Perkuat Kota Pontianak Sebagai Objek Geowisata

 
Perkuat Kota Pontianak Sebagai Objek Geowisata
LADUNI.ID - Kota Pontianak adalah Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis khatulistiwa. Di utara kota Pontianak, tepatnya Siantan, terdapat Tugu Khatulistiwa yang dibangun pada tempat yang dilalui garis khatulistiwa. Selain itu, Kota Pontianak dilalui oleh Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Kedua sungai itu diabadikan dalam lambang Kota Pontianak. Kota Pontianak memiliki luas wilayah 107,82 kilometer persegi.
 
Nama Pontianak yang berasal dari bahasa Melayu yang  dipercaya ada kaitannya dengan kisah Sultan Syarif Abdurrahman yang sering diganggu oleh hantu Kuntilanak ketika dia menyusuri Sungai Kapuas. Menurut ceritanya, Sultan Syarif Abdurrahman terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu itu sekaligus menandakan di mana meriam itu jatuh, maka di sanalah wilayah kesultanannya didirikan. Peluru meriam itu jatuh di dekat persimpang Sungai Kapuas dan Sungai Landak, yang kini dikenal dengan nama Kampung Beting.
 
Kota Pontianak terletak pada Lintasan Garis Khatulistiwa dengan ketinggian berkisar antara 0,1 sampai 1,5 meter di atas permukaan laut. Kota dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Landak. Dengan demikian Kota Pontianak terbagi atas tiga belahan. Pada tahun 1963 berdasarkan Keppres No. 243 Tahun 1963, Kota Pontianak dimasukkan ke zona Waktu Indonesia Tengah (WITA). Pada tanggal 1 Januari 1988 berdasarkan Keppres RI No. 41 Tahun 1987. Bersama-sama dengan Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat yang sebelumnya masuk zona Waktu Indonesia Tengah (WITA) beralih menjadi zona Waktu Indonesia Barat (WIB). Sehingga pada tahun 1988 Kota Pontianak merayakan tahun baru sebanyak dua kali yaitu pada pukul 00.00 WITA (23.00 WIB) dan 00.00 WIB.
 
Struktur tanah kota Pontianak berupa lapisan tanah gambut bekas endapan lumpur Sungai Kapuas. Lapisan tanah liat baru dicapai pada kedalaman 2,4 meter dari permukaan laut. Kota Pontianak termasuk beriklim tropis dengan suhu tinggi (28-32 °C dan siang hari 30 °C). Rata–rata kelembaban nisbi dalam daerah Kota Pontianak maksimum 99,58% dan minimum 53% dengan rata–rata penyinaran matahari minimum 53% dan maksimum 73%. Besarnya curah hujan di Kota Pontianak berkisar antara 3.000–4.000 mm per tahun. Curah hujan terbesar (bulan basah) jatuh pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan curah hujan terkecil (bulan kering) jatuh pada bulan Juli. Jumlah hari hujan rata-rata per bulan berkisar 15 hari.
 
Jika dlihat berasarkan pada letak geografis dan astronomis kota pontianak sangat berpotensi sebagai tempat geowisata. Wisata sungai dan tugu khatulistiwa sangat bisa menarik minat masyarakat lokal, nasional maupun internasional. Ditugu khatulistiwa ada sesuatu yang menarik 2 kali tiap tahunnya, yaitu kejadia kulminasi matahari. Dimana kejadian ini biasanya terjadi pada 23 Maret dan 23 September setiap tahunnya. Kulminasi matahari hanya terjadi di titik nol belahan bumi dan Kota Pontianak sangat beruntung dilalui satu di antara dari empat kota negara yang ada di dunia Momen  menakjubkan dan langka  di sekitar Tugu Khatulistiwa terjadi saat titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam ketika matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Saat itu posisi matahari akan tepat berada di atas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda di permukaan bumi. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan  hilang  beberapa detik saat diterpa sinar Matahari. 
 
Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain di sekitar tugu. Peristiwa alam ini menjadi event tahunan kota Pontianak yang menarik kedatangan wisatawan. Bukan tanpa alasan jika Kota Pontianak yang dilintasi garis lintang nol derajat, populer dengan sebutan Kota Khatulistiwa. Tak heran, ratusan masyarakat maupun wisatawan lokal maupun mancanegara tumpah ruah dan rela menantang terik matahari. Pesona Kulminasi Matahari Pontianak ini tidak hanya menampilkan pertujukan sains, tetapi juga menampilkan pertunjukan budaya, baik tari, musik maupun kuliner khas Kota Pontianak. Tak ketinggalan, pertunjukan sulap juga akan memeriahkan festival ini. Ada pula Pameran Fotografi Pontianak yang menampilkan karya-karya foto terpilih dari lomba yang telah diadakan.
 
Pariwisata Kota Pontianak didukung oleh keanekaragaman budaya penduduk Pontianak, yaitu Dayak, Melayu, dan Tionghoa. Suku Dayak memiliki pesta syukur atas kelimpahan panen yang disebut Gawai dan masyarakat Tionghoa memiliki kegiatan pesta tahun baru Imlek, Cap Go Meh, dan perayaan sembahyang kubur (Cheng Beng atau Kuo Ciet) yang memiliki nilai atraktif turis. Kota Pontianak juga dilintasi oleh garis khatulistiwa yang ditandai dengan Tugu Khatulistiwa di Pontianak Utara. Selain itu kota Pontianak juga memiliki visi menjadikan Pontianak sebagai kota dengan pariwisata sungai. Selain itu pontianak yang berjenis tanah gambut dapat juga ditanami dengan tanaman lidah buaya,  di pontianak utara menjadi sentral budidaya tanaman lidah buaya terbesar di Kalimantan Barat, sehingga tempat tersebut juga bisa dijadikan sebagai tempat wisata bagi orang luar yang masih asing akan tanaman lidah buaya.
 
Potensi ini dapat menjadikan pontianak kota yang diminati oleh turis baik itu lokal, nasionak maupun internasional. Dua sungai yang memotong ini dapat dijadikan objek wisata yang sangat bagus jika dikelola dengan baik. Pontianak dapat juga maju dalam hal geowisata walaupun termasuk perkotaan bukan tidak mungkin untuk menjadi daerah yang maju dalam hal geowisata. Dengan demikian, dapat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat akan tumbuh. Sehingga pontianak menjadi kota yang kokoh.
 
Oleh: Kaharuddin
Mahasiswa FMIPA Universitas Tanjungpura Pontianak