Meneladani Dakwah Kanjeng Nabi Muhammad SAW

 
Meneladani Dakwah Kanjeng Nabi Muhammad SAW

LADUNI.ID, Jakarta - Kanjeng Nabi Muhammad SAW berdakwah di Mekkah selama 10 tahun. Nah, selama 3 tahun pertama itu, beliau diperintahkan untuk mendakwahi keluarganya dulu atau biasa disebut masa dakwah sirri atau sembunyi-sembunyi. Maka dikumpulkan segenap keluarga beliau, termasuk paman dan bibinya.

Cara Kanjeng Nabi Muhammad SAW mendakwahi segenap keluarganya, menurut guru saya, semua anggota keluarga diundang dan dikumpulkan dalam satu tempat. Lalu setelah berkumpul, semuanya disuguhi makanan. Sambil menikmati makanan, keluarga Kanjeng Nabi didakwahi oleh Kanjeng Nabi.

Hasilnya, dari 12 paman Kanjeng Nabi, 2 orang masuk Islam yaitu Sayyidina Abbas dan Sayyidina Hamzah, seorang menyatakan membela Kanjeng Nabi walaupun tidak masuk Islam yaitu Abu Tholib, sisanya masih enggan masuk Islam. Cara dakwah demikian, tidak dilakukan sekali dua kali, namun berulang kali. Walaupun tidak menghasilkan pengikut yang banyak, lucunya, yang enggan masuk Islam pun ketika diundang oleh Kanjeng Nabi dengan format acara yang sama, mereka tetap datang karena ada makanan di sana.

Dengan strategi dakwah demikian, Kanjeng Nabi ingin membuat mereka rileks dalam menerima dakwah, tidak menimbulkan kemarahan dan gejolak berlebihan. Gejolak di masyarakat kota Mekkah pun baru muncul ketika Kanjeng Nabi diperintahkan untuk berdakwah secara terang-terangan dan ditujukan untuk semua orang.

Ini jadi 'ibaroh bahwa ngaji itu kalau perlu sambil jagongan dalam suasana kekeluargaan dan disuguhi makanan dan minuman. Meskipun ilmunya gak masuk otak, tapi bakal bikin orang datang lagi dan lagi. Ketika orang terus-menerus rutin datang ngaji, lama-lama ilmu juga akan nyantol. Dan hal ini dinilai lebih manusiawi, lebih beradab, tidak menimbulkan gejolak di masyarakat dan paling tidak lebih tepat sasaran. 

Hal ini biasa dilakukan oleh ulama-ulama NU pada khususnya dalam acara tahlilan, maulidan dan ngaji di kampung-kampung. Sampai ada ujaran orang NU itu kalo ngaji tujuannya nyari hal ghoib dan yang wujud. Ghoibnya berupa pahala dan berkah, wujudnya berupa kudapan dan berkat.

Jadi intinya, sajen suguhan dan berkat untuk jamaah pengajian, tahlilan dan muludan itu gak bid'ah mbah. Udah ada contohnya dari Kanjeng Nabi.

Mugi manfaat.

Sumber: Fahmi Ali N.H.