Info Harian Laduni: 11 November 2023

 
Info Harian Laduni: 11 November 2023

Laduni.ID, Jakarta - Bertepatan dengan tanggal 11 November ini menjadi momentum bagi kita semua merayakan hari lahir KH. Ruhiat dan KH. Anwar Alwi Paculgowang. Selain itu pada hari ini juga menjadi momentum bagi kita semua untuk mengenang kepergian KH. Abdullah Zen Salam. 

KH. Abdullah Zen Salam pada hari Ahad 11 November 2001 M yang bertepatan dengan 25 Sya’ban 1422 H, KH. Abdullah Zen Salam kembali ke haribaan Allah SWT.

KH. Ruhiat atau yang kerap disapa dengan Ajengan Ruhiat (AR) lahir pada 11 November 1911, di Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya.

KH. Ruhiat adalah tokoh terkenal pada zamannya karena dialah pendiri Pesantren Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya. Namun generasi saat ini kurang lagi mengenal ketokohannya. Bahkan puteranya yaitu KH. Ilyas Ruhiat lebih dikenal apalagi setelah menduduki jabatan tertinggi di NU sebagai Rais Aam. 

Pesantren Cipasung saat ini merupakan pesantren terbesar dan paling berpengaruh di Jawa Barat. Perannya dalam penyiaran agama, pengembangan masyarakat dan menjaga harmoni sosial sangat besar. 

Kecintaan sang Ajengan pada NU sangat mendalam, oleh karena itu pada saat Ajengan Sukamanah berbulat tekad untuk melawan Jepang, keduanya membuat kesepakatan. Ajengan Sukamanah tidak akan melibatkan NU secara organisasi dan perjuangannya bersifat pribadi, agar NU tidak menjadi sasaran tembak tentara Jepang.

Kariernya di PBNU dibuktikan dengan menjadi A’wan (pembantu) Syuriah PBNU periode 1954-56 dan 1956-59, serta perkembangan NU di Tasikmalaya dan Jawa Barat yang ditunjang oleh para alumni Cipasung.

KH. Anwar Alwi lahir pada tanggal 23 Ramadhan 1291 H / 11 November 1874 di Paculgowang. Beliau merupakan putra kedua dari empat bersaudara, dari pasangan KH. Alwi dan Nyai Hj. Sholihah. 

Sejak kecil KH. Anwar Alwi telah mengikuti jejak ayah beliau dalam mendalami ilmu agama. Ayah KH. Alwi yang telah mendirikan sebuah Pondok Pesantren membimbing langsung Kyai Anwar kecil.

Dengan sikap dan kepribadian KH. Alwi yang luhur  serta telaten dalam mendidik para santri dan putra-putri beliau, membuat Kyai Anwar kecil semakin tekun dalam belajar. Sangking semangat beliau, muncullah keinginan  dari Kyai Anwar kecil untuk menggali ilmu-ilmu agama lebih dalam lagi, sehingga mendorong Kyai Anwar untuk pergi belajar di Pondok Pesantren lain. 

Mengenai cara dan prinsip dakwah beliau, KH. Anwar Alwi lebih cenderung memakai door to door system atau sistem dari rumah ke rumah. Beliau selalu bertindak bijaksana mengajak orang-orang yang belum mau melaksanakan Syari’at islam. Artinya beliau kurang setuju bila dakwah  di tengah-tengah masyrakat hanya dengan ceramah dan pengajian umum saja.

Kendati antara beliau dan KH. Hasyim Asy’ari terjadi perbedaan pendapat, namun keakraban beliau tetap dalam keterjalinan yang erat. Beliau berdua bagai sejoli yang sulit untuk dipisahkan, terutam dalam mengadakan acara-acara yang erat kaitannya dengan perjuangan, baik formal maupun non formal. Kebersamaan langkah beliau berdua terlihat nyata oleh seringnya KH. Anwar dan KH. Hasyim Asy’ari pergi ke Surabaya dalam menghadiri rapat-rapat pembentukan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

KH. Abdullah Zen Salam atau yang akrab disapa dengan Mbah Dullah dilahirkan di Kajen Margoyoso Pati. KH. Abdullah Zen Salam adalah keturunan ke tujuh dari pihak ayah sampai kepada Syekh Mutamakkin. 

Ada beberapa versi yang menjelaskan perjalanan pendidikan KH. Abdullah Zen Salam, salah satunya bahwa sejak kecil Mbah Dullah telah terbiasa hidup mandiri dan terpisah dari keluarganya, belum genap tujuh tahun beliau ikut pamannya dari pihak Ibu di Jepara yaitu kiai Sholihin untuk belajar mengaji Al-Qur’an Binnadhor.

Di Tebuireng beliau seangkatan dengan teman-teman sesama dari Kajen antara lain KH. Duri Nawawi, KH. Ni’am Tamyis dan KH. Abdul Hadi. Diantara dua yang terakhir usia beliau termasuk yang paling muda, namun demikian justru beliaulah yang sering membantu mencarikan tambahan bekal bila kedua teman tersebut kehabisan bekal.

KH. Abdullah Zen Salam adalah sosok seorang figur yang karakternya patut untuk diteladani, amalan ibadah beliau mencakup seluruh amaliyah keseharian yang selalu beliau jaga dan istiqomahkan, tidak ada kata “nganggur”. Dalam kamus hidup beliau.

Konon semasa hidup KH. Abdullah Zen Salam selalu disibukkan dengan jadwal ketat yang memang adalah amaliah keseharian beliau, mulai dari bangun tidur sampai dengan jadwal beliau hendak tidur lagi selalu beliau niatkan Lillahi Ta’ala dalam semua jenis kegiatan. Perilaku, akhlak, tindakan sampai dawuh beliau adalah hikmah yang menjadi uswah teladan bagi orang-orang di sekitarnya.

Di samping karakter Mbah Dullah yang tak membiarkan amalannya mejadi kesia-siaan dalam ibadah, beliau adalah sosok fleksibel di mata masyarakat. Mbah Dullah yang dipandang sebagai sosok Sufi, ahli fikih dan tsawuf ini juga paham akan permasalahan selain keilmuan.

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.

Mari sejenak kita bacakan Tahlil untuk beliau: Surat Yasin, Susunan Tahlil Singkat, dan Doa Arwah