Cara Mendidik Anak untuk Tahan Banting

 
Cara Mendidik Anak untuk Tahan Banting

LADUNI.ID, Jakarta -  Orang tua yang memberikan semua kebutuhan dan keinginan anak-anak bahkan sebelum anak memintanya akan membuat mereka memiliki Adversity Quotion (AQ) yang rendah. AQ adalah kemampuan untuk tabah, tahan banting dalam menghadapi permasalahan hidup. Tentu hidup tidak akan lepas dari permasalahan dan kita dituntut menyelesaikan tantangan demi tantangan kehidupan dengan cerdas, cepat, tepat. Marilah membiasakan diri melatih anak-anak untuk BMM ( berpikir-memilih-mengambil keputusan).  

Angka yang dirilis pada November 2018 oleh NHS Digital menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam masalah kesehatan mental generasi muda.

Satu dari delapan anak berusia antara lima dan 19 tahun di Inggris memiliki kondisi kesehatan mental yang dapat didiagnosis. Prevalensi gangguan emosional, termasuk kecemasan dan depresi telah meningkat sebesar 48 persen sejak 2004.

“Tekanan yang dihadapi kaum muda berkisar dari stres sekolah, intimidasi, dan kekhawatiran tentang pekerjaan dan prospek rumah hingga kekhawatiran seputar citra tubuh,” kata Manajer Saluran Bantuan Badan Amal Young Minds.

Meskipun tidak dapat menghilangkan semua tantangan ini, orang dewasa dapat meneruskan keterampilan untuk membantu kaum muda mengatasi stres dan kesulitan tersebut. Otak merespons informasi di sekitar kita sehingga ketahanan dapat diajarkan, dimodelkan, dan dipelihara pada usia berapa pun.

Hal itu tidak mengharuskan Anda merombak gaya pengasuhan. Anda hanya perlu membuat beberapa penyesuaian yang akan membantu anak-anak berkembang.

Waktu berkualitas

Miliki waktu dengan setiap anak tanpa gangguan. Ketangguhan berasal dari hubungan yang mendukung, baik itu orang tua, guru, kerabat, teman keluarga, praktisi perawatan kesehatan. Poin utama adalah kualitas yang diperhitungkan.

Sebanyak 10 menit perhatian penuh dan terfokus lebih baik daripada satu jam tapi pikiran Anda tertuju pada hal-hal lain. Waktu tersebut tidak harus mengambil slot jadwal yang sudah sibuk. Buat obrolan saat mandi, perjalanan mobil, makan, dan saat sedang mengantre. Bicarakan perasaan Anda dan dorong mereka mengungkapkan perasaannya.

Atur waktu tidur

Banyak anak berjuang untuk tidur, bangun dengan lingkaran hitam di bawah mata mereka. Kurangnya kualitas tidur yang baik adalah pendorong besar stres.

Kurang tidur memiliki efek negatif pada memori, konsentrasi, fungsi kognitif, dan pengambilan keputusan. Salah satu cara tercepat meningkatkan kualitas tidur adalah membatasi waktu dengan gawai sebelum tidur.

Jenis cahaya biru yang dipancarkan oleh perangkat digital menekan produksi melatonin. Selain itu, melihat layar sebelum tidur membuat seseorang tetap emosional dan tersimulasi.

Orang tua bisa mengeluarkan larangan menggunakan perangkat satu jam sebelum tidur. Matikan Wi-Fi jika perlu.

Ajarkan rasa bersyukur

Alih-alih menanyakan anak-anak Anda dengan pertanyaan “Bagaimana sekolahmu?” dan “Apa yang kamu lakukan hari ini?” ajari mereka menyusun ulang apa yang sudah dilakukan.

Pertanyaan yang dilontarkan bisa dengan “Apa yang dilakukan seseorang hari ini untuk membuatmu bahagia?”, “Apa yang Anda lakukan untuk membuat orang lain bahagia?”, dan “Apa yang telah Anda pelajari hari ini?”. Latihan ini membantu menemukan hal positif setiap hari. Hal itu mengajarkan rasa bersyukur, memelihara optimisme, dan mengakui kebaikan.

Makanan bergizi

Nutrisi memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental. Makanan berkualitas baik mengubah komposisi usus kita yang membantu mengirim sinyal tenang ke otak. Makanan dengan kualitas buruk dan olahan tinggi justru mengirimkan sinyal stres.

Pola makan yang beragam, kaya serat, akan mengarah pada keragaman yang lebih besar pada kesehatan usus kita. Pada gilirannya akan membantu membuat kita lebih ulet, dan kemungkinan kecemasan dan depresi lebih kecil.

Membujuk anak-anak untuk makan lebih sehat bisa terasa seperti perjuangan berat, terutama jika mereka cerewet. Ini bukan tentang menjadi koki top, tetapi hanya mencoba beberapa trik. Cobalah mengubah makan sehat menjadi permainan dan dorong anak-anak mencoba makanan baru.

 

 

Sumber: Republika