Biografi KH. Mohammad Nizam As-Shofa, Mursyid Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah, Sidoarjo

 
Biografi KH. Mohammad Nizam As-Shofa, Mursyid Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah, Sidoarjo

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2 Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru

3.    Penerus
3.1  Anak-anak

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Mendirikan Pesantren
4.2  Karier Beliau
4.3  Karya Beliau

5.    Mursyid Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah
6.    Referensi

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir

KH. Mohammad Nizam As-Shofa lahir di Sidoarjo pada tanggal 23 Oktober 1973, putra ketiga dari delapan bersaudara dari pasangan KH. Ahmad Saiful Huda dan Nyai Hj. Siti Maryam, dan merupakan cucu dari guru mursyid tarekat almarhum KH. Sahlan Thalib, Krian, Sidoarjo.

KH. Mohammad Nizam As-Shofa atau kerap disapa dengan Gus Nizam tinggal di Dusun Jarakan RT.03 RW.01 Simoketawang, Wonoayu, Sidoarjo. Pengasuh Pondok Pesantren Ahlus Shafa Wal Wafa Sidoarjo.

1.2 Riwayat Keluarga
Pada tahun 2002 KH. Mohammad Nizam As-Shofa menikah dengan Nyai Zuhdiyah Ainiyah. Dari pernikahannya dikaruniai tiga orang putri dan dua orang putra.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1 Mengembara Menuntut Ilmu

Secara singkat perjalan pendidikan KH. Mohammad Nizam As-Shofa adalah alumni MI Bahrul Ulum Krian, kemudian beliau melanjutkan pendidikannya MTsN Krian serta mondok di Kyai Iskandar Umar Abdul Latif di Pesantren Darul Falah. Setelah beliau tamat MTs beliau memutuskan untuk hijrah ke Liboyo Kediri untuk melanjutkan pedidikannya, akan tetapi beliau hanya mengembang selama 1 tahun, kemudian beliau memutuskan untuk merantau ke Sumatera tepatnya di Aceh tetapi beliau tidak melanjutkan sekolahnya dan kembali pulau 2 tahun persisnya.

Sepulangnya beliau dari merantau, beliau memutuskan melanjutkan sekolahnya di Jawa Barat tepatnya di Pesantren El-Nur El-Kasyaf Tambun Bekasi pimpinan Alm. KH. M. Dawam Anwar dan lansung masuk kelas 2 Aliyah (MA), setelah setahun beliau naik kelas 3.

Pagi sekolah dan siangnya beliau kuliah karena kalau kelas 3 disana sudah diperbolehkan kuliah. Ketika itu beliau melanjutkan sampai semester 7 dan berhenti. Beliau memutuskan melanjutkan di  Al-Azhar Kairo Mesir lantaran mendapatkan beasiswa dari PBNU tepatnya pada tahun 1995 dan mengambir jurusan Satra Arab. Selama di Kairo beliau juga aktif menghadiri kegiatan non formal seperti Halqoh di masjid Al-Azhar dan berkunjung ke guru-guru beliau di Mesir.

2.2 Guru-Guru:

  1. KH. Ahmad Saiful Huda
  2. KH. Iskandar Umar Abdul Latif
  3. KH. M. Dawam Anwar

3. Penerus Perjuangan
3.1  Anak-anak

  1. Sofia Aqila As-Shofa
  2. Aliyah Zahwa As-Shofa
  3. Wafia Izzah Aqila As-Shofa
  4. Mohammad Sulaiman Wafa

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1 Mendirikan Pesantren

Pada tahun 2009 beliau mendirikan Pondok Pesantren Ahlus Shofa Wal Wafa tahun 2009. Pendirian pesantren ini mendapat sambutan yang bagus dari masyarakat. Oleh karena itu, banyak orang tua yang mondokkan putra putrinya ke pesantrennya.

Sikap dan tutur katanya yang santun dan halus inilah yang menjadikan para santri dan orang tua menyukai. Begitu pula cara membimbing santri dalam mempelajari agama dengan  adab yang baik.

Kemudian dalam perkembangannya beliau mendirikan KBIH Haji dan Umroh  dan meraih sukses. Karena dapat membimbing jamaah Haji dan Umroh dengan profesional dan ahlaqul karimah sebagaimana dicontohkan Rasulullah.

Kini pondok pesantren yang didirikan semakin pesat. Banyak orang tua yang mempercayakan putra putrinya pada KH. Mohammad Nizam As Shofa. Begitu pula dengan para orang tua dan warga menyempatkan diri untuk belajar ilmu tasawuf, lewat Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah.

4.2 Karier

  1. Mursyid Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah
  2. Pengasuh pesantren Ahlus Shofa Wal Wafa

4.3 Karya-karya
Syair Tanpo Waton

Karya KH. Mohammad Nizam As-Shofa yang sampai sekarang dan banyak terdengar di berbagai penjuru pulau di Indonesia mulai dari musholah sampai masjid tak lain adalah Syair Tanpo Waton yang banyak kalangan beranggapan itu adalah karya KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Suara Gus Dur saat muda ini mirip sekali dengan suara khas Gus Nizam cucu dari guru mursyid tarekat (almarhum) Hadhratus as-Syaikh al-Mukarram KH. Sahlan Thalib, Krian, Sidoarjo.

KH. Sahlan merupakan seorang guru mursyid yang telah menelorkan beberapa orang wali seperti Almaghfirullah Mbah ‘Ud Pagerwojo, Sidoarjo dan juga Almaghfirullah KH. Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh Al-Mahbub Rahmat Alam (Pengasuh Ponpes Salafiyah Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaailir Rahmah) Turen, Malang.

Syair tanpo Waton yag terdiri dari 14 bait ini sejatinya sudah diciptakan jauh hari sebelum Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009. Nizam menyebut syair itu tercipta pada 2004. Atau saat usianya menginjak pada 30 tahun. Penciptaannya pun butuh proses yang tidak pendek. Beliau mengungkapkan, lirik dan lagunya diciptakan dalam kurun waktu dua minggu. Syair itu saya ciptakan saat saya sedang berkhalwat (menyepi untuk bermunajat kepada Allah di dalam kamar.

5. Mursyid Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah
Setelah pulang belajar dari Mesir, beliau mengamalkan ilmu yang dimiliki. Membimbing masyarakat dalam soal agama dirumahnya. Juga membimbing masalah problema kehidupan rumah tangga.

Dalam perkembangannya beliau menjadi Guru Tarekat Naqsabandiyah dan mengadakan pengajian tasawuf. Cukup banyak warga yang ikut tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah.

Pada tahun 2004  KH. Mohammad Nizam As-Shofa menciptakan Syiir Tanpa Wathon berbahasa Jawa yang kemudian banyak masjid mengumandangkan Syiirnya itu. Banyak orang mengira itu suara Gus Dur. Padahal suara KH. Mohammad Nizam As Shofa sendiri.

6. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs:

  1. https://eprints.walisongo.ac.id
  2. https://www.jejakpendidikan.com/

 

 

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya