Info Harian Laduni.ID: 1 Maret 2024

 
Info Harian Laduni.ID: 1 Maret 2024

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Jum’at, 1 Maret 2024 bertepatan dengan hari lahir KH. Siradj Akram, KH. Muhammad Salman Dahlawi, KH. Anwar Mansur Lirboyo, KH. Ahmad Bagdja, KH. Mahfudz Asirun dan hari wafat KH. Achmad Masduqie Machfudz.

KH. Siradj Akram
KH. Siradj Akram lahir di Klaten, Jawa tengah pada 1 Maret 1913 M. Beliau merupakan putra KH. Akram bin Abdul Rahman. Nama kecil KH. Siradj Akram adalah Abdus Syakur dan berganti nama menjadi Siradj sejak pulang haji tahun 1927.

KH. Siradj Akram wafat pada usia 87 tahun, pada hari Selasa, 9 Ramadhan 1421/5 Desember 2000. Beliau wafat saat sedang melaksanakan shalat Ashar di tempat tidurnya. Jenazah almarhum dimakamkan di samping Masjid Mujahidin Kadirejo Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten.

KH. Siradj Akram kecil dididik dan diasuh langsung oleh Ayahnya. Beliau diajarkan ilmu agama dan Al-Qur’an. Saat sudah cukup umur, ayahnya mengirim putranya ke Pondok Pesantren Tremas. Perjalanan menuju pesantren asuhan KH. Dimyati di Pacitan ditempuhnya dengan berjalan kaki.

Sepulang nyantri, Kyai Siradj Akram mulai berdakwah dan mengajar ngaji kitab kuning. Siapapun yang datang untuk mengaji selalu dilayaninya, satu orang santri sekalipun. Pintu rumahnya selalu terbuka bagi siapapun dan tak pandang bulu.

Suara dzikir dan bacaan shalawat hampir tidak pernah berhenti terucap dari lisan beliau. Meskipun sudah larut malam, seringkali terdengar lantunan dzikir dan shalawat dari kamar beliau.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Siradj Akram
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Siradj Akram

KH. Muhammad Salman Dahlawi
KH. Muhammad Salman Dahlawi atau yang akrab dengan sapaan Mbah Salman lahir pada 1 Maret 1936. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Muhammad Muqri bin KH. Kafrawi dengan Hj. Masfuah binti Muhammad Manshur.

KH. Muhammad Salman Dahlawi wafat pada Selasa, 27 Agustus 2013 pukul 17.45 WIB, dalam usia 78 tahun. Beliau meninggal dunia setelah dirawat intensif di Rumah Sakit Islam Surakarta (RSIS) sejak awal Agustus lalu.

Kyai Muhammad Salman Dahlawi menamatkan pendidikan Sekolah Rakyat di Sekolah Rakyat Tegalgondo Wonosari Klaten. Setelah tamat Sekolah rakyat, Kyai Salman kecil melanjutkan belajar agama di Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta yang diasuh oleh KH. Ahmad Umar Abdul Mannan (Mbah Umar), dan selanjutnya nyantri di Pondok Pesantren pimpinan KH. Khozin di Bendo, Pare, Kediri, Jawa Timur selama kurang lebih empat tahun (1956-1960).

KH. Muhammad Salman Dahlawi adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Manshuriyah, Popongan, pesantren tertua di Klaten. Sejak 21 Juni 1980, Pesantren Popongan berganti nama menjadi Pondok Pesantren Al-Manshur, untuk mengenang pendirinya, bersamaan peresmian yayasannya.

Jejak tarekat Naqsabandiyah di Indonesia dalam silsilahnya bermula dari sahabat Abu Bakar Al-Shiddiq sampai Syekh Bahauddin Al-Naqsyabandy (Jawa Timur). Dakwah tarekat kian menyebar hingga di Jawa Tengah.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Muhammad Salman Dahlawi
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Muhammad Salman Dahlawi

KH. Anwar Mansur Lirboyo
KH. M. Anwar Manshur atau yang akrab dengan sapaan Mbah War lahir tanggal 1 Maret 1938 M di lingkungan Pondok Pesantren Lirboyo. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Manshur Jombang dengan Nyai Salamah, putri ketiga pendiri Pesantren Lirboyo KH. Abdul Karim.

KH. M. Anwar Manshur menikah dengan Nyai Umi Kulsum, putri dari KH. Mahrus Aly. Dari pernikahannya, beliau dikaruniai delapan orang anak. Tiga anak laki-laki dan lima anak perempuan.

Sejak kecil, KH. M. Anwar Manshur diasuh di Lirboyo. Riwayat pendidikannya dimulai dengan menimba ilmu di Pondok Pesantren Pacul Gowang Jombang (pondok ayahnya sendiri). setelah itu, belajar ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng sampai tingkat tsanawiyah dan untuk selanjutnya meneruskan pendidikannya ke Pesantren Lirboyo, kota Kediri.

KH. M. Anwar Manshur mendirikan pondok pesantren baru yang diberi nama Pesantren Hidayatul Mubtadiat khusus santri putri yang didirikan pada tanggal 1 muharram 1406 H/15 September 1985 M.

Sebagai salah satu pengasuh Pesantren Lirboyo, KH. M. Anwar Manshur sangat perhatian dan telaten kepada santri-santrinya baik putra maupun putri. sering kali  KH. M. Anwar Manshur menasehati para santrinya agar rajin dalam belajar dan tekun dalam beribadah untuk senantiasa mensucikan hati dan pikiran agar ilmu yang sedang di pelajari mudah di terima, kemudian dalam mendidik santrinya beliau lebih menekankan akhlak.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Anwar Mansur Lirboyo
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Anwar Mansur Lirboyo

KH. Ahmad Bagdja
KH. Ahmad Bagdja atau yang akrab dengan sapaan Abah Bagdja lahir 1 Maret 1945 di Desa Cipetir, Kecamatan Lebakwangi, Kuningan, Jawa Barat. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Muhammad Tohir dengan Nyai Arkasih.

KH. Ahmad Bagdja wafat pada Kamis, 6 Februari 2020, pukul 01.09 WIB. Beliau wafat di RS Jakarta Medical Center (JMC) Jakarta Selatan.

Selama mengeyam pendidikan, Kyai Ahmad Bagdja pernah mendapatkan beasiswa dari Departemen Agama untuk melanjutkan Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) empat tahun di Cirebon sebagai persiapan untuk menjadi seorang guru Sekolah Dasar (SD).

KH. Ahmad Bagdja adalah perintis Komisariat PMII IKIP Jakarta sekaligus menjadi Ketua Umum PMII periode 1977-1981. Selain itu beliau juga pernah menjadi Ketua Umum Dewan Mahasiswa IKIP Jakarta.

Ketua Badan Koordinasi Senat-senat Mahasiswa IKIP se-Indonesia (1970), dan menjabat sebagai Sekjen PBNU pada periode kedua kepengurusan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tahun 1989-1994.

Beliau dikenal sebagai sosok yang santun, mengayomi dan menginspirasi, terutama bagi generasi muda NU. Pribadinya rendah hati dan bisa diterima semua pihak.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Ahmad Bagdja

KH. Mahfudz Asirun
KH. Mahfudz Asirun lahir pada tanggal 1 Maret 1954 di Jakarta. Beliau merupakan anak ke dua dari tujuh bersaudara, dari pasangan KH. Asirun bin H. Selong dengan Hj. Marfuah binti H. Mukhtar.

KH. Mahfudz Asirun menikah dengan Nyai Aan Kurniasih binti H. M. Arpandi, sosok gadis kelahiran Jakarta, 30 Agustus 1966. Beliau menikah pada tanggal 1 Sya’ban 1406 Hijriyah atau bertepatan pada tanggal 16 April 1986. Dari pernikahannya, beliau dikaruniai 3 Putra dan 3 Putri.

Setelah tamat MI, KH. Mahfudz Asirun tidak melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi beliau ikut berdagang ke pasar dengan berjualan beras.

Sepulang berjualan, Beliau pergi mengaji kepada beberapa mu’allim di sekitar Duri Kosambi diantaranya kepada KH. Muhammad Arsyad, KH. Ahmad Zaini, KH. Hadromi, KH. Abdul Hamid dan KH. Abdul Mubin yang dilaksanakan di rumah-rumah para mu’allim/guru dengan metode bandongan atau sorogan,

Pada tahun ke 7 setelah masuk pesantren beliau mulai memikirkan untuk menyebarkan ilmu di kampung halamannya, maka dimulailah kegiatan ta’lim dalam kelompok kecil yang dilakukan oleh KH. Mahfudz Asirun.

Setelah belajar sekitar 13 tahun di Pesantren An Nida, KH. Mahfudz Asirun pun meminta izin kepada Syekh Muhajirin untuk benar-benar pulang kampung untuk melanjutkan dan mengembangkan ta’lim yang sudah beliau rintis sejak lama.

Berkat pengaruh dan kepeduliannya terhadap masyakarat nahdliyin, saat ini KH. Mahfudz Asirun diserahkan amanah jabatan sebagai Ra'is Syuriah NU Jakarta Barat, dan Penasehat MUI Jakarta Barat.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Mahfudz Asirun
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Mahfudz Asirun

KH. Achmad Masduqie Machfudz
KH. Drs. Achmad Masduqie Machfudz lahir di Desa Saripan (Syarifan), Jepara, Jawa Tengah pada 1 Juli 1935, beliau merupakan putra dari pasangan Kyai Machfudz dan Ibu Nyai Chafsoh.

KH. Drs. Achmad Masduqie Machfudz wafat pada hari Sabtu, 1 Maret 2014/28 Rabi'ul Akhir 1434H di usia 78 tahun setelah dirawat beberapa hari di RS Saiful Anwar, Malang.

KH. Drs. Achmad Masduqie Machfudz sejak berusia 5 tahun tepatnya pada tahun 1939 sudah belajar di Madrasah Ibtidaiyah di kampungnya yang pada waktu itu dikenal dengan istilah "Sekolah Arab", karena pelajarannya lebih banyak berbahasa arab.

Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Nurul Huda dirintis oleh KH. Drs. A. Masduqie Machfudz melalui mushala kecil yang berada di Mergosono gang 3B. Mushala yang sebelumnya sepi oleh aktivitas ibadah mulai digalakkan semenjak beliau berdomisili. Walaupun lingkungan sekitar kurang merespons aktivitas ini.

Tetapi dengan ajakan yang santun, perlahan lingkungan sekitar mulai terpengaruh. Makin lama, mushala semakin ramai dengan jamaah shalat fardlu. Aktivitas syiar Islam pun ditingkatkan dengan pengajian rutin, baik yang dilaksanakan di mushalla maupun di sekeliling pelosok kota Malang.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Achmad Masduqie Machfudz
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Achmad Masduqie Machfudz

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.