Kisah Tragis Pesugihan: Anak yang Menjadi Tumbal

 
Kisah Tragis Pesugihan: Anak yang Menjadi Tumbal
Sumber Gambar: Pinterest,Ilustrasi: Laduni.id

Laduni.ID, Jakarta - Pesugihan, siapa yang tidak kenal dengan praktik ini? Di Indonesia, pesugihan memang bukan hal yang asing lagi di telinga masyarakat. Banyak yang percaya bahwa dengan melakukan pesugihan, kehidupan mereka akan menjadi lebih baik dan rezeki akan mengalir deras. Namun, perlu diingat bahwa dalam pandangan Islam, pesugihan merupakan dosa yang sangat besar.

Dalam Islam, melakukan pesugihan berarti menyekutukan Allah SWT. Menyembah atau meminta bantuan kepada makhluk lain selain Allah adalah perbuatan yang sangat dilarang. Allah SWT adalah satu-satunya yang memiliki kekuasaan atas segala sesuatu di alam semesta ini. Dengan melakukan pesugihan, kita seakan-akan mengabaikan kekuasaan dan kehendak-Nya.

Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa 4:36

وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ (٣٦)

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,” [QS. An-Nisa’ 4:36]

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدِ افْتَرٰٓى اِثْمًا عَظِيْمًا (٤٨)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [QS. An-Nisa 4:48]

Persekutuan antara manusia dengan iblis atau jin melalui sebuah perjanjian merupakan praktik yang sangat mengerikan dan berbahaya. Dalam praktik pesugihan, seseorang dapat melakukan ikatan perjanjian dengan makhluk iblis seperti siluman untuk mendapatkan harta kekayaan dengan memberikan tumbal. Namun, konsekuensi dari perjanjian ini sangatlah menakutkan.

Setelah pelaku pesugihan meninggal, jiwanya akan dibawa ke alam siluman. Jasadnya pun seringkali sulit untuk dikuburkan, sehingga pihak keluarga harus menyewa orang-orang berani untuk menghanyutkan jasadnya dan membiarkannya hancur oleh air bah. Di alam siluman, jiwa pelaku akan mengalami siksaan yang sangat mengerikan. Mereka akan diperbudak dengan kejam dan disiksa sampai akhir zaman. Belum lagi siksaan dari Allah SWT yang menunggu karena telah mempersekutukan-Nya.

Praktek pesugihan seperti ini seharusnya dihindari karena dampaknya yang sangat buruk bagi pelakunya. Selain merugikan diri sendiri, juga merugikan orang lain di sekitarnya. Lebih baik untuk mencari rezeki dengan cara yang halal dan menjauhi segala bentuk perjanjian dengan makhluk gaib yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.

Berikut ada sebuah kisah yang sangat menggugah hati dan memberikan pelajaran berharga bagi kita semua, kisah ini bersumber dari kanal youtube Ningsih Tinampi dengan judul “SEMASA HIDUPNYA SHOLEHAH TETAPI DI SIKSA KUBUR??” tayang pada 5 Apr 2021.

Seperti biasanya, Bu Ningsih dalam melakukan pengobatan kepada pasiennya yang mengalami sakit kepala ditangani dengan metode pijatan. Namun, di tengah proses tersebut, muncul kehadiran tak terlihat, berupa Buto Ijo yang menyeramkan. Tanpa ragu, Bu Ningsih mencoba untuk memasukkan arwah yang hadir dalam tubuh pasien. Hasilnya mengungkapkan bahwa arwah tersebut adalah seorang remaja yang telah meninggal karena kecelakaan.

Sekilas percakapan Arwah yang masuk dalam tubuh sang mediator

Arwah: Bu tolong aku, sempurnakan aku, aku habis kuliah bu, aku mati tertabrak truk tronton bu, aku ingin disempurnakan bu?   “aku meninggal tahun 1999 bu, aku gentayangan darah dari kepalaku diambil dan kemudian dikasih jeruk nipis” kata sosok yang ada dalam tubuh pasien sambil menangis.

Bu Ningsih: Memang kamu semasa hidup bagaimana kamu bisa jadi gentayangan begini.

Arwah:  Aku kan masih sekolah, aku anak baik bu, aku juga rajin ibadah, aku anak sholeh.

Bu Ningsih: Kamu jadi tumbal orang tuamu ya…?

Arwah: Iya bu, Bapak…? kenapa bapak jahat padaku…? kenapa aku dijadikan tumbal. Kalau ingin kaya kenapa caranya seperti ini, kalau ingin kaya kerja yang baik Allah pasti kasih. Perbaiki ibadah dan perbanyaklah sedekah pasti rezeki juga datang.

Baca Juga: Arwah itu Bisa Mengenali Kita

Cerita ini menceritakan seorang remaja yang sangat rajin beribadah dan mengamalkan nilai-nilai kebaikan sepanjang hidupnya. Namun, arwahnya gentayangan dan dijadikan budak oleh dukun dan saat ia berada di alam kubur, ia juga merasakan siksa yang amat sangat pedih.

Remaja ini sangat bingung dan tidak mengerti mengapa ia harus disiksa, padahal selama hidupnya ia selalu berbuat baik dan taat beribadah. Namun, usut punya usut, terungkaplah fakta besar tentang kematian remaja ini.

Ternyata, remaja ini adalah korban tumbal dalam pesugihan yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Orang tuanya memasang tumbal di jalan agar usaha mereka menjadi sukses. Namun, tanpa disadari, tumbal tersebut justru menimpa anak mereka sendiri.

Terkadang dalam kehidupan sehari-hari kita semua dihadapkan pada kisah-kisah yang di luar nalar, salah satunya kisah di atas orang tua rela menumbalkan anak demi sebuah kekayaan. Fenomena ini mengekspos kegelapan di balik ambisi manusia untuk mencapai kekayaan, bahkan jika itu berarti mengorbankan nyawa seorang anak.

Kisah ini mengajarkan kita tentang kepentingan moral dan etika dalam setiap tindakan kita. Orang tua yang mengorbankan anak-anak mereka untuk kekayaan jelas telah kehilangan nilai-nilai kemanusiaan dan kasih sayang yang seharusnya menjadi prioritas utama. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mempertahankan integritas moral dalam setiap langkah kita, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.

Kisah ini menjadi peringatan bagi kita semua tentang bahaya ketamakan dan kebutuhan untuk mengutamakan nilai-nilai kehidupan yang sesungguhnya. Kekayaan dan kesuksesan material tidak boleh menjadi alasan untuk mengorbankan kehidupan manusia, apalagi kehidupan seorang anak yang rentan dan tidak bersalah.

Kekayaan dan rezeki juga telah ditentukan oleh Allah SWT. Dalam Surah At-Taubah 9:51, Allah SWT berfirman:

قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ (٥١)

Artinya: Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.

Ayat di atas mengingatkan kita semua untuk berserah diri kepada kehendak Allah dalam segala hal, termasuk rezeki, keselamatan, dan takdir hidup. Allah SWT adalah pelindung bagi orang-orang yang beriman, dan Dia telah menetapkan segala sesuatu sesuai dengan rencana-Nya yang Maha Bijaksana. Oleh karena itu, diharuskan untuk bertawakal sepenuhnya kepada Allah, mempercayai bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah bagian dari ketentuan-Nya yang Maha Adil. Ayat ini mengajarkan kita untuk melepaskan diri dari kecemasan dan menguatkan iman dalam menghadapi setiap cobaan atau ujian dalam kehidupan.

Akhirnya semoga kita termasuk orang yang pandai bersyukur dan tidak terjebak ke dalam tipu daya setan dan mengambil jalan pintas untuk mendapatkan kekayaan yang melimpah dengan bersekutu dengan setan,  beriman kepada Allah SWT, tidak menyekutukan-Nya dalam situasi dan kondisi apapun, selalu berpegang pada ajaran islam dan moral yang baik serta menjauhi segala bentuk perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. []

Sumber:  https://www.youtube.com/watch?v=nlztrX6gOFE&t=2233s  
[SEMASA HIDUPNYA SHOLEHAH TETAPI DI SIKSA KUBUR??]


___________

Penulis: Lisantono
Editor: Kholaf Al Muntadar