Urgensi Mubaadalah dan Teladan dalam Berumah Tangga

 
Urgensi Mubaadalah dan Teladan dalam Berumah Tangga

LADUNI. ID, KOLOM-Suatu ketika, Ummul Mukminin Aisyah r.a., ditanya oleh seorang sahabat mengenai aktivitas Rasulullah SAW di dalam rumah. Beliau tersenyum lantas menjawab, “Melakukan apa yang tidak kalian lakukan. Yaitu menjahit pakaian, menambal sandal, dan memasak di saat para pembantu beliau kecapekan.” 

Beberapa pekerjaan domestik di atas seringkali dipahami “hanya” pekerjaan istri. Padahal, dalam kehidupan berumahtangga, Rasulullah SAW telah memberikan teladan apabila segala sesuatu di dalam rumahtangga bisa dikerjakan bersama-sama. 

Saling bekerjasama dan saling membantu. Tidak ada egoisme seorang suami yang enggan mengerjakan pekerjaan rumah. Tidak ada pula rasa gengsi beliau dalam melakukan pekerjaan yang dianggap remeh.

Dalam kisah lain, Rasulullah juga melibatkan para istrinya dalam beberapa keputusan penting. Beliau menempatkan istrinya sebagai lawan diskusi yang cerdas. 

Menghormati para istri sebagai seorang manusia yang memiliki akal pikiran yang bisa memberikan solusi jitu dalam sebuah permasalahan yang pelik. 

Misalnya, ketika Rasulullah berangkat ke Makkah pada tahun keenam hijriyah untuk melaksanakan umrah.  

Pada saat itu, karena terikat dengan Perjanjian Hudaibiyah, maka kaum muslimin tidak boleh melaksanakan umrah di sana dan mereka baru diperbolehkan ke Makkah pada tahun berikutnya. 

Karena itu, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat agar menyembelih hewan kurban dan mencukur rambut. 

Namun, kaum muslimin tidak bergerak dari tempat duduknya, dan tidak menghalalkan ihram mereka. Mereka sangat sedih karena belum menyempurnakan umrahnya.

Di sinilah, Ummul Mukminin Ummu Salamah r.a. memberikan saran kepada Rasulullah SAW, sang suami tercinta. “Wahai Rasulullah, keluarlah dan jangan berbicara dengan salah satu dari mereka sebelum engkau menyembelih untamu dan memanggil tukang cukur untuk mencukur rambutmu.” Rasulullah keluar lantas melaksanakan apa yang dikatakan oleh Ummu Salamah r.a., sehingga kaum muslimin mengikutinya. 

Fakta ini menunjukkan apabila manusia parpurna tersebut sangat menghormati istrinya dan bersedia bermusyawarah dengannya. Dengan perilaku ini, beliau juga menandaskan melalui sabdanya dalam sebuah kesempatan, “Sebaik-baik kaum muslimin adalah yang orang yang paling baik memperlakukan istrinya.” 

Sumber: Rijal Mumazziq Z, Prinsip Mubaadalah dalam Rumah Tangga, 2018, dikutip dari Facebooknya