Biografi KH. Cholil Pendiri Pesantren Darul Ulum Al-Cholily, Bojonegoro

 
Biografi KH. Cholil Pendiri Pesantren Darul Ulum Al-Cholily, Bojonegoro

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru Beliau
2.3  Mendirikan Pondok Pesantren

3.    Penerus Beliau
3.1  Anak-anak Beliau

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Karier Beliau
4.2  Pejuang Kemerdekaan

5.    Referensi

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH.Cholil bin KH. Abdulloh Umar lahir di Desa Pasinan Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.

1.2 Wafat
KH.Cholil bin KH. Abdulloh Umar wafat 25 Desember 1970 M.

1.3 Riwayat Keluarga
KH. Cholil bin KH. Abdulloh Umar menikahi seorang wanita sholehah bernama Hj. Shofiatun, dari buah perkawinan, beliau dikaruniai anak putera dan puteri di antaranya:                               :

  1. Imam Mukhlash
  2. Hj. Istiqomah
  3. Suyuthi.
  4. H. Moh. Asrori
  5. Hj. Mukhlisotin
  6. Hasan
  7. Husen
  8. Hj. Djamilah
  9. Umatul Hafidzoh
  10. Muhsin
  11. Mufidah
  12. Ririn Muktamiroh

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

Di pesantren terakhir inilah nama KH.Cholil bin KH. Abdulloh Umar mulai dikenal banyak orang alim. Pada saat itu, Pondok Termas menjadi pesantren yang besar dan disegani. Meski diasuh oleh Kyai Dimyati, namun kharisma abahnya, Syekh Mahfudz At Tarmasi masih terukir jelas dengan tinta-tinta emas.

Dua tahun sebelum wafat, Kyai Dimyati membalah kitab yang cukup besar. Bila diprkirakan pengajiannya bisa mencapai waktu tiga tahun setengah. Saat mengaji, ternyata Kyai Dimyati sakit dan tidak bisa mengajar.

Setelah lama dinanti ternyata belum kunjung sembuh juga, akhirnya dicarilah seorang badal. Entah apa alasannya, sehingga Kyai Dimyati menjatuhkan pilihan pada KH.Cholil bin KH.Abdulloh Umar, santri asal Bojonegoro.dengan penuh ketakdziman, beliau mulai meneruskan pengajian Kyainya. Dari hari kehari pengajian normal sebagaimana biasa. Namun, sayang kondisi Kyai Dimyati semakin memburuk dan dua tahun kemudian, tokoh yang bertahun-tahun memayungi umat itu menghadap Ilahi Robbi. Kabut berarak mengantarkan jasadnya di peristirahatan terahir.

KH. Dimyati telah wafat, KH.Cholil bin KH. Abdulloh Umar meminta kepada Ibu nyai (Istri K. Dimyati) untuk boyong. Namun sayang, permintaan itu ditolak, dan bahkan beliau meminta kepadanya untuk menghatamkan pengajian kitab sebelumnya. Dengan berat hati, diikutilah dawuh tersebut.

Karena kitab yang dikaji tergolong besar, maka pengajian baru dapat diselesaikan satu setengah tahun setelah meninggalnya Kyai Dimyati. Usai mengkhatamkan kitab, KH.Cholil bin KH. Abdulloh Umar baru diperbolehkan boyong. Dengan segala keridhoan, Ibu Nyai melepas dengan doa “Yo mugo-mugo barokah” (Ya semoga berkah).

2.2 Guru-guru Beliu saat Menuntut Ilmu, di antaranya:

  1. KH. Abdulloh Umar
  2. Syaikhona Cholil
  3. KH. Dimyati Termas

2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Yayasan Taman Pendidikan Islam / Pondok Pesantren Darul Ulum Pasinan Baureno berawal dari didirikannya Pesantren Salafiyah oleh Al- Maghfurlah KH. Cholil bin Abddulloh Umar pada tahun 1937.

Dalam perjalanan sejarahnya pernah menjadi Markas Laskar Hisbulloh dalam rangka mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai baris belakang dan pengiriman pemuda-pemuda ke medan perang melawan penjajah khususnya pada peristiwa 10 Nopember di Surabaya dilanjutkan dengan melawan Agresi Belanda untuk merebut kembali tanah air Republik Indonesia.

3. Penerus Beliau

3.1 Anak-anak Beliau yang menjadi penerus perjuangannya di antaranya:

  1. Imam Mukhlash
  2. Hj. Istiqomah
  3. Suyuthi.
  4. H. Moh. Asrori
  5. Hj. Mukhlisotin
  6. Hasan
  7. Husen
  8. Hj. Djamilah
  9. Umatul Hafidzoh
  10. Muhsin
  11. Mufidah
  12. Ririn Muktamiroh

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Karier

Karier Profesional

  1. Pendiri Yayasan Taman Pendidikan Islam Darul Ulum
  2. Komando Pasukan Hizbulloh Bagian Surabaya Barat
  3. Anggota Dewan Legislatif Kabupaten Bojonegoro
  4. Pangkat Tetuler Letnan Dua
  5. Asisten Wedono Baureno

Karier Organisasi
Pengurus Syuriah Nahdlatul Ulama Cabang Bojonegoro

4.2  Pejuang Kemerdekaan
Dekade 40-an KH.Cholil bin KH. Abdulloh Umar sudah menjadi sosok yang dewasa. Perlawanannya terhadap belanda semakin menjadi-jadi. Sebagaimana cerita di atas, rumahnya pernah dibakar dan keluarganya diburu untuk dijadikan sandera. Selain memiliki postur yang kekar, kyai Cholil juga terkenal denga ilmu kekebalan tubuh.

Beberapa tahun lalu, Bapak Letnan Jendral Soedirman (Ayah mantan Gubernur Basofi Sudirman) menceritakan bahwa dulu saat berperangKH.Cholil bin KH. Abdulloh Umar sering mengadakan ritual tertentu yang salah satunya menggoreng kerikil-kerikil dari tempayan besar sambal mengucap doa-doa. Ketika selesai, kerikil tersebut dibagikan kepada para pasukan. Saat perang berlangsung, kerikil tadi bila dibacakan ayat kursi sebanyak tujuh kali dan tanpa nafas maka akan berubah menjadi granat. Riwayat lain menceritakan berubah menjadi prajurit.

Diantara kelebihan lain yang dimiliki, beliau juga pernah menyirep pasukan satu tengsi (markas belanda) yang kemudian seluruh senjatanya diambil oleh pasukan rakyat Indonesia. Karena jasa besarnya terhadap perjuangan bangsa Indonesia, akhirnya KH.Cholil bin KH. Abdulloh Umar mendapat pangkat Tetuler Letnan Dua dari pemerintah.

Setelah Indonesia merdeka, beliau juga pernah menjabat sebagai Asisten Wdono (Camat) di wilayah Baureno. Dan Nama beliau semakin harum karena berhasil mewarisi sebuah Lembaga Pendidikan yang besari di bawah naungan Yayasan Taman Pendidikan Islam (YTPI) Darul Ulum Pasinan Baureno Bojoengoro. Hingga kini, Lembaga ini mempunyai ribuan pelajar dari tingkatan play group hingga jenjang SLTA.

5. Referensi

https://darululumalcholily.id

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
 

1.2 Wafat

1.3 Riwayat Keluarga

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan 2.1 Mengembara Menuntut Ilmu

2.2 Guru-Guru Beliau

  1.  

2.3 Mendirikan Pondok Pesantren

3. Penerus Beliau3.1 Anak-anak Beliau

 

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Karier Beliau

Karier Profesional

  1.  

Karier Organisasi

 

4.2 Karya-karya Beliau

5. Referensi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Nama                                   : KH. Cholil bin KH. Abdulloh Umar

Tempat Tanggal Lahir     : Bojonegoro 1900 M.

Alamat                                 : Desa Pasinan Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Wafat                                   : 25 Desember 1970 M.

Isteri                                     : Hj. Shofiatun

Anak                                     :

  1. Imam Mukhlash
  2. Hj. Istiqomah
  3. Suyuthi.
  4. H. Moh. Asrori
  5. Hj. Mukhlisotin
  6. Hasan
  7. Husen
  8. Hj. Djamilah
  9. Umatul Hafidzoh
  10. Muhsin
  11. Mufidah
  12. Ririn Muktamiroh

 

Pendidikan :

  • Ponpes. Sidoresmo Surabaya
  • Ponpes. Kranji Sidoarjo
  • Ponpes. Syaikhona Kholil Bangkalan
  • Ponpes. K. Abas Buntet Cirebon
  • Ponpes. Kasingan Rembang
  • Ponpes Tebu Ireng Jombang
  • Ponpes. Termas Pacitan

 

Karya, Pengabdian, dan Prestasi :

  •  

 

Keturunan Mbah Jabar

Cholil lahir di Desa Pasinan Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Semenjak kecil ia sudah mengenyam Pendidikan agama pada ayahnya sendiri yang Bernama KH. Abdulloh Umar. Garis keturunan ini bila dirunut, maka akan sampai kepada Mbah Jabar Nglirip. Silsilah ini bisa diketahui dari isyaroh Mbah Cholil saat bermunajat disana. “Cong pas diuber-uber londo, aku tau ndelik neng makame Mbah Jabar. Pas dalu-dalu aku bermunajat nang kono. Pasng neng tengahe wiridan, tibae ono pedang guwedi nyinar werno putih. Mero penasaran, pedang iku yo sempat tak angkat tapi ora tak gowo.” (Nak, dulu saat dikejar-kejar pasukan belanda, aku pernah bersembunyi di makam Mbah Jabar. Saat malam tiba Aku bermunajat disana. Ditengah-tengah doa, ternyata ada pedang besar bersinar warna putih. Karena PenasaranAkupun mengangkatnya tapi tidak sampai membawa). Sudah menjadi rahasia umum, bahwa siapapun tidak akan mampu mengankat pedang (tidak semua orang bisa mengetahui) disana kecuali para keturunan Mbah Jabar.

 

Badal Kiai

Cholil tumbuh dan berkembang menjadi anak yang tanggap dan cerdas. Disamping itu, dirinya juga sangat menggandrungi ilmu. Tercatat, ia mengeyam Pendidikan dari satu pesantren ke pesantren lai, diantaranya: Ponpes. Sidoresmo (Surabaya), Ponpes. Kranji (Sidoarjo), Ponpes. Syaikhona Cholil (Madura), Ponpes. Buntet Cirebon, Ponpes. Kasingan Rembang, Ponpes. Tebu Ireng, Ponpes. Termas (Pacitan).

Di pesantren terakhir inilah nama Cholil mulai dikenal banyak orang alim. Pada saat itu, Pondok termas menjadi pesantren yang besar dan disegani. Meski diasuh oleh Kiai Dimyati, namun charisma abahnya, Syaikh Mahfudz At Turmusi masih terukir jelas dengan tinta-tinta emas.

Dua tahu sebelum wafat, Kiai Dimyati membalah itab yang cukup besar. Bila diprkirakan pengajiannya bisa mencapai waktu tiga tahun setengah. Saat mengaji, ternyata Kiai Dimyati sakit dan tidak bisa mengajar.

Setelah lama dinanti ternyata belum kunjung sembuh juga, akhirnya dicarilah seorang badal. Entah apa alasannya, sehingga Kiai Dimyati menjatuhkan pilihan pada Cholil, santri asal Bojonegoro.dengan penuh ketakdziman, ia mulai meneruskan pengajian Kiainya. Dari hari kehari pengajian normal sebagaimana biasa. Namun, saying kondisi Kiai Dimyati semakin memburuk dan dua tahun kemudian, tokoh yang bertahun-tahun memayungi umat itu menghadap Ilahi Robbi. Kabut berarak mengantarkan jasadnya di peristirahatan terahir.

Mbah Dimyati telah tiada, Cholilpun meminta kepada Ibu nYai (Istri K. Dimyati) untuk boyong. Namun saying, permintaan itu ditolak, dan bahkan beliau meminta kepadanya untuk menghatamkan pengajian kitab sebelumnya. Dengan berat hati, diikutilah dawuh tersebut.

Karena kitab yang dikaji tergolong besar, maka pengajian baru dapat diselesaikan satu setengah tahun setelah meninggalnya Kiai Dimyati. Usai menghatamkan kitab, Cholil baru diperbolehkan boyong. Dengan segala keridhoan, Ibu Nyai melepas dengan doa “Yo mugo-mugo barokah” (Ya semoga berkah).

 

Kinasih-nya Kiai Dimyati

Setelah boyong dari pesantren Termas Pacitan, Cholil membangun rumah di tanah kelahiraanya, yaitu Bojonegoro. Awalnya ia menularkan ilmunya pada keluarga dan kerabat dekat. Tapi seiring dengan perjalanan waktu, banyak santir yang berdatangan mereka tidak hanya dari desa Pasinan, namun dari desa-desa sekitar.

Setelah menetap bertahun-tahun, suatu hari ada tiga orang santri dari Pondok Pesantren termas Pacitan sowan pada Kiai Cholil. Mereka menyampaikan salam dari Gus Habib (putra Kiai Dimyati). Dengan penuh keharuan ia menjawab “Assalamu’alaikum wa’alaihi”. Stelah berbasa-basi dan saling menceritakan keadaan masing-masing, betapa terkejutnya Kiai Cholel karena salah satu dari mereka mengatakan “Ngapunten, saklintune silaturrohim dalem kaleh bade nyuwun izin bade ngrehap gotaan njenengan dating Pesantren termas.: (Maaf selain silaturrohim, saya juga meminta izin untuk memperbaiki asrama yang Kiai bangun di Pesantren Termas).

Dengan segala ketawadhu’an ia menjawab “ampun ngoten, niku sampun dados hak-ipun Gus Habib boten nggen kulo.” (Jangan begiru, (bangunan) itu sudah menjadi haknya Gus Habib bukan milik saya). Namun ketiga santri tersebut masih ngotot meminta izin lagi, dan menceritakan bahwa kejadian aneh yang terjadi saat perbaikan dimulai. Kejadiannya Ketika para santri mulai memegang genteng untuk diturunkan mereka tidak ada yang kuat mengangkat. Bila dipaksakan, maka mereka akan terpelanting

Konon hingga kini bangunan itu masih terjaga di Pondok Pesantren Termas. Salah satu gotaan dibiarkan kosong. Tidak pernah dibuka, kecuali untuk dibersihkan dan diganti perkakasnya bila telah rusak. Model bangunannya sama persis dengan model rumah Kiai Cholil di Baureno bagian depan. Di sana ada ornament berbentuk segitiga sebanyak tiga buah.

Bebarapa tahun lalu, Mufidah (Dosen UIN Malang) salah satu putrinya yang berada di Malang mendapat undangan di Kabupaten Pacitan. Setelah acara selesai, Ia menyempatkan ziarah ke Pondok Pesantren Termas. Di sana ternyata ada bangunan yang mirip rumahnya. Setelah ditanyakan, penguruspun manjawab “Ini adalah gotaan yang dibuat olah Kiai Cholil dari Bojonegoro, saat mondok dulu ia merupakan santri kinasih-nya Kia Dimyati”. Karena memang tidak semua orang bisa masuk, akhirnya Mufidahpun berterus terang kepada pengurus bahwa ia adalah salah satu putri dari Kial Cholil. Seketika pengurus itu mempersilahkan untuk masuk keruangan yang dibangun oleh ayahandanya.

 

Ahli Fiqih, tafsir, dan Ilmu Alat

Kiai selain menguasai hamper semua disiplin ilmu agama, biasanya mempunyai kekhususan disiplin ilmu tertentu. Begitu pula Degnan Kiai Cholil yang berkenal dengan ilmu Fiqoh, Tafsir dan Alat. Fiqih adalah produk hukum yang dihasilkan para mujtahid dalam menentukan status perkara. Adapun landasannya adalah Al-Qur’an dan Hadits. Tafsir merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang Al-Qur’an dan Hadits yang dilihat dari berbagai sudut pandang, baik dari sebab-sebab turun, gramatikal Bahasa, kandungan sastra, dan lain sebagainya. Ilmu alat adalah ilmu yang bisa mengantarkan sesorang memahami Bahasa Arab dengan baik dan benar. Ilmu ini mencakup Nahwu, Shorof, dan Balaghoh.

Bila orang datang dengan membawa prtanyaan tentang fiqih kepada Kiai Cholil tentu mereka pulang dengan mendapat jawaban yang memuaskan. Tidah pernah seorang tamupun yang musykil dan pulang dengan tangan hampa.

 

Santri Sakti

Selain ilmu agam, Kiai Cholil memang punya kecenderungan terhadap ilmu tenaga dalam. Paling tidak mondoknya di Sidoresmo dan Buntet bisa membuktikan hal itu. Bakatnya dalam hal ini sudah kelihatan saat ia masih mondok. Sebuah keterangan menceritakan bahwa saat masih mondok di Pesantren Kasingan Rembang, Cholil sempat dikerjai oleh teman-temannya.

Secara diam-diam Ia didaftarkan adu ketangkasan bela diri di Sedan. Karena tidak tahu, maka ketiaka diajak temannya nonton gelanggang bebas (open bar) Ia santai-santai saja. Setelah acara berjalan beberapa saat, betapa terkejutnya ia Ketika mendengar Namanya disebut oleh MC. “Penampilan selanjutnya adalah dari Cholil perwakilan dari Pondok Pesantren Kasingan Rembang.” Wajahnya pun berubah, awalnya ia ingi lari begiru saja, namu teman-temannya melarang “Mosok ora wani, isi-isini pondok” (Masak tidak berani, malu-maluin pondok).

Akhirnya, jiwanya pun terbakar seketika, ia tidak mungkin lari karena sudah disebutkan perwakilan dari PondokKasingan. Saat nai pentas, ia tidak berjalan sebagaimana peserta lainnya. Dari posisinya duduk didepan panggung itu, tubuhnya langsung melayang ke udara dan berputar-putar di atas panggaung.

Seketika, seluruh hadirin riuh dengan tepukan dan pujian. Tak lama kemudain para peserta menguji kemampunannya dengan melemparinya berpuluh-puluh pisau kecil ketubuhnya. Tapi saying tidak satupun pisau itu yang mengenainya, malah pisau-pisau itu dapat ditangkap diaantara jari-jemarinya. Secepat kilat, pisau-pisau yang terselip itu di kebatkan dan menancap rapi di atas panggung. Gemuruh sorakpun semakin ramai dengan penampilan yang menarik dari santri asal Bojonegoro tersebut.

Konon, Kiai Cholil memang terkenal mempunyai ilmu gingkang (peringan tubuh). Jangankan hanya melompat jarak dan tinggi empat meter, melompati rumah saja di anggap enteng olehnya. Dulu saat ada gelanggang bebas di depan Rumahnya, Kiai Cholil pernah muncul dengan melintas (baca : terbang) di atas rumah.

 

Pejuang Kemerdekaan

Dekade 40-an Mbah Cholil sudah menjadi sosok yang dewasa. Perlawanannya terhadap belanda semakin menjadi-jadi. Sebagaimana carita di atas, rumahnya pernah dibakar dak keluarganya diburu untuk dijadikan sandera. Selain memiliki postur yang kekar, kiai Cholil juga terkenal denga ilmu kekebalan tubuh. Beberapa tahun lalu, Bapak Letnan Jendral Soedirman (Ayah mantan Gubernur Basofi Sudirman) menceritakan bahwa dulu saat berperang Mbah Cholil sering mengadakan ritual tertentu yang salah satunya menggoreng kerikil-kerikil dari tempayan besar sambal mengucap doa-doa. Ketika selesai, kerikil tersebut dibagikan kepada para pasukan. Saat perang berlangsung, kerikil tadi bila dibacakan ayat kursi sebanyak tujuh kali dan tanpa nafas maka akan berubah menjadi granat. Riwayat lain menceritakan berubah menjadi prajurit.

Diantara kelebihan lain yang dimiliki, ia juga pernah menyirep pasukan satu tengsi (markas belanda) yang kemudian seluruh senjatanya diambil oleh pasukan rakyat Indonesia. Karena jasa besarnya terhadap perjuangan bangsa Indonesia, akhirnya Mbah Cholil mendapat pangkat Tetuler Letnan Dua dari pemerintah.

Setelah Indonesia merdeka, juga pernah menjabat sebagai Asisten Wdono (Camat) di wilayah Baureno. Dan Namanya semakin harum karena berhasil mewarisi sebuah Lembaga Pendidikan yang besari di bawah naungan Yayasan Taman Pendidikan Islam (YTPI) Darul Ulum Pasinan Baureno Bojoengoro. Hingga kini, Lembaga ini mempunyai ribuan pelajar dari tingkatan play group hingga jenjang SLTA.

 

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya