Biarkan Semesta Mengalir

 
Biarkan Semesta Mengalir
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Perubahan adalah keniscayaan alam semesta. Tak ada yang tak berubah, kecuali Tuhan. Saya masih ingat, pada saat mengaji ilmu mantiq (logika Aristotelian) di pesantren dahulu kala, ada premis-premis logika yang menyebutkan begini: "Al-'Alam Mutaghayyirun wa Kull Mutaghayyirin Hadisun. Yuntij Al-'Alam Hadits". Maksudnya, bahwa alam semesta itu pasti berubah. Setiap yang berubah adalah baru. Dus, alam adalah baru. Di sini kata alam bermakna segala selain Tuhan.

Perubahan itu terjadi setiap detik, dan tak seorang pun bisa menghentikannya. Diam bukan hanya akan ditinggalkan, tetapi akan terlindas dan mati. Filsuf Pakistan Moh. Iqbal dalam puisinya yang terkenal dan indah sudah pernah bilang behgini:

"Di jalan ini tak ada tempat berhenti,
sikap lamban berarti mati,
siapa yang bergerak dialah yang terdepan,
Berhenti –sejenak pun– pasti tergilas!"

Maka tak perlu takut pada perubahan dan pembaruan. Sambutlah perubahan dan pembaruan itu dengan tangan terbentang dan berjalanlah ke depan dan jangan melamun masa lalu kembali hadir. Air selalu mengalir ke depan dan tak akan kembali ke asal. Begitu hukum alamnya.

Dalam buku "Qawa'id Al'Isyq Al- Arba'un", (40 Kaedah Cinta), Syams Tabrizi, sang Darwish pengembara, guru Maulana Jalaluddin Rumi mengatakan dengan indah :

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN