Khutbah Jumat: Hubungan Birrul Walidain dan Ketaatan kepada Allah SWT

 
Khutbah Jumat: Hubungan Birrul Walidain dan Ketaatan kepada Allah SWT
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

KHUTBAH I

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى أَمَرَنَا باِلْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِى بَصَرَنَا مِنَ الْعَمَى وَهَدَانَا مِنَ الضَّلَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اِبْنِ عَبْدِاللهِ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ،

فَيَاعِبَادَالله أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ وَافْعَلُوا الْخَيْرَاتِ وَاجْتَنِبُوا السَّيِّئَاتِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

قَالَ الله تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيم، أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بسم الله الرحمن الرحيم، وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

Segala puji bagi Allah SWT, Dzat yang telah memberikan berbagai anugerah kepada kita, hingga kita dapat melaksanakan ibadah shalat Jumat bersama.

Mari kita senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Karena dengan takwa itulah jalan keselamatan terbuka lebar dan dipermudah segala urusan, khususnya kelak di Akhirat.

Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Allah dan menunjukkan kita pada jalan kebenaran yang penuh keberkahan. Berkat Rasulullah SAW kita mengenal iman, islam dan ihsan, yang menjadi bekal kita menuju Allah SWT.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Allah SWT berfirman dalam Surat Luqman ayat 14:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ

“Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.”

Ayat di atas menunjukkan betapa Allah SWT sangat memperhatikan hubungan manusia dengan orang tuanya. Orang tua mempunyai peran besar mengenai diri kita, khususnya ibu kita yang telah mengandung dengan segala kepayahannya. Belum lagi juga menyusui kita sampai dua tahun, persis sebagaimana digambarkan di dalam Al-Qur’an tersebut.

Karena itu, Allah SWT sebagai Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memerintahkan kita untuk bersyukur, tidak hanya kepada-Nya semata, melainkan juga kepada orang tua. Dari sini tampak jelas betapa pentingnya makna berbakti kepada orang tua.

Bersyukur dalam konteks kepada orang tua terwujud dalam bakti kita kepada mereka. Bersyukur kepada mereka juga merupakan bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT. Dalam arti, hakikat kita bersyukur kepada orang tua adalah juga bersyukur kepada Allah SWT. Sebab, siapa yang tidak bersyukur kepada kebaikan seseorang, maka juga berarti tidak bersyukur kepada Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ

“Barang siapa tidak bersyukur kepada manusia, maka juga tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi)

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Keterkaitan taat kita kepada Allah SWT dengan berbakti kepada kedua orang tua dijelaskan secara gamblang di dalam Al-Qur’an.

Allah SWT berfirman:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

“Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” atau “cih” (atau kata-kata kasar lainnya) dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra’: 23)

Dari ayat tersebut kita memahami, Allah SWT selalu menyandingkan perintah beribadah kepada-Nya dengan perintah berbakti kepada kedua orang tua. Bahkan, Allah SWT memperhatikan bagaimana hubungan baik kita kelak ketika kedua orang tua beranjak lanjut usia. Kita tidak boleh sedikitpun menyakiti hatinya dengan kata-kata, apalagi dengan perlakukan yang kasar.

Memang cinta kita kepada Allah SWT harus mengikuti petunjuk Nabi Muhammad SAW. Tapi lihatlah, salah satu petunjuk Nabi adalah perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua, khususnya kepada ibu.

Diriwayatkan dalam sebuah Hadis:

 جَاءَ رَجُلٌ إلى رَسولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ فَقالَ: يا رَسولَ اللَّهِ، مَن أحَقُّ النَّاسِ بحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قالَ: أُمُّكَ، قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أُمُّكَ، قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أُمُّكَ، قالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قالَ: ثُمَّ أبُوكَ.

Datanglah seseorang kepada Rasulullah SAW, ia kemudian berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” Lalu Rasulullah SAW menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” Beliau menjawab: “Kemudian ayahmu.” (HR. Muslim)

Jika demikian adanya, maka kita tidak bisa menafikan bakti kepada orang tua, dengan hanya melaksakana ibadah kepada Allah. Antara bakti kepada orang tua dengan taat kepada Allah SWT adalah satu keutuhan bentuk kepatuhan kita kepada perintah Allah SWT.

Tetapi ketika ada perintah orang tua yang tidak sesuai syariat, maka kita tidak boleh mengikutinya. Sekalipun demikin, kita tetap harus menaruh hormat kepada orang tua. Sebagaimana yang dilakukan oleh salah satu sahabat nabi yang bernama Sa’ad bin Abi Waqqosh .

Menurut Ibnu Katsir, mengenai kisah Sa’ad bin Abi Waqqosh tersebut, maka turunlah Surat Luqman ayat 15. Allah SWT berfirman:

وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

“Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan.”

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Berbakti kepada orang tua akan selalu berdampak baik dalam kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Jika kita berbakti kepada orang tua kita, maka kelak anak-anak kita juga akan berbakti kepada kita. Sebagaimana nasihat Rasulullah SAW berikut ini:

 بِرُّوْا آبَاءَكُمْ تُبِرُّكُمْ أَبْنَاؤُكُمْ 

“Berbaktikan kepada kedua orang tua kalian, maka anak-anak kalian juga akan berbakti kepada kalian.” (HR. At-Thabrani)

Kebaikan yang kita dapatkan tersebut mungkin terkait dengan kebaikan di dunia, tapi yang lebih utama dari segalanya adalah kelak di kehidupan akhirat yang menyangkut dengan ridho Allah SWT.

Mengenai hal itu Rasulullah SAW bersabda:

رِضَى اللَّهِ فِي رِضَى الْوَالِدَيْنِ، وسَخَطُ اللَّهِ فِي سَخَطِ الْوَالِدَيْنِ

“Ridho Allah SWT tergantung ridhonya kedua orang tua, dan murka Allah SWT juga tergantu murkanya orang tua.” (HR. At-Tirmidzi)

Dari sini, semakin jelas sekali pentingnya birrul walidain, berbakti kepada kedua orang tua adalah bentuk dari ketaatan kita kepada Allah SWT. Sebab bagaimana mungkin hal itu tidak ada hubungannya dengan taat, jika Allah SWT menjamin dan menggantungkan ridho serta murka-Nya itu dalam ridho dan murka kedua orang tua.

Karena itu, tidak mungkin Allah SWT akan ridho kepada orang yang durhaka kepada orang tua. Dan sebaliknya, tidak mungkin Allah SWT murka kepada seseorang yang orang tuanya telah meridhoinya dengan kebaikan dan baktinya yang sesuai dengan petunjuk syariat.

Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah,

Mari kita senantiasa berusaha sebisa mungkin untuk selalu berbakti kepada orang tua, khususnya kepada ibu kita. Apalah arti kehidupan ini tanpa ada ridho kedua orang tua.

Jika mereka berdua telah tiada, maka kesempatan kita untuk berbakti masih terbuka lebar dengan selalu mendoakannya.

Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا مَاتَ ابنُ آدم انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal, yakni shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakannya.”

Mari kita menjadi shodaqoh jariyah orang tua kita, dengan senantiasa berbuat kebaikan. Mari kita menjadi ilmu yang bermanfaat dengan menyebarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat sebagaimana yang diajarkan oleh orang tua kita. Dan mari kita menjadi anak-anak sholeh yang senantiasa mendoakan kedua orang tua, di manapun dan kapanpun kita berada.

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

فيَآايُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ  فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ. فَقالَ تَعَالَى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ على سيِّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيِدِنَا محمَّدٍ  كَما صَلَّيْتَ على سيِّدِنا إِبراهِيمَ وعلى آلِ سيِّدِنَا إِبراهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ أَبي بَكْرٍ وعُمرَ وعُثْمانَ وعلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اللَّهمَّ لا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَةً ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوَالِ يَومِ الْقِيامَةِ.

 اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسْلِمِيْنَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ، ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ، اَللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ، اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ.

اللَّهمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ والزِّنا والزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوءَ الفِتَنِ ما ظَهَرَ مِنْها وما بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا هَذا خاصَّةً وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسلمينَ عامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ.رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الآخرة حَسَنَةً  وقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

***

عِبادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى  ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Oleh Abd. Hakim Abidin, M.A.
(Rais ‘Amm Pesantren Mambaus Sholihin, Gresik 2014-2015, dan Pendiri Zawiyah Ar-Rifaiyah, Ciputat)
___________

Editor: Kholaf