Majelis Taklim dan Majelis Dzikir adalah Jalan Pembuka

 
Majelis Taklim dan Majelis Dzikir adalah Jalan Pembuka
Sumber Gambar: Unsplash.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.Id, Jakarta - Sering kita menemui kajian-kajian atau sering juga bisa disebut majelis taklim. Dimana majelis taklim merupakan sebuah perkumpulan yang membahas sebuah ilmu. Di Indonesia majelis taklim biasanya diampu oleh seorang guru, ustadz atau bahkan ulama. Dan ketahuilah banyak sekali manfaat dan fadilah dari berkumpul untuk belajar membahas sebuah ilmu. Apalagi ilmu yang wajib seperti halnya Ilmu tentang shalat dan lainnya.

Nabi SAW pernah bersabda bahwa:

 وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim, no. 2699)

تَعَلّمُواالعِلْمَ وَتَعَلّمُوْا لِلْعِلْمِ السّكِيْنَةَ وَالْوَقَا رَ وَتَوَاضَعُوْا لِمَنْ تَتَعَلّمُوانَ مِنْهُ

Artinya: “Belajarlah kalian ilmu untuk ketentraman dan ketenangan serta rendah hatilah pada orang yang kamu belajar darinya.” (HR Thabrani).

Sehingga jika kita berkumpul di sebuah perkumpulan yang baik seperti halnya majelis taklim, atau majelis dzikir yang isinya adalah doa, mendoakan dan mengagungkan Allah, pertama bisa kita niatkan untuk berdoa mudah-mudahan amal baik kita dan para pendahulu kita diterima Allah SWT. Kedua agar kita didekatkan dengan jalan yang mudah dengan terbukanya ilmu. Tentang doa, mengapa kita perlu berdoa adalah karena dari sekian banyak amal yang dikerjakan belum tentu sekian banyak amal itu ikhlas dikerjakan dan diterima. Mungkin karena sebab-sebab tertentu kemudian membuat amal itu tidak lolos masuk ke hariban Allah SWT. Yang ketiga, niat kita adalah untuk mendoakan agar kesalahan orang tua dan pendahulu kita diampuni oleh Allah SWT. Baik kesalahan kepada Allah SWT maupun kesalahan kepada sesama manusia. Kesalahan kepada Allah SWT mungkin tentang shalat, mungkin tidak puasa dan itu adalah hutang kepada Allah yang dia harus bayar. Maka marilah kita memperhatikan tanggungan-tanggungan kita dan orang tua kita yang telah wafat. 

Yang paling berat adalah hutang kepada sesama manusia. Mungkin dua kali lebih berat dari pada hutang kita kepada Allah SWT. Hutang kita kepada Allah SWT bisa cukup istighfar. Tetapi hutang kita kepada manusia harus diberesi terlebih dahulu. Sehingga dalam hal ini seakan-akan hak manusia lebih “dtiuamakan” dari hak kewajiban kepada Allah SWT.

Seluruh dosa-dosa kita kepada Allah SWT dapat ditukar dengan kebaikan kita kepada sesama manusia. Inilah sesuatu yang menjadi makna dari sebuah kematian. Untuk doapun sebenarnya yang orang yang berkumpul itu hanya membantu doanya ahli waris terutama anak. Sehingga janganlah tamunya ikut dzikir dan tahlilan untuk mendoakan, tetapi anaknya ribut mengurus konsumsi, padahal sebenarnya yang paling utama adalah doanya waladun solihun (anak soleh).  Kita yang selain anak hanya membantu, karena disetiap sholat kita juga membaca “allahummagfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu” yang artinya Ya Allah ampunilah dia, kasihanilah dia, sejahterakan ia dan ampunilah dosa dan kesalahannya. 


Sumber: Tulisan ini merupakan catatan yang diolah dan dikembangkan dari pengajian KH. Hasyim Muzadi dan sumber terpercaya. Tim redaksi bertanggungjawab sepenuhnya atas uraian dan narasi di dalam tulisan ini.

____

Editor: Athallah Hareldi