Biografi KH. Sholihin Hamzah, Mursyid Jam'iyah Ahli Tarekat Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyah Jombang

 
Biografi KH. Sholihin Hamzah, Mursyid Jam'iyah Ahli Tarekat Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyah Jombang

Daftar Isi:
1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Menjadi Mursyid

4.    Karier

5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Sholihin Hamzah adalah putra ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Kyai Hamzah dan Nyai Kasiyatin. Beliau lahir pada tanggal 12 Februari 1925 (pada masa itu Indonesia dalam penjajahan Belanda) di dusun Bapang desa Sumbermulyo, Jogoroto, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

1.2 Riwayat Keluarga
KH. Sholihin Hamzah menikah pada tanggal 21 Juli 1956 M atau 12 Dzulhijjah 1375 H, dengan Nyai Munasyaroh binti H. Abdul Wahab ibn H. Qosim dari Sukoharjo Pelemahan Kediri, saat berusia 31 tahun. Dari pernikahannya dengan Nyai Munasyaroh ini beliau dikarunia 10 anak, yaitu :
1. H.M. Minachul Karim, BA,
2. Sati'ul Inayah Fadjar Setijawati,
3. Busyrol Adzim,
4. Lutful Hakim,
5. Aunur Rochim,
6. Nasrullohil Alim,
7. Abu Hayyilah Al-Hamzawi,
8. Kafanal Kafi,
9. Yaqutatul Mutawakkillah,
10. Durrotul Maknunah.

Putra keenam yang bernama Nasrulloh saat ini menjabat sebagai Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Al-Ghozaliyah. Sedangkan, putra ketujuh yang bernama Abu Hayyillah Al Hamzawi sekarang menjadi Kepala Madrasah Diniyah Al-Ghozaliyah. Baik dari pondok maupun unit pendidikannya diutamakan dari keturunan KH. Sholichin Hamzah baik dari putra maupun putrinya.

1.3 Wafat
KH. Sholihin Hamzah wafat di usia yang ke-83 tahun, bertepatan pada tahun 2008 dan dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Al-Ghozaliyah Dusun Sidowaras, Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Saat berusia 11 tahun, beliau mulai masuk sekolah MDU (Madrasah Darul Ulum) Rejoso Peterongan Jombang dalam kelas Nol Satu, yaitu pada tahun 1936. Tahun berikutnya, tahun 1937 beliau naik tingkat menjadi kelas Nol Dua. Tahun berikutnya lagi, tahun 1938 beliau naik kelas Nol Tiga. Kemudian pada tahun 1939 beliau masuk kelas I, tahun 1940 masuk kelas II, dan masuk kelas III pada tahun 1941.

Setelah itu beliau sempat berhenti sekolah karena pada tahun 1942 Jepang datang ke Indonesia dan sekolah sempat diberhentikan. Tahun berikutnya, 1943 beliau dapat melanjutkan sekolah lagi sampai dengan kelas VI (1945). Beliau lulus persis pada tahun yang sama dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945).

Pada tanggal 13 Oktober 1947 (28 Dzulqo'dah 1366 H), Kyai Sholihin Hamzah mulai ikut kursus Masyumi di Peterongan Jombang. Kemudian beliau harus meninggalkan kegiatannya tersebut dan pergi ke Garu Kesamben untuk mengungsi. Setelah suasana kota agak tenang, beliau mulai berangkat mencari ilmu di Pondok Pesantren Jampes Kediri, yang pada waktu itu diasuh oleh Kyai Rukyat tepatnya pada 17 Agustus 1948 M atau 15 Syawal 1367 H.

Baru empat bulan berada di sana, beliau terpaksa pulang ke Jombang lagi karena pada saat itu, 21 Desember 1948, Belanda datang lagi dan berhasil menduduki kota Kediri, dan kemudian menduduki kota Jombang (25 Desember 1948). Begitulah pada saat itu Indonesia benar-benar dalam keadaan kacau balau, pemerintah belumlah stabil, meski Indonesia jelas-jelas merdeka. Dua tahun kemudian Kyai Sholihin Hamzah kembali lagi ke Pondok Pesantren Jampes Kediri, karena merasa ilmunya masih sangat kurang, tepatnya tanggal 1 Agustus 1950.

Banyak kitab-kitab klasik yang dipelajarinya di sana, di antaranya: Ihya' Ulumuddin, Tafsir, Bukhari, Sirojuttolibin, Syawahidul Haq dan masih banyak kitab yang lain. Kyai Sholihin adalah salah seorang santri yang memiliki kamampuan lebih, maka oleh Kyai Rukayyat beliau diangkat sebagai guru (ustadz) yang mengajar di Madrasah Jampes pada kelas II.

Rupanya Kyai Sholihin belum merasa cukup hanya belajar di satu pasantren saja. Beliau kemudian nyantri lagi ke Pondok Pesantren APIK Kaliwungu, setelah 3,5 tahun berada di Pondok Pesantren Jampes Kediri. Tetapi beliau tidak lama berada di Pondok Pesantren APIK Kaliwung, hanya sekitar 1 tahunan. Kemudian beliau mondok di Pondok Pesantren Lasem Rembang yang diasuh oleh KH. Masduqi, selama + 3,5 tahun.

2.2 Guru-Guru
1. Kyai Rukyat,
2. Syekh Ihsan Al-Jampesi,
​3. KH. Masduqi Lasem.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
KH. Sholihin Hamzah merupakan tokoh agama yang terkenal di Desa Sumbermulyo. Bahkan, di tingkat Kabupaten Jombang dan Provinsi Jawa Timur. Karena sering terlibat dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan baik di desa, kabupaten, maupun provinsi.

KH. Sholihin Hamzah, sejak kecil diajarkan kedua orang tuanya untuk menjalani hidup secara sederhana sehingga saat dewasa kehidupannya juga sederhana. Beliau pun tidak sombong dengan apa yang dimilikinya, justru suka berbagi kepada sesama yang membutuhkan bantuannya. KH. Sholichin Hamzah mudah bergaul dengan orang lain tanpa memandang status sosial, sehingga mudah dikenal masyarakat sekitarnya. Selain itu, beliau memiliki kesabaran dan keikhlasan dalam membina masyarakat di Sumbermulyo, Jogoroto, Jombang. Sehingga lama-kelamaan banyak orang dari Sumbermulyo maupun luar Sumbermulyo berguru pada KH. Sholihin Hamzah.

3.1 Menjadi Mursyid
Tahun 1956 M, dirasa ilmu beliau sudah cukup sebagai bekal dakwah dan pengembangan ajaran agama dengan diikuti 10 orang santri Pondok Pesantren Lasem. Kesepuluh orang santri tersebut ingin menghatamkan kitab-kitab kuning (klasik) yang diajarkan oleh beliau sewaktu ada di Pondok Lasem, karena di samping beliau menjadi ketua pondok (lurah), juga ikut membantu mengajar di pondok tersebut.

Perjalanan panjang dengan banyak hambatan telah dilalui oleh Kyai Sholihin Hamzah dalam menuntut ilmu (agama) demi menggapai cita-cita mulianya mengembangkan ajaran agama Islam di daerah di mana beliau dilahirkan. Kini buah dari perjuangannya telah tampak dan bisa dinikmati oleh generasi penerusnya. Pada Tanggal 3 Mei 1991 (18-10-1411 H) diangkat menjadi Mursyid Jam'iyah Ahli Thoriqoh Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyah Cukir Jombang Jawa Timur Indonesia sampai sekarang (2006).

4. Karier
1. Pengurus Ranting, Pengurus Anak Cabang, dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama di Jombang.
2. KH. Sholihin Hamzah juga pernah menjabat sebagai pengurus Nahdlatul Ulama wilayah Jawa Timur.
3. Rais Syuriah Nahdlatul Ulama cabang Jombang.
4. Pengurus Jam’iyah (Sekretaris Syuriyah/ Khotib) Ahli Thoriqoh Al-Mu’tabaroh Qodiriyah wan Naqsabandiyah wilayah Jawa Timur.

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs yppghozaliyah

Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 21 November 2023, dan terakhir diedit tanggal 12 Februari 2024

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya