Al-Qur’an Mengajarkan Cara Bergaul dengan Orang Tua

 
Al-Qur’an Mengajarkan Cara Bergaul dengan Orang Tua
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam berbagai hal, Al-Qur’an kerap menyinggung keharusan manusia untuk berbuat baik kepada orang tuanya. Selain oleh Allah tindakan ini dinilai sebagai ibadah, manusia harus banyak berterimakasih karena orangtua merupakan aktor penting dalam membesarkan jiwa dan rohaninya, dan tentu saja hal tersebut butuh pengorbanan yang besar. Namun posisi ibu lebih istimewa ketimbang ayah, karena ibu lebih banyak menanggung beban, baik ketika mengandung hingga melahirkan. Hal ini langsung disuarakan Al-Qur’an dalam Surat Al-Isra’ ayat 23:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

”Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

Beberapa mufassir mengatakan bahwa mengucapkan kata ”ah” (sebagian menyebut ”cis”, ”uf”, atau kata-kata kasar lainnya) kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama, apalagi memperlakukan mereka dengan lebih kasar. Juga, yang perlu diperhatikan oleh kaum muda-mudi sekarang adalah, yaitu semestinya menaati orang yang lebih tua ketika bergaul, sekalipun tidak ada perintah khusus kecuali kepada orang tua.

Salah satu bentuk kasih sayang dan berbakti kepada orang yang lebih tua yaitu dengan merendahkan hati, dalam artian untuk menghormati tidak untuk menjatuhkan diri. Selain kata ah di sini mencakup kepada seluruh perkataan buruk yang memiliki arti yang sama dan membuat lawan bicaranya marah, juga mencakup dengan usia. Larangan kata ah di sini harus ditunjukkan kepada seluruh orang yang lebih tua dari kita, selain orangtua sendiri. Hal ini dapat dilihat dari firman Allah dalam Surat Asy-Syuara ayat 215:

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ

”Rendahkanlah hatimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang mukmin.”

Salah satu mufasir kenamaan Indonesia juga menyoroti problem ini, seperti M. Quraish Shihab. Beliau menyatakan bahwa seseorang harus bersyukur atas kebaikan ibu dan bapaknya, sebab betapa keduanya mengalami masa-masa sulit ketika membesarkan seorang anak. Oleh sebab itu, maka berbuat baik kepada orangtua dinilai pahala. M. Quraish Shihab juga mengkompromikan persoalan tersebut dengan Surat An-Nisa’ ayat 36:

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

”Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak ya tim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”

M. Qurish Shihab kemudian menyoroti makna ihsana yang memiliki beberapa pengetian, di antaranya yaitu: pertama, bertujuan untuk memberikan kenikmatan kepada orang lain, dan kedua untuk perbuatan baik. Jadi makna ihsana ini memiliki nilai substansif yang mengungguli makna adil. Kalau makna adil adalah memperlakukan orang lain sama dengan perlakuannya dengan kita, maka makna dari ihsana ini adalah memperlakukan orang lain dengan lebih baik terhadap kita.

Oleh sebab itu, menjadi jelas bahwa memperlakukan orangtua itu adalah bagian penting di mana perlakuan mereka selama ini harus dibalas lebih dan hal itu menjadi hal yang perlu direfleksikan oleh kaum muda-mudi sekarang. Sebab melihat fakta sekarang menunjukkan betapa moralitas muda-mudi sekarang mengalami dekadensi yang sangat signifikan, tidak hanya di lingkungan rumah tapi juga sudah merambah ke lingkungan pendidikan. Tugas penting sekarang adalah, bagaimana menanamkan nilai moralitas pada jiwa muda-mudi, tidak hanya dicekoki dengan ilmu yang sama sekali tidak menjurus ke sektor moral. Allahu A’lam. []


Penulis : Kholaf Al Muntadar

Editor    : Hakim