Biografi KH. R. Ahmad Masyhud, Pendiri Pesantren Al-Istiqomah Wanasari, Bandung

 
Biografi KH. R. Ahmad Masyhud, Pendiri Pesantren Al-Istiqomah Wanasari, Bandung

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Meluruskan Aqidah di Masyarakat
3.2  Mendirikan Pesantren

4.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. R. Ahmad Masyhud lahir di Subang, pada tanggal 22 April 1916 M. Beliau merupakan anak pertama dari dua bersaudara, ayahnya bernama KH. Aceng Muhammad Qolyubi dan Ibunya bernama Nyai Hj. Siti Maemunah, beliau mempunyai seorang adik yang bernama KH. Ahmad Syahid.

KH. R. Ahmad Masyhud merupakan keturunan dari Tokoh Syekh Abdul Muhyi yang merupakan uyutnya, Syekh Abdul Muhyi adalah seorang wali Allah yang memiliki segudang karomah bagi warganya di Pamijahan, Tasikmalaya.

1.2 Riwayat Keluarga
Karena dari kecerdasan dan ketekunan yang dimiliki olehnya, KH. Ahmad Syafi’i berfikir untuk menjodohkan KH. R. Ahmad Masyhud dengan putrinya, itu sebabnya beliau dinikahkan dengan putrinya yaitu Nyai Siti Maemunah.

1.3 Wafat
KH. R. Ahmad Masyhud meninggal pada tahun 1985 yang kemudian di makamkan di Kampung Mahmud berdekatan dengan makam Eyang Dalem Abdul Manaf (Mahmud).

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Latar belakang dari keluarga ulama dan hidup di lingkungan pesantren sejak lahir memberikan sentuhan tersendiri bagi KH. R. Ahmad Masyhud. Sebagaimana keluarga pesantren umumnya dididik dan dibesarkan di lingkungan pesantren. Orang yang pertama kali mendidik dan memberikan bimbingan ilmu agama adalah ayahnya. Ilmu agama diperluasnya dengan cara belajar tidak hanya pada satu guru ataupun pesantren.

KH. R. Ahmad Masyhud pertama kali menempuh pendidikan di Vervolgschool yang lebih dikenal dengan “Sekolah Ongko Loro”, pada tahun 1923 dan lulus mempunyai ijazah pada tahun 1928, beliau menempuh pendidikan di Vervolghschool selama 5 tahun. Kemudian KH. R. Ahmad Masyhud mulai mendaftar sekolah agama di Madrasah Jami’atul Khoer Soreang dari tahun 1929-1931.

Di usianya yang masih belia, KH. R. Ahmad Masyhud menimba ilmu ke beberapa Pondok Pesantren, pertama kali beliau menduduki Pondok Pesantren Citaliktik Soreang, Kabupaten Bandung, kemudian beliau mondok di pesantren yang lain, di antaranya: Pesantren Cigondewah Bandung, Pesantren Sirnamiskin Babakan Ciparay Bandung, Pesantren Sukaraja Garut, Pesantren Cikuya Cicalengka Bandung, Pesantren Sindangsari Cijerah Bandung, Pesantren Gentur Cianjur, dan Pesantren Cibaduyut Bandung.

2.2 Guru-Guru

  1. KH. Aceng Muhammad Qolyubi,
  2. Kyai Moh. Badri,
  3. Kyai Adro'i,
  4. KH. Ahmad Dimyati Sukamiskin,
  5. Kyai Moh. Dabigi,
  6. KH. Moh. Toha Sadiki,
  7. KH. Moh. Syafi'i,
  8. KH. Ahmad Syatibi,
  9. KH. Muhammad Abdul Qodir,
  10. KH. Moh. Zarkasih.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah 

3.1 Meluruskan Aqidah di Masyarakat
Melihat realitas kultur sosial dan keagamaan masyarakat Cijerah yang dianggap menyimpang dari ajaran Al-Qur’an. KH. Ahmad Masyhud tergerak hatinya untuk melakukan pembaharuan dan pemurnian kembali terhadap ajaran dan pemahaman serta praktik-praktik keagamaan masyarakat. Tentu saja, misi itu diiringi dengan wawasan keilmuan beliau yang luas tentang Islam, karena beliau sudah banyak menimba ilmu di beberapa pondok pesantren.

Penyimpangan yang dilakukan oleh masyarakat Cijerah yaitu mereka masih percaya kepada roh nenek moyang dan menyembah selain kepada Allah SWT lalu menyediakan sesajian, kebiasaan ini dilakukan oleh masyarakat ketika sebelum adanya KH. R. Ahmad Masyhud datang ke Cijerah.

Masyarakat mengalami keruntuhan struktural, dan dipicu oleh KH. R. Ahmad Masyhud mempunyai tujuan untuk menegakkan "amar ma’ruf nahi munkar dalam menjalankan dakwahnya di Cijerah," perjalanan yang ditempuh cukup lama, ada beberapa halangan yang telah beliau hadapi, secara langsung berasal dari tokoh dan masyarakat yang mempunyai sedikit perbedaan pemahaman dengan beliau.

Mereka menganggap bahwa ajaran yang dibawanya merupakan agama baru, namun beliau tetap sabar dan ikhlas dalam menjalankan dakwahnya. Ketika beliau berhadapan dengan sebagian masyarakat yang masih berpegang teguh pada tradisi lama yang menyimpang dari ajaran agama Islam, menurutnya hal ini merupakan salah satu tantangan yang berat baginya, tetapi berkat kegigihan, kearifan serta keilmuwan yang beliau miliki sebagian besar di terima oleh masyarakat.

Sedikit demi sedikit perbedaan dari masyarakat mulai terlihat dan berada dalam keadaan kemajuan, terutama dalam masalah aqidah dan praktek-praktek (Takhayul, Bid’ah, dan Khufarat) sudah hampir lenyap. Masyarakat sudah dapat mengetahui dan membedakan mana yang semestinya dilakukan dan mana yang semestinya tidak dilakukan.

Seorang muslim tentunya harus sadar bahwa dirinya merupakan subjek dakwah, beliau adalah pelaku yang tidak boleh absen. Tugasnya harus dilakukan secara Kontinu dengan cara-cara yang sesuai dengan tempat dan situasinya. Oleh karena itu, menyampaikan (mendakwahkan) ajaran agama Islam kepada orang lain merupakan kewajiban bagi umat muslim.

3.2 Mendirikan Pesantren
Pondok Pesantren Al-Istiqomah Wanasari didirikan oleh KH. R. Ahmad Masyhud adalah Pondok Pesantren Al-Istiqomah Wanasari. Awal mula didirikannya pondok pesantren ini berawal dari latar belakang datangnya KH. R. Ahmad Masyhud ke Cijerah atas utusan dari mertuanya yakni KH. Ahmad Syafi’i, namun beliau mempunyai tujuan yang paling utama yakni ingin mengajak masyrakat pada kebaikan yang pada mulanya berupa silaturrahmi dengan masyarakat muslim sekitar. Pondok Pesantren Al-Istiqomah didirikan pada tahun 1943 yang menggunakan sistem salafiyah dan berpedoman "thoriqoh at-ta’lim wa at-tallum".

Pondok Pesantren Al-Istiqomah Wanasari pada awalnya hanya diberi nama Pondok Pesantren Wanasari saja, namun ketika KH. R. Ahmad Masyhud wafat nama Pondok Pesantren ini di ganti dengan nama Pondok Pesantren Al-Istiqomah Wanasari atas kesepakatan dari anak-anaknya, nama Al-Istiqomah di ambil dari nama masjid yang didirikan oleh beliau berbarengan ketika beliau mendirikan Pondok Pesantren Wanasari.

Pondok Pesantren Al-Istiqomah ini menggunakan sistem salafi dengan mengajarkan kitab-kitab klasik yang dapat di golongkan ke dalam beberapa bagian, di antaranya ialah: ilmu nahwu, ilmu sorof, ilmu fiqih, ilmu tauhid, ilmu hadis, ilmu tasawuf dan tafsir. Adapun materi-materi pengajaran yang lebih menunjang di antaranya: pelajaran qira’at, muhadharah, dan riyaadhah (dzikir).

Adapun dorongan yang melatar belakangi berdirinya Pondok Pesantren Al-Istiqomah ini adalah pelaksanaan "amar ma’ruf nahi munkar", menyuruh pada kebaikan, mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Hal ini berdasarkan kepada kondisi masyarakat yang pada saat itu masih buta dengan ajaran agama Islam.

4. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: Peran Raden K.H. Ahmad Masyhud…| Ulu Hasanah, Mahpuddin, Mahbub.

Artikel ini sebelumnya dibuat pada tanggal 12 Februari 2024 dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa pada tanggal 22 April 2024.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya