Biografi KH. Syachmari Syarief, Pendiri Pesantren Mislakhul Muta’alimin Warungpring, Pemalang

 
Biografi KH. Syachmari Syarief, Pendiri Pesantren Mislakhul Muta’alimin Warungpring, Pemalang
Sumber Gambar: santri.mim, Ilustrasi Laduni.ID

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Mendirikan Pesantren

4.    Pesan Kepada Putra Beliau
5.    Referensi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 lahir
KH. Syahmari Syarief lahir pada 1915 M. Putra dari bapak Syarief dan ibu Tawen, di Dusun Karangtengah, Desa Warungpring, Kab. Pemalang. Orang tua beliau bukan ulama atau orang kaya, namun beliau keturunan dari orang sholeh, beliau adalah orang yang sholeh sepanjang hidup waktu beliau selain dihabiskan untuk keluarga juga untuk khidmah kepada para ulama dan para Kyai.

1.2 Riwayat Keluarga
Sejak Kyai Toyyib melihat akan kecerdasan dan keuletan dari Kyai Syahmari dalam menuntut ilmu, maka pada waktu beliau berumur 18 tahun dinikahkan dengan putri Kyai Toyyib dari istri beliau yang bernama Siti Mariyah yang bertempat tinggal di Tegalharja, beliau bernama Nyai Khoeriyah. Pada saat itu Nyai khoeriyah berumur 8 tahun,

1.3 Wafat
Beliau (Kyai Syahmari) wafat pada malam Rabu Manis, 23 Jumadil Akhir 1405 atau 13 Februari 1985 M.
Sebelum wafat beliau berpesan Apabila usiaku sampai jum’at kliwon tanggal 7 Rajab, kamu (KH. Abdul Aziz) saya ilbas Thoriqoh Syatoriyah agar kamu bisa membai’at orang-orang yang akan bai’at,

Sehingga akhirnya KH. Abdul Aziz dipanggil oleh keluarga besar pesantren Buntet, dalam hal ini Kyai Mustamid Abbas yang mengutus 4 orang untuk nimbali (memanggil) Kyai Abdul Aziz untuk di Ilbas di Buntet oleh Kyai Ahmad Zahid tepatnya pada hari senin tanggal 3 Rajab tahun 1985. Sehingga sejak kyai Syahmari wafat selain mendidik santri, beliau juga membai’at orang-orang yang akan masuk Thoroqoh Syatoriyah.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
KH. Syahmari sejak kecil sudah menunjukan bahwa kelak dewasa akan menjadi ulama, menurut cerita orang yang lebih tua atau orang yang sebaya beliau, sejak kecil Kyai Syahmari sudah kelihatan cerdas, diusia beliau yang masih 7 tahun beliau tidak pernah meninggalkan shalat bahkan terkadang beliau shalat ditempat penggembalaan kerbau, entah itu diatas batu atau ditengah hutan (tegalan).

2.1 Pendidikan
Sejak usia 6 tahun Kyai Syahmari belajar Al-Qur’an dan Fasholatan pada Kyai Muklas ditempat kelahiran beliau. Setelah Kyai Muklas berangkat haji dan wafat di Makkah yang kurang lebih pada saat itu Kyai Syahmari berusia 11 tahun beliau meneruskan ngaji di Kyai Toyyib Gombong, beliau mengaji pada Kyai Toyyib kurang lebih hingga usianya mencapai 18 tahun.

Kemudian oleh Kyai Toyyib, Kyai Syahmari dipondokan ke Pesantren Kempek Cirebon dibawah asuhan Kyai Harun. Beliau mondok selama kurang lebih 4 tahun kemudian berpindah lagi pada Kyai Yusuf dan Kyai Idris. selama kurang lebih 7 tahun. Setelah selama 11 tahun mondok di Cirebon, Kyai Syahmari tidak langsung pulang tapi beliau meneruskan mondoknya di Pesantren Darussalam Watucongol, Magelang yang di asuh oleh Kyai Dalhar selama kurang lebih 2 tahun, selain itu beliau juga ikut mengaji pada Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng Jombang.

2.2 Guru-Guru

  1. Kyai Syarief (ayah),
  2. Kyai Muklas,
  3. Kyai Toyyib (ayah mertua),
  4. Kyai Harun Kempek,
  5. Kyai Yusuf,
  6. Kyai Idris Kempek,
  7. Kyai Dalhar,
  8. Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
Setelah pulang dari Tebuireng Kyai Syahmari menetap  bersama istri beliau di Tegalharja yaitu pada tahun 1946. Dari situ banyak warga sekitar yang ingin anak beliau dididik oleh beliau, maka pada saat itulah Kyai Syahmari mulai mendirikan Pesantren di Tegalharja atas dorongan dari para wali santri dan perintah dari Kyai Muhammad Toyyib.

3.1 Mendirikan Pesantren
Akhirnya pada tahun 1947 Kyai Syahmari membuka pengajian Al-Qur,an, Fiqih,Tauhid dan Nahwu Shorof untuk anak-anak dan pengajian wetonan untuk orang tua, pelaksanaanya pada hari ahad di dukuh Tegalharja, Desa Warungpring, Kecamatan Warungpring, Kab Pemalang.

Karena situasi politik dan keamanan yang sangat tidak menentu dan kebetulan Kyai Syahmari termasuk pejuang kemerdekaan, maka Kyai. Syahmari tidak tenang bertempat tinggal ditepi jalan besar yang menghubungkan Pemalang dan Moga.

Kebetulan Allah memberi cobaan yang cukup berat, dimana pada saat Kyai Syahmari melaksanakan perintah mertua beliau untuk mendirikan masjid di Tegalharja, ketika bangunan masjid baru sekitar 60% ibu mertua Kyai Syahmari dan beberapa saudara beliau meninggal dunia secara mendadak dan menakutkan, sehingga membuat istri Kyai Syahmari setiap malam dihinggapi rasa takut dan trauma yang pada akhirnya istri beliau minta untuk boyong ke Karangtengah.

Peristiwa tersebut merupakan kesempatan yang sangat baik bagi para sesepuh Karangtengah untuk mengajak Kyai Syahmari pulang ke karangtengah pada tahun 1949 M. beliau bersama istri tercinta Nyai Khoeriyah (Ibunda Kyai Abul Aziz) mulai menetap di Karangtengah.

Kyai Syahmari saat itu baru mendidik santri beliau sendirian, pada tahun 1951 setelah Kyai Anshori menjadi mertua dari anak beliau yaitu Kyai Abdul Aziz mulai saat itulah beliau dibantu oleh Kyai Nashori dalam mengelola pesantren yang dalam hal ini juga masih ada hubungan keluarga dengan beliau.

Kemudian pada tahun 1960an santri Kyai syahmari yang bernama Kyai Hasan Bisri pulang dari Pesantren Watucongol, sehingga pada saat itu Kyai Hasan Bisri membantu kegiatan belajar mengajar para santri.

Sejak pesantren didirikan di Tegalharja sampai berpindah di Karangtengah  masih menggunakan sistim pondok pesantren Kempek cirebon yaitu sistem Tarbiyath Wata’lim atau disebut sistem sorogan

Jumlah santri pada saat itu tidak lebih dari 50 orang, pondok pesantren yang didirikan oleh Kyai Syahmari dan Nyai Siti Khoeriyah ini dinamakan Pondok Pesantren Mislakhul Muta’alimin. Yang sampai sekarang masih berdiri dan teruskan oleh anak beliau yang tertua yaitu Kyai Abdul Aziz Syahmarie.

4. Pesan Kepada Putra Beliau
Tepat malam jum’at tanggal 23 Jumadil Akhir jam 23.00 malam sampai dengan jam 01.00 malam, Al-Maghfurlah Kyai Syahmari memberikan tausiyah kepada putra beliau Kyai Abdul Aziz secara garis besar ada 3 yaitu:

  1. Agar Kyai Abdul Aziz dan anak-anak beliau berpegang teguh kepada NU (Nahdlatul Ulama).
  2. Agar Kyai Abdul Aziz bisa meneruskan mendidik atau membiayai pendidikan adik-adik beliau dan bila sudah saatnya menikahkan adik-adik beliau,
  3. Agar Kyai Abdul Aziz bersama adik-adik beliau meneruskan Pondok Pesantren Mislakhul Muta’alimin.

5. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: Repository STIT Pemalang

Sebelumnya artikel ini dibuat pada tanggal 23 Oktober 2023 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 13 Februari 2024

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya