Biografi KH. Abdul Qodir bin Guru H. Ibrahim, Pendiri Pesantren As'ad Jambi

 
Biografi KH. Abdul Qodir bin Guru H. Ibrahim, Pendiri Pesantren As'ad Jambi

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru Beliau
2.3  Mendirikan Pengasuh Pesantren

3.    Penerus Beliau
3.1  Anak-anak Beliau

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Karya-karya Beliau
4.2  Karier Beliau

5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
KH. Abdul Qodir bin Guru H. Ibrahim (disingkat Guru Qodir) dilahirkan di Kampung Tengah Jambi, pada tahun 1914 M bersamaan dengan 18 Safar 1332 H. Beliau terlahir sabagai anak seorang ulama terkenal di Jambi bernama Guru H. Ibrahim bin Syekh Abdul Majid al-Jambi bin K.H. M Yusuf bin’Abid bin Jantan Bergelar Sri Penghulu, seorang pelopor pendidikan dan tokoh pendiri oraganisasi Tsamaratul Insan.

Beliau merupakan seorang kiai pesantren di lingkungan NU yang memiliki kharisma tinggi, seorang kiai pesantren yang mempunyai peran aktif di berbagai bidang seperti bidang pendidikan, dakwah, dan politik.

1.2 Wafat
Pada tahun 1970 merupakan tahun yang cukup menyedihkan bagi masyarakat Jambi, karena pada tahun itu beliau meninggal dengan tenang di Jakarta. Beliau telah banyak berjasa khususnya bagi kemajuan Pendidikan Islam di Jambi.

1.3 Riwayat Keluarga
KH. Abdul Qodir menikah seorang wanita bernama Hj. Zainab dikaruniai beberapa anak.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

  1. Syekh Hasan Al-Yamani untuk memperdalam ilmu Ushul Fiqh.
  2. Syekh 'Arif At-Tabulisy (seorang hakim tentara Turki) dalam ilmu Falak.
  3. Syekh al-Maliki (seorang mufti Mekkah).
  4. Syekh Mahmud Bukhari.

Mulai pada usia 13 tahun, beliau dipercayakan untuk menjadi tenaga pengajar bantu di Pondok Pesantren Nurul Iman. Dalam tahun 1944 sampai tahun 1948 karirnya menanjak, sehingga dipercayakan menjadi Mudir Madrasah Nurul Iman.

2.2 Guru-Guru Beliau

  1. Syekh Hasan Al-Yamani untuk memperdalam ilmu Ushul Fiqh.
  2. Syekh 'Arif At-Tabulisy (seorang hakim tentara Turki) dalam ilmu Falak.
  3. Syekh al-Maliki (seorang mufti Mekkah).
  4. Syekh Mahmud Bukhari.

2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Pada tahun 1369 H, tepat tanggal 26 Jumadil Awwal 1369 H dan selesai pada tanggal 26 Dzulqoidah 1370 H bertepatan tanggal 29 Agustus 1951 M, dengan disertai niat yang baik dan semangat yang kuat dalam menghadapi rintangan-rintangan baik yang datangnya dari pihak yang tidak setuju dengan kehadiran Perguruan/Pondok Pesantren As’ad (Ma’hadul As’ad) ini ataupun rintangan berupa biaya, namun berkat inayah dan hidayah Allah SWT maka pada tahun 1951 berdirilah sebuah gedung permanen berukuran 35 x 17 meter yang terletak diatas lahan seluas 1 ½ Ha dan pembangunan di Pondok Pesantren As’ad ini berkembang dengan pesat, terbukti dengan banyaknya gedung yang telah dibangun pihak Yayasan pada sa’at ini.

Adapun tujuan Perguruan/Pondok Pesantren As’ad didirikan adalah untuk membantu pemerintah dalam mengadakan sarana pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, baik dibidang ilmu pengetahuan Islam maupun ilmu pengetahuan umum. Setelah para santri menamatkan pendidikannya baik ditingkat SD/Ibtidaiyah, Tsanawiyah ataupun Aliyah di Perguruan As’ad, mereka dapat meneruskan pendidikannya baik di sekolah umum atau di Perguruan Tinggi Umum dan Swasta lainnya.

Untuk memperlancar laju roda Perguruan As’ad ini, baik dalam hubungan intern Pondok ataupun hubungan ekstern, maka dibentuklah suatu badan atau Yayasan yang semula diberi nama Yayasan Asrama As’ad dengan akta Notaris tertanggal 3 Mei 1958 nomor 62/1958.

3. Penerus Beliau

3.1 Anak-anak Beliau
KH. Najmi Qadir

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

KH. Abdul Qodir telah banyak berjasa dalam mengembangkan agama Islam di Jambi, dengan mengadakan pengajian kelompok, para santri yang
datang ke rumah guru pada malam hari untuk belajar Fiqh, Irsyadul Ibad, Riyadus al-Sholihin, dan sebagainya. Untuk ibu-ibu hanya mengaji di masjid
Kampung Tengah atau Langgar Putih pada malam Selasa dan malam Jum’at dengan materi masalah ibadah seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan masalah keluarga.

KH. Abdul Qodir Ibrahim, seorang ulama terkemuka dan berfikiran maju di kala itu mengemukakan bahwa apabila dunia pendidikan Islam (madrasah) terus dibiarkan tanpa adanya pembaharuan dan perbaikan sistem pendidikan, maka dunia pendidikan Islam khususnya di Jambi akan menghadapi masa yang suram, nyatanya hal tersebut memang terbukti dimana pada saat ini banyak madrasah yang tidak atau kurang berfungsi lagi. Dengan semangat dan yakin beliau dapat mengembangkan Islam melalui pendidikan Islam. Pondok pesantren As’ad didirikan sebagai respon terhadap kondisi masyarakat Jambi yang masih sangat memprihatinkan dalam bidang pendidikan.

Pondok Pesantren As’ad yang pertama kali yang memberikan kesempatan bagi perempuan Seberang untuk mengenyam pendidikan dan merubah pola pikir para perempuan Jambi. Pondok Pesantren As’ad telah banyak memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendidikan dan pembinaan kepada perempuan, hal ini dapat dilihat dari kinerja dan keberhasilan para alumni yang telah berkiprah di masyarakat dan bersaing di dunia kerja.

Semasa hidup KH. Abdul Qodir sangat memperhatikan hubungan sosialnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan santri yang banyak dan berasal dari penduduk desa baik dari desa Olak Kemang maupun desa-desa di sekitaran Olak Kemang. Olak Kemang merupakan Desa yang tertata rapi karena rumah-rumah penduduk telah tertata dan para penduduk memagari rumahnya dengan dinding-dinding dari batu bata.

Peranan KH. Abdul Qodir dalam masyarakat sangat besar. Karena dengan nyantrinya para penduduk ke Pondok Pesantren As’ad, maka sikap para penduduk mulai dari kesopanan, tingkah laku, dan sistem keilmuannya telah dibimbing oleh KH. Abdul Qodir.

Dampak dari itu semua sangat berperan dalam merubah paradigma pemikiran masyarakat dalam memahami suatu persoalan agama dan sosial. Sehingga sampai saat ini kehidupan masyarakat Jambi menjadi lebih teratur dan menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan, dan masyarakat merasa dirinya adalah bagian dari pesantren. pondok pesantren dijadikan wadah pendidikan dalam membina umat, sehingga munculah hukum timbal balik antara pesantren dan warga masyarakat.

Dalam hal keagamaan, kehidupan masyarakat kota Jambi lebih memahami akan hal-hal yang berhubungan dengan ajaran agama Islam. Sedikit demi sedikit masyarakat mulai meninggalkan kebiasaan dan keparcayaan yang bisa mempengaruhi keimanan. Sampai sekarang boleh dikatakan tidak ada ditemukan hal-hal yang berbau mistik, tahayul, dan khurafat. Terlihat sekarang adalah pengajian-pengajian dan majelis ta’lim yang hampir diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat.

Masyarakat Jambi sangat terorganisir dengan adanya lembaga-lembaga sosial yang telah dibentuk oleh Pondok Pesantren dan menjalin kerja
sama dengan pemerintah guna meningkatkan hubungan yang lebih harmonis dan sesuai dengan ajaran agama Islam.

4.1 Karya-karya Beliau
Guru Qadir termasuk orang yang produktif dalam menulis antara lain buku teks tentang Tauhid dan Nahwu. Karyanya dalam ilmu Tauhid adalah:
kitab "Mughni al-Awam", merupakan. kitab teks yang dipelajari di Madrasah As'ad sampai sekarang. Kitab ini berupa kitab elementer bagi pemula atau. anak-anak dalam mempelajari Tauhid yang ditulisnya pada Jumadil al-Awwal 1369 H. Tulisan ini berisikan tentang Rukun Islam, Rukun Iman, pengetahuan tentang silsilah Nabi Muhammad SAW, dan tentang akidah lima puluh. Kitab ini tersusun dengan berbentuk syair-yair dalam bahasa Melayu yang singkat sehingga mudah dihafal oleh anak-anak.

kitab "Riadh al-Shibyan". Sebuah kitab kecil yang terdiri dari beberapa bait syair dalam bahasa Melayu. Tulisan ini berisikan kaidah-kaidah Nahwu dalam kitab Matan al-Ajrumiyyah. Kitab ini agak singkat sehingga mudah di hafal oleh anak-anak dan menjadi kitab teks di Madrasah As'ad.

4.2 Karier Beliau

Karier Profesional

  1. Pengasuh Pesantren Nurul Iman
  2. Pengasuh Pesantren As'ad
  3. Dekan Fakultas Usluhuddin IAIN Sultah Thaha Syaifudin Jambi tahun 1968-1970
  4. Anggota DPRD SR Tk.I Jambi
  5. Anggota MPRS RI

Karier Organisasi

  1. Ketua Syuriah NU kecamatan Danau Teluk, anggota Syuriah NU Wilayah Jambi
  2. Anggota Syuriah NU Wilayah Jambi
  3. Ketua Majelis Syuro Wal Fatwa” se-Sumatera Tengah tahun 1955-1956
  4. Ketua Mahkamah Syari’ah Jambi (sekarang disebut Pengadilan Tinggi Agama) tahun 1961-1969
  5. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jambi tahun 1957-1971.

5. Referensi

https://asad.ponpes.id/

 

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya