Biografi Al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf Pemimpin Majelis Nurul Musthofa, Jakarta

 
Biografi Al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf Pemimpin Majelis Nurul Musthofa, Jakarta
Sumber Gambar: nurulmusthofa.org Ilustrasi Laduni.ID

Daftar Isi:

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Sanad
1.3  Riwayat Keluarga
1.4  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Pendidikan
2.2  Guru-Guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Mendirikan Majelis

4.    Referensi

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Habib Hasan adalah anak sulung dari Habib Ja’far Assegaf yang lahir di Bogor pada 26 Februari 1977.

1.2 Sanad
1. Nabi Muhammad SAW
2. Sayyidah Fatimah binti
3. Imam Ali KWH bin
4. Al-Imam Husein Assibit bin
5. Ali Zaenal Abidin bin
6. Muhammad Al-Baqir bin
7. Ja’far Sodiq bin
8. Ali Al-Uraidhi bin
9. Muhammad An-Naqib bin
10. Isa bin
11. Ahmad Al-Muhajir bin
12. Ubaidillah bin
13. Alwi bin
14. Muhammad bin
15. Alwi bin
16. Ali Gholi Ghosam bin
17. Muhammad Shohibul Marboth bin
18. Ali bin
19. (Al-Faqihil Muqaddam) Muhamad bin
20. Alwi Guyur bin
21. Ali bin
22. Muhammad Maula Dawilaih bin
23. Syaikh Abdurrahman Segaf bin
24. Alwi bin
25. Ahmad bin
26. Alwi bin
27. Abdurrahman bin
28. Ahmad bin
29. Abdurrahman bin
30. Ahmad bin
31. Abdullah bin
32. Alwi bin
33. Abdullah bin
34. Ahmad bin
35. Segaf bin
36. Syaikh bin
37. Ja’far bin
38. Umar bin
39. Ja’far bin
40. Habib Hasan bin

1.3 Keluarga
Beliau menikahi salah satu cucu putri keturunan Rasulullah SAW yaitu Syarifah Muznah binti Ahmad Al-Haddad (Al Hawi) dan mempunyai satu orang putri dan 2 orang putra.

1.4 Wafat
​Al-Habib Hasan bin Ja’far Assegaf wafat pada hari Rabu, 13 Maret 2024 M dalam usia 47 tahun. Habib Hasan meninggal dunia selepas melakukan shalat Dhuha pada pukul 09.00 WIB. Rencananya, jenazah Habib Hasan akan disemayamkan di Masjid Nurul Mustofa Center, Cilodong, Depok, Jawa Barat.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

2.1 Pendidikan
Habib Hasan mendapat pendidikan awal dari ayahnya, guru mengaji beliau di waktu kecil untuk mengenal huruf adalah Syekh Usman Baraja dan di dalam bahasa Arab oleh Syekh Abdul Qodir Ba’salamah, dalam ilmu Nahwu dah Shorof oleh Syekh Ahmad Bafadhol.

Seperti biasanya di siang hari aktifitas beliau seperti aktifitas anak-anak pada umumnya yaitu belajar di SD, SMP, SMA dan di lanjutkan di IAIN Sunan Ampel Malang. Beranjak dewasa beliau bersama kakeknya Al-Habib Husein bin Abdulloh bin Mukhsin Al-Attas di rumah Habib Keramat Empang Bogor sering menyambut tamu-tamu yang mulia dan mendapatkan doa-doa dari mereka, di antara tamu tersebut adalah:

- Al Habib Abdul Qodir bin Ahmad Assegaf (Jeddah)
- Al Habib Muhammad bin Alwi Al-Maliki (Makkah)
- Al Habib Hasan bin Abdulloh As-Syathiri (Tarim)
- Al Habib Umar bin Hud Al-Attas (Cipayung, Bogor)
- Al Habib Ahmad bin Muhammad Al-Haddad (Condet, Jakarta)
- Al Habib Muhammad bin Ali Habsyi (Kwitang, Jakarta)
- Al Habib Abdullah bin Husein Syami Al-Attas (Jakarta)
- Al Habib Muhammad bin Abdulloh Al-Habsyi (Banyuwangi)
- Al Habib Idrus Al-Habsyi (Surabaya)
- Al Habib Muhammad Anis bin Alwi Al-Habsyi (Solo)

Dan masih banyak lagi para alim ulama yang beliau temui di kala mereka ingin berziarah ke Makam kakek beliau Al-Habib Abdulloh bin Mukhsin Al-Attas, di karenakan doa-doa dari para alim ulama tersebut akhirnya beliau dapat meneruskan belajar ke pesantren Darul Hadis Al Faqihiyah, Malang,

Sebagai pengasuh dan pendiri yang mulia yaitu Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bil Faqih dan Al-Imam Al-Qutub Al Habib Abdulloh bin Abdul Qadir Bil Faqih berserta putra-putranya selama beberapa tahun, dan meneruskan kepada beberapa guru yang di temuinya salah satunya adalah: Syekh Abdulloh Abdun, Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun, Al-Habib Al Alamah Al Barokah Abdurrahman bin Ahmad Assegaf

Ilmu dan pengalaman yang di carinya selama beberapa tahun menjadikan pengenalan yang lebih terhadap diri dan jati dirinya, di karenakan keberkahan sang guru dan alim ulama.

Selepas menuntut ilmu yang beliau cari dari kota Malang dan lain-lainnya beliau memutuskan untuk belajar bersama alim ulama yang berada di Jakarta dengan para Kyai-Kyai dan para Habaib.

Selama 1 tahun beliau tidak keluar rumah kecuali untuk berziarah ke Makam kakeknya Al Habib Abdulloh bin Mukhsin Al-Attas dan menghabiskan waktunya di kamar untuk bersyukur dan bertafakur kepada Allah SWT guna mengamalkan ilmu yang telah di ajarkan oleh guru-guru beliau yang pada akhirnya beliau mendapatkan Bisyaroh (Petunjuk) untuk mengajarkan ilmu Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW.

2.2 Guru-Guru
1. Habib Ja’far Assegaf (ayah),
2. Syekh Usman Baraja,
3. Syekh Abdul Qodir Ba’salamah,
4. Syekh Ahmad Bafadhol,
5. Habib Abdulloh bin Abdul Qadir Bil Faqih,
6. Syekh Abdulloh Abdun,
7. Al-Habib Hasan bin Ahmad Baharun,
8. Al-Habib Al Alamah Al Barokah Abdurrahman bin Ahmad Assegaf.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah
Tahun 1998, Habib Hasan membuka sekaligus memimpin Majelis Taklim Al-Irfan. Pengajian digelar di kediamannya, di Bogor, tepat di belakang rumah Habib Kramat Empang, Bogor.

Pada suatu malam, setelah shalat Istikharah dan sebelumnya melakukan ziarah ke makam kakeknya, Habib Abdullah bin Muhsin Alattas, di Bogor, Habib Hasan bermimpi. “Ana bermimpi bertemu Habib Kuncung (Habib Ahmad bin Alwi Al-Haddad).

Dalam mimpi itu Habib Kuncung berkata agar ana berdakwah di Jakarta,” tutur Habib Hasan. Menyadari bahwa saran itu datang dari habib kharismatis yang sudah tiada, Habib Hasan pun memulai dakwahnya di Jakarta.

3.1 Mendirikan Majelis
Tahun demi tahun berlalu ujianpun bertambah tetapi karunai Allah SWT selalu di atas kepalanya yang kepada akhirnya Allah SWT menghibur dengan memperbanyak para hamba-hambanya untuk mengikutinya dan di namai perkumpulannya dengan nama “Majlis Nurul Musthofa”.

Dengan karunia Allah SWT inilah Majlis Nurul Musthofa yang beliau bina dengan cara mensyiarkan Shalawat dan Salam kepada Nabi Muhammad SAW serta mengenalkan pribadi Rasulullah SAW sebagai suri tauladan manusia sehingga dapat merebut hati manusia sebanyak 50.000 orang untuk bershalawat kepada Rasulullah SAW setiap minggunya.

Kegiatan Majelis Taklim Nurul Musthofa berjalan sejak Senin sampai Sabtu, ba’da maghrib, Malam Senin, pembacaan kitab Syarah Ainiyah, karya Habib Ahmad bin Hasan Al-attas. Malam Selasa, pembacaan Safinatun Najah, diikuti dengan ziarah ke Makam Habib Kuncung di Kalibata.

Malam Rabu, pembacaan shalawat dan kitab Riyadhus Shalihin. Malam Kamis pembacaan nama-nama Nabi SAW dengan qashidahan. Malam Jum’at, pembacaan Dalailul Khairat dan kitab Arbain Imam Nawawi, diteruskan ziarah ke makam Habib Salim bin Toha Al-Haddad. Dan malam Sabtu, pembacaan kitab Aqidatul Awam.

Pada malam Ahad, Habib Hasan mengerahkan jama’ahanya untuk mengikuti majelis ta’lim yang berpindah-pindah sesuai undangan. Para jamaah itu dikoordinir di suatu tempat yang strategis dan kemudian membentuk konvoi menuju ke tempat acara bersama beliau dan crewnya dalam iring-iringan kendaraan roda empat dan roda dua. Di sepanjang jalan mereka mengumandangkan kalimah-kalimah tauhid dan sejenisnya.

Ketika sampai di tujuan, di sana ribuan jamaah yang lain telah menanti. Dan angkasa pun dimeriahkan dengan dentuman dan kilatan kembang api. Setelah itu, acara taklim dimulai dan berlangsung sekitar dua sampai tiga jam. Sekitar jam 00.00 acara usai dan para jamaah membubarkan diri dengan tertib. Di rumahnya, Habib Hasan masih menggelar pengajian hingga subuh tiba.

4. Referensi
Diolah dan dikembangkan dari data-data yang dimuat di situs: https://nurulmusthofa.org/

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya