Biografi Drs. KH. Murtadlo Amin, M.Hi, Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang

 
Biografi Drs. KH. Murtadlo Amin, M.Hi, Pengasuh Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru Beliau
2.3  Mendirikan Pondok Pesantren

3.    Penerus Beliau
3.1  Anak-anak Beliau

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Karier Beliau

5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
Drs. KH. Murtadlo Amin, M.Hi. lahir di Lamongan 8 Mei 1966

1.2 Wafat
Beliau wafat pada hari Kamis 13 Agustus 2020 pukul 13.05 WIB di sebuah rumah sakit di Kepanjen Malang setelah sempat dirawat selama satu malam. Kiai Murtadlo wafat pada usia 54 tahun dengan meninggalkan seorang istri dan dua orang putra.

1.3 Riwayat Keluarga
Beliau menikah dengan Umi Hidayatul Hikmah, yang berasal dari Gresik dan dikaruniai tiga orang satu putra dan dua putri: Gus M. Kafaa Ainul Aziz, Ning Wardah Nailul Qudsiyah, Ning Qonita Finnur el-Qudsi.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

Sejak kecil beliau terkenal dengan kecerdasannya. Misal pada saat mengikuti ujian kelulusan SD, Kiai Murtadlo punya keinginan untuk mengikuti ujian kelulusan MI juga, yang sebenarnya masih akan dilakukan satu tahun berikutnya. Namun, dengan berbagai pertimbangan, pihak sekolah akhirnya mengizinkan untuk mengikuti ujian. Alhasil, di SDN beliau dinyatakan lulus dan di MI beliau mendapat predikat sebagai lulusan terbaik.

Jenjang pendidikan menengah pertama Kiai Murtadlo diselesaikan di MTs Ma’arif NU, Sukodadi Lamongan pada tahun 1982. Baru setelah itu beliau hijrah ke Malang untuk memulai pengembaraan ilmunya di Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Gading, di bawah asuhan K.H. Abdurrachim Amrullah Yahya, K.H. Abdurrohman Yahya, K.H. Ahmad Arif Yahya, dan K.H. Baidlowi Muslich.

2.2 Guru-Guru Beliau

  1. Kyai Machfudh
  2. KH. Abdur Rosyid Jepara
  3. KH. R. Abdullah Affandi

2.3 Mengasuh Pondok Pesantren
Adapun kontribusi-kontribusi besarnya semasa hidup ialah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang bersama KH. Marzuqi Mustamar, KH. Ahmad Warsito, dan KH. Abdul Aziz Husein. Beliau juga mewariskan Pondok Pesantren Putra SMA Sabilurrosyad, berjasa mengembangkan PKAY (Pondok Kemahasiswaan Ainul Yaqin) Unisma, dan meninggalkan ‘monumen’ Masjid Ainul Yaqin yang pada tanggal 27 Maret 2021, diresmikan oleh Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A., dan Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo.

3 Penerus Beliau

3.1 Anak Beliau yang menjadi penerus beliau kelak:

  1. Gus M. Kafaa Ainul Aziz
  2. Ning Wardah Nailul Qudsiyah
  3. Ning Qonita Finnur el-Qudsi.

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Ketika beliau mondok di PPMH Gading, para santri diizinkan untuk mengikuti pendidikan formal di luar pesantren. Melihat peluang tersebut, beliau bersekolah di PGAN Jl. Bandung (Sekarang MAN 3 Malang). Sesuai tujuan utama beliau hijrah ke Malang yaitu untuk menimba ilmu agama, sepulang dari sekolah beliau menghabiskan waktunya dengan menggeluti ilmu agama di PPMH. Studi diniahnya yang dimulai dari bangku II Ula sampai tingkat akhir yaitu kelas III ‘Ulya (Mutakhorijin) dinilai berhasil, karena ‘langganan’ sebagai juara kelas.

Pertama kali beliau menginjakkan kaki di PPMH Gading, keadaan pondok belum seperti sekarang. Beliau masih mengalami masa dimana saat para santri mandi dan qodil hajat harus ke sungai. Dengan keadaan serba terbatas, tidak mengurangi ghirah (semangat) beliau untuk menuntut ilmu dan mengabdikan diri di PPMH Gading. Justru beliau sempat menuturkan bahwa dengan keadaan seperti itulah ada motivasi tersendiri yang muncul dan menjadi rahasia kesuksesan para santri zaman dahulu. Saat masih aktif sebagai santri PPMH, beliau juga ikut menjadi pengurus pondok pesantren. Di antaranya sebagai Forum Bahstul Masail dan Sekretaris PH (Pengurus Harian).

Suatu hari beliau pernah diajak tindakan (Bepergian, Red) oleh KH. Baidlowi Muslich dan diutus menyetir motor. Pada saat itu Kiai Murtadlo belum lancar dalam mengendarai motor. Tetapi, karena yang meminta ialah kiai beliau, tanpa ragu Kiai Murtadlo melaksanakan tugas dengan membonceng KH. Baidlowi Muslich. Alhasil, di tengah perjalanan Kiai Murtadlo hampir jatuh saat membonceng Kiai Baidlowi. Sekejap kemudian, Kiai Baidlowi yang ganti membonceng Kiai Murtadlo meneruskan perjalanan.

Kiai Murtadlo mengaku bahwa masa-masa menjadi santri di PPMH Gading merupakan masa yang sangat menyenangkan. Hal yang paling disukai apabila diutus ndere’aken (Menemani, Red) kiai beliau tinda’an. Sedangkan, hal yang paling tidak sukai apabila disuruh hafalan tetapi tidak bisa. Usai menyelesaikan sekolah di PGAN Jl. Bandung, beliau melanjutkan studi di Jurusan PMPKN, Fakultas IPS, IKIP Malang. Dalam perjalanannya menempuh pendidikan di PTN, beliau berhasil menorehkan tinta emas dengan menyabet predikat lulusan terbaik di jurusan itu dan mahasiswa teladan IKIP Malang.

Kiai yang pernah menjabat sebagai pengurus PMII Komisariat IKIP Malang maupun Pengurus Cabang ini juga aktif menjadi pengurus di berbagai organisasi kampus. Sampai akhirnya meneruskan Program Pasca Sarjana Studi Islam Syariah di UNISMA. Kiai Murtadlo mengaku bahwa bekal pengetahuan untuk memasuki S2 bukan didapatkan dari pendidikan formal, melainkan dari pondok pesantren.

Meskipun beliau mempunyai banyak prestasi dalam pendidikan formal, beliau tetap mengutamakan pendidikan di pondok pesantren. Hal tersebut dibuktikan dengan track record-nya yang dari kelas II Ula hingga kelas III ‘Ulya mantan ketua panitia Haflah Imtihan (H.I.) pada masa menjelang wisudanya ini selalu langganan menjadi juara kelas. Bagi beliau, pendidikan di pondok pesantren adalah prioritas utama. Sebagai seorang santri, sudah seharusnya berjuang sekuat tenaga demi mendapat ridlo dan mentaati segala perintah kiai, jangan sampai sedikitpun membuat sakit hati dan mengecewakan guru (Kiai). Kewajiban santri lainnya yaitu menghindari sikap takabur ketika bergaul dengan teman sesama santri, meskipun itu sulit. Pendidikan di pondok harus diprioritaskan daripada di bangku sekolah maupun kuliah, dan tradisi pondok harus diyakini dengan sepenuh hati.

Berkaitan keahlian dan pengetahuan beliau tentang ilmu falak. Kiai Murtadlo menimba ilmu tersebut di PPMH Gading. Pertama kali belajar dasar-dasar ilmu falak, beliau merasa tidak tertarik. Akan tetapi, setelah diberi kesempatan ikut pelatihan atas perintah dari masyayikh, beliau baru merasa tertarik terhadap ilmu falak. Berkat keistikamahan dan keuletannya mempelajari ilmu falak, Kiai Murtadlo pernah cukup lama dipercaya menjadi anggota Badan Hisab dan Ru’yah (BHR) Kemenag Jawa Timur dan jajaran Ketua Lajnah Falaqiyah Jawa Timur. Selain aktif di BHR beliau juga aktif mengajar mata kuliah Ilmu Falak di Fakultas Syariah UIN Maliki Malang.

4.1 Karier Beliau

Karier Profesional
Pengasuh pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang

Karier Organisasi

  1. pengurus PMII Komisariat IKIP Malang
  2. Anggota Badan Hisab dan Ru’yah (BHR) Kemenag Jawa Timur
  3. Ketua Lajnah Falaqiyah Jawa Timur.

5. Referensi

https://ponpesgasek.id/biografi-k-h-moh-murtadlo-amin-pengasuh-pesantren-sabilurrosyad/


 

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya