Biografi Sri Sultan Hamengku Bowono IV

 
Biografi Sri Sultan Hamengku Bowono IV

Daftar Isi Biografi Sri Sultan Hamengku Buwono IV

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat
2.    Perjalanan Hidup Sultan Hamengku Buwono IV
3.    Referensi
 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Sri Sultan Hamengku Buwono IV lahir pada tanggal 3 April 1804. Nama asli beliau adalah Gusti Raden Mas Ibnu Jarot. Beliau adalah putra ke delapan belas Sultan Hamengku Buwono III yang lahir dari permaisuri Gusti Kanjeng Ratu Kencono.

1.2 Riwayat Keluarga
Dari hasil pernikahan nya Sri Sultan Hamengku Buwono IV dikaruniai enam belas orang putra dan dua orang putri, yaitu :

  1. Kanjeng Pangeran Adipati Anom Hamengkunegara Sudibya Rajaputra Narendra ing Mataram, meninggal pada usia 108 hari
  2. Gusti Raden Mas Gathot Menol. Naik takhta sebagai Hamengku Bowono V
  3. Bendara Pangeran Harya Hangabehi di kenal sebagai Bendara Pangeran Harya Suryadiningrat atau Bendara Pangeran Harya Panengah.
  4. Gusti Raden Mas Mustaya. Kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi, naik takhta sebagai Hamengku Bowono VI
  5. Bendara Pangeran Harya Surya Negara. Beliau adalah sastrawan Jawa ternama, serta penulis utama Babad Ngayogyakarta.
  6. Bendara Raden Mas Tritustha, meninggal pada usia muda
  7. Gusti Bendara Raden Ayu. Menikah dengan Kanjeng Pangeran Harya Yudhanegara I atau Kanjeng Raden Tumenggung Prawiradirja.
  8. Bendara Raden Mas Sunadi.
  9. Bendara Raden Ayu Dhanureja.
  10. Bendara Raden Ayu Niti Negara. Menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Niti Negara II, cucu Hamengku Buwono II dari pihak ibu.
  11. Bendara Raden Ayu Jayaningrat. Menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Jayaningrat.
  12. Bendara Raden Ayu Suryatmaja. Menikah dengan Kanjeng Raden Tumenggung Suryatmaja.
  13. Gusti Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton, meninggal pada usia muda
  14. Bendara Raden Ajeng Mutoinah
  15. Bendara Raden Mas Pirngadi
  16. Bendara Raden Mas Samadikun.

1.3 Wafat
Sri Sultan Hamengku Buwono IV meninggal pada tanggal 6 Desember 1823. Beliau merupakan satu-satunya Sultan Yogyakarta yang meninggal di usia sangat muda, yakni 19 tahun. Beliau dimakamkan di Astana Kasuwargan, Pajimatan Imogiri.

2.  Perjalanan Hidup Sri Sultan Hamengku Buwono IV
Sultan Hamengku Buwono IV adalah Sultan ke enam Kesultanan Yogyakarta yang menggantikan Sultan Hamengku Buwono III. Beliau memerintah selama sembilan tahun. Seperti halnya sang ayah,yaitu Sri Sultan Hamengku Bowono III tidak banyak keterangan atau sumber yang menceritakan secara detail dan panjang mengenai sosok Sultan Hamengku Bowono IV ini.

Ketika beliau berusia sepuluh tahun, ayahanda beliau yang waktu itu menjabat sebagai Sultan Yogyakarta wafat. Karena itu, tahta kerajaan pun jatuh ke tangan beliau. Namun, karena usianya baru menginjak sepuluh tahun, maka beliau memerintah kerajaan dengan didampingi oleh seorang wali pemerintahan, dan wali itu adalah Paku Alam I.

Selama enam tahun memerintah dengan didampingj seorang wali, pada tahun 1820, Sri Sultan Hamengku Buwono IV mulai memerintah sendiri. Pasalnya, pada waktu itu, Paku Alam I meletakkan jabatannya sebagai wali raja. Sultan Hamengku Buwono IV pun memerintah secara mandiri selama tiga tahun (ada yang mengatakan dua tahun), Setelah masa tiga tahun itu, tepatnya pada 1823 (ada yang mengatakan 1822), Sultan Hamengku Bowono IV meninggal secara misterius. Dikatakan misterius, karena beliau meninggal secara tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya dan di usia yang sangat muda. Beliau meninggal ketika sedang bertamasya. Karena itu, beliau kemudian diberi gelar Anumerta Sinuhun Jarot Seda Besiyar.

Sungguh ironis nasib Kesultanan Yogyakarta. Sebab, ketika ditinggal wafat oleh Sri Sultan Hamengku Bowono IV, putra mahkota atau pewaris tahta kerajaan waktu itu masih berusia tiga tahun. Usia sekecil itu tentu saja bukanlah standar minimal dari seorang pemimpin. Namun, karena berbentuk kerajaan, yang meniscayakan kedudukan raja adalah warisan, maka Sri Sultan Hamengku Bowono V pun diangkat menjadi Sultan ketujuh Keraton Yogyakarta di usianya yang masih sangat belia, tiga tahun. Dengan demikian, sejak tahun 1823, Kesultanan Yogyakarta dipimpin oleh seorang balita.

Kesultanan Yogyakarta di Bawah Pemerintahan Sri Sultan Hamengku Bowono IV Seperti diketahui, Sultan Hamengku Bowono IV memimpin kerajaan selama sembilan tahun. Namun, dalam  waktu yang cukup lama itu, hampir tidak ada perkembangan signifikan yang terjadi pada Kesultanan Yogyakarta. Hal jtu dikarenakan sewaktu memimpin Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Bowono IV tidak berkuasa secara penuh dan mutlak, melainkan hanya menjadi “simbol”. Pada masanya, justru yang memiliki kuasa luas dan kuat adalah Patih Danureja IV yang merupakan antek setia Belanda.

Patih Danureja IV tampaknya tidak menyia-nyiakan kesempatan emas di Kesultanan Yogyakarta yang dipimpin oleh seorang anak muda berusia belasan tahun. Karena itu, Patih Danureja IV menguasai hampir semua jabatan penting di keraton, jabatan-jabatan penting itu diduduki oleh saudara-saudaranya yang diangkatnya sendiri. Dengan demikian, kekuasaannya pun semakin merajalela. Kekuasaan Patih Danureja IV ini terus meningkat sampai setelah masa Sri Sultan Hamengku Bowono V, yakni ketika Sultan Hamengku Bowono II mengambil alih tahta di usianya yang sudah tua.

3.  Referensi

  1. Moertono, Soemarsaid. 1985. Negara dan Usaha Bina-Negara di Jawa Masa Lampau Studi tentang Masa Mataram II Abad XVI Sampai XIX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
  2. Sabdacarakatama, Ki. 2008. Sejarah Keraton Yogyakarta. Yogyakarta: Narasi.
  3. Abimanyu, Soetjipto. 2015. Kisah Terlengkap Sejarah Mataram. Yogyakarta: Saufa.
  4. Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
  5. Soekanto, Dr.. 1952. Sekitar Jogjakarta. Djakarta: Mahabarata