Terlalu Sibuk dengan Dunia

 
Terlalu Sibuk dengan Dunia
Sumber Gambar: Pinterest,Ilustrasi: Laduni.id

Laduni.iD, Jakarta - Surga adalah sebuah kata yang memiliki tempat khusus di hati orang-orang beriman. Hal ini sering digambarkan sebagai tempat kebahagiaan dan kebahagiaan abadi, di mana semua keinginan dan keinginan kita akan terpenuhi. Sebagai umat Islam, kami percaya bahwa Jannah (surga) adalah pahala tertinggi bagi kehidupan yang dijalani dengan baik di bumi. Namun pernahkah kita berpikir, apakah surga benar-benar diperuntukkan bagi kita atau kita terlalu sibuk mengejar kesenangan materialistis di dunia ini, hingga kita bahkan sering tidak mendengar panggilan adzan shalat?

Dunia yang semakin modern dan sibuk membuat banyak orang terjebak dalam kegiatan yang menuntut waktu dan perhatian lebih. Tak heran jika banyak yang mengorbankan waktu shalat demi mengejar karir dan kesuksesan di dunia ini. Padahal, shalat merupakan salah satu kewajiban utama sebagai seorang muslim yang tidak dapat ditawar-tawar.  Hidup kita sudah terlalu sibuk dengan pekerjaan dan hal-hal duniawi sehingga kita sering lupa akan tujuan hidup kita yang sebenarnya – untuk menyembah dan menyenangkan Pencipta kita.

Sudah seharusnya kita sebagai manusia yang beriman menyadari bahwa tujuan utama kita di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah. Namun, terkadang kesibukan yang kita hadapi membuat kita lupa akan tujuan tersebut. Padahal, Allah telah menegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 21 bahwa tidak ada tujuan lain dari penciptaan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Nya.

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah 2:21;

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ (٢١)

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”

Ketika kita sibuk dengan pekerjaan dan urusan dunia, akibatnya kita mendapati diri kita berada dalam siklus kerja dan stres yang tidak ada habisnya, sehingga hanya menyisakan sedikit atau bahkan tidak ada waktu lagi untuk melakukan kewajiban Rohani, seringkali kita lupa akan waktu shalat. Saking sibuknya kehidupan, kita bahkan tidak sadar kapan adzan dikumandangkan.
Adzan yang seharusnya menjadi panggilan untuk beribadah kepada Allah, malah sering terlambat atau bahkan terlewat karena kita terlalu fokus dengan pekerjaan. Padahal, adzan adalah panggilan dari Allah yang harus kita jawab dengan segera, namun pikiran kita sibuk dengan tenggat waktu, pertemuan, dan target, sehingga kita bahkan tidak mendengar pengingat akan tugas terpenting yaitu shalat.

Dalam QS. Al- Mu’minun 23:1-2, Allah SWT berfirman;

قَدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ۙ (١)

الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلٰو تِهِمْ خَاشِعُوْنَ (٢)

“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang salatnya dengan khusyuk dan penuh ketundukan.” [QS. Al- Mu’minun 23:1-2]

Ayat ini menyoroti pentingnya doa dalam hidup kita dan bagaimana doa merupakan aspek penting dari iman kita. Ini adalah hubungan antara kita dan Allah, landasan kesejahteraan spiritual kita.

Baca Juga: Dunia Bukan Tujuan Akhir

Namun dalam mengejar kesuksesan duniawi, kita telah mengabaikan kewajiban penting ini, dan pada gilirannya, telah membahayakan akhirat kita. Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya shalat dalam berbagai hadis, salah satunya adalah, “Hal pertama yang ditanyakan seseorang pada Hari Kebangkitan adalah shalat.” (HR. Imam At-Tirmidzi)

Seringkali kita membuat alasan atas kelalaian kita dalam shalat, dengan mengatakan bahwa kita terlalu sibuk atau pekerjaan adalah prioritas utama kita. Namun pernahkah kita berhenti berpikir, apa gunanya semua kerja keras dan kesuksesan kita jika kita mengabaikan hubungan kita dengan Allah dan membahayakan tempat kita di Jannah?

Pernahkah kita membayangkan bagaimana rasanya jika kita sampai meninggal dunia tanpa sempat menunaikan shalat? Tentu saja itu akan menjadi penyesalan yang besar di akhirat nanti. Kita akan menyesal karena terlalu sibuk dengan urusan dunia yang hanya bersifat sementara, namun mengabaikan kewajiban yang bersifat abadi.

Allah telah memberikan aturan yang jelas mengenai waktu-waktu shalat yang harus kita laksanakan. Namun, terkadang kita memilih untuk mengabaikan aturan tersebut karena kesibukan dan kepentingan dunia yang dianggap lebih penting. Padahal, Allah telah menjanjikan pahala yang besar bagi orang yang menunaikan shalat tepat waktu.

Surga tidak akan mudah didapat jika kita terlalu sibuk dengan dunia dan melupakan kewajiban kita sebagai hamba Allah. Surga adalah hadiah yang hanya diperoleh oleh orang-orang yang beribadah dan taat kepada-Nya. Jika kita terus disibukkan dengan urusan dunia dan melupakan shalat, apakah kita masih layak mendapatkan surga?

Kita juga harus ingat bahwa surga bukanlah tempat yang hanya dimiliki oleh orang-orang yang tidak sibuk dengan dunia. Surga adalah tempat yang akan menjadi milik kita jika kita dapat membagi waktu antara urusan dunia dan ibadah kepada Allah. Jangan biarkan kesibukan dunia membuat kita melupakan kewajiban kita sebagai seorang muslim.

Oleh karena itu, sesibuk apapun kita, kita harus menyediakan waktu untuk berdoa. Bukan sekedar kewajiban, tapi juga sarana untuk menemukan kedamaian dan ketenangan di dunia yang kacau ini. Ini adalah kesempatan untuk melepaskan diri dari tekanan hidup dan terhubung kembali dengan Pencipta kita. Kita harus berusaha menjadi seperti orang-orang beriman yang disebutkan dalam Al-Qur'an, yang sukses di dunia dan di akhirat karena tidak pernah mengabaikan shalatnya.

Pantaskah surga untukku…? Jika aku terus sibuk dengan dunia hingga tak mendengar panggilan adzan shalat?

Mari kita renungkan dan introspeksi diri, apakah kita telah mengutamakan urusan dunia di atas kewajiban kita sebagai hamba Allah. Semoga kita semakin sadar akan pentingnya shalat dan memperbaiki kualitas ibadah kita kepada Allah. Karena hanya dengan taat dan beribadah kepada-Nya, kita dapat memperoleh surga yang telah dijanjikan bagi orang-orang yang beriman. Ingatlah, surga bukan hanya untuk orang-orang yang bertakwa dan bertakwa, melainkan untuk semua orang yang memperjuangkannya. Wallahu ‘Allam Bishawab. []

 


__________________

Penulis: Lisantono
Editor: Kholaf Al Muntadar

Sumber: Buku Perjalanan Panjang Manusia