Soetomo Tjokronegoro bahwa Mohammad Ridwan tercatat sebagai mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah sehingga dapat dibebaskan. 

Dalam tugasnya sebagai Perwira Kesehatan Resimen VI Brigade Kian Santang / Siliwangi di Cikampek /Karawang. Drs. Med. Moh Ridwan Meuraksa meninggal dalam tugasnya di Gunung Batu (Jawa Barat ) pada tanggal 21 Januari 1948.

Selanjutnya, atas prakarsa Komandan Puskes AD, diusulkan untuk memberi nama Perwira Kesehatan TNI-AD Moh. Ridwan Meuraksa, Kapten Anumerta kepada Rumah Sakit Kodam Jaya dalam rangka pelestarian nama pahlawan yang gugur di medan bhakti dalam perjuangan  menegakkan Kemerdekaan Indonesia.  

Atas pengabdiannya dalam lapangan perikemanusiaan pada umumnya dan bidang kesehatan pada khususnya terhadap bangsa dan negara, maka  sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI telah menganugerahkan Satya Lencana Kebaktian Sosial (No.252/5.68 tertanggal 20 Mei 1968) kepada Drs.Med. Moh. Ridwan Meuraksa (Almarhum) yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan Prof. Siwabessy kepada ahli waris almarhum di sebuah upacara di Departemen Kesehatan. 

Atas persetujuan Kepala Staf AD dengan ST/457/1974, maka dengan Surat Keputusan diresmikan sebagai RS. Moh Ridwan Meuraksa pada tanggal 26 Oktober 1974.

Beranjak dari itu hendaknya generasi penerus zaman now juga mampu merealisasikan ADM dalam kreasi kekinian di era globalisasi mengikuti “sunnah” para ulama dan endatu sebagai sosok Pahlawan sejati yang telah berjuang mengorbankan jiwa dan raga serta nyawa demi hari esok yang lebih baik untuk kita sebagai aneuk nanggrou pewaris negeri ini.

Selamat Hari Pahlawan, Al-Fatihah…!!!

*** Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penggiat Masalah Sejarah dan