Doa Malam Lailatul Qadar dan Perintah Rasulullah agar Bersemangat dalam Meraihnya

 
Doa Malam Lailatul Qadar dan Perintah Rasulullah agar Bersemangat dalam Meraihnya
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Rasulullah SAW pernah mengajarkan doa kepada Sayyidah Aisyah jika suatu kesempatan berjumpa dengan Malam Lailatul Qadar. Doa tersebut sebagaimana terdapat di dalam riwayat berikut:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أيَّ لَيْلَةِ الْقَدْرِ مَا أَقُوْلُ فِيْهَا؟ قَالَ : قُولِي : اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

"Diriwayatkan dari Aisyah r.ha, ia berkata: ‘Aku bertanya, wahai Rasulullah SAW jika aku menjumpai Malam Lailatul Qadar, maka apakah yang harus aku ucapkan?’ Katakanlah: ‘Ya Allah, sungguh Engkau Maha Pengampun lagi Mulia. Engkau senang memberi ampunan. Maka ampunilah aku." (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)

Menurut Imam Al-Baihaqi doa tersebut hendaknya dibaca sebanyak tiga kali. Kemudian terkait dengan ayat Al-Qadr, sebagaimana terdapat di dalam Kitab Syu’abul Iman, Imam Al-Baihaqi menukil riwayat dari As-Sya’bi yang mengatakan berikut ini:

ﻋَﻦِ اﻟﺸَّﻌْﺒِﻲِّ، ﻓِﻲ ﻗَﻮْﻟِﻪِ: (ﺳَﻼَﻡٌ ﻫِﻲَ ﺣَﺘَّﻰ ﻣَﻄْﻠَﻊِ اﻟْﻔَﺠْﺮِ)

Diriwayatkan dari As-Sya'bi dalam firman Allah: (QS. Al-Qadr: 5) ‘Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.’”

ﻗَﺎﻝَ: ﻫُﻮَ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻢُ اﻟْﻤَﻼﺋِﻜَﺔِ ﻟَﻴْﻠَﺔَ اﻟْﻘَﺪْﺭِ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻫْﻞِ اﻟْﻤَﺴَﺎﺟِﺪِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻄْﻠَﻊَ اﻟْﻔَﺠْﺮُ

“Ia (As-Sya’bi) berkata bahwa ‘salam’ itu adalah ucapan salam dari malaikat di malam Lailatul Qadar untuk para penghuni masjid sampai terbit fajar."

Karena itu sangat dianjurkan untuk melakukan i'tikaf, khususnya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam bergegas meraih keutamaan Malam Lailatul Qadar.

Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang kebiasaan Rasulullah SAW dalam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir.

كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ

“Rasulullah SAW melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan sampai beliau wafat. Lalu istri-istri beliau melakukan i'tikaf setelahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di dalam Kitab Syarah Sahih Muslim Imam An-Nawawi menyatakan, bahwa Hadis di atas menunjukkan tentang kesunnahan melakukan i’tikaf. Dan kesunnahan itu menjadi bertambah sangat dianjurkan ketika dilakukan di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Dan pemahaman yang demikian ini dikatakan telah disepakati oleh seluruh umat Muslim.

Selain itu juga terdapat sebuah riwayat di dalam Shahih Bukhari tentang perintah Rasulullah kepada para sahabat agar bergegas semangat dalam meraih Malam Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, khususnya di hari-hari yang ganjil.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Diriwayatkan dari Aisyah r.ha, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Bergegaslah semangat mencari Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan.’” (HR. Bukhari)

Jadi, dari dalil di atas jelas sekali dapat diambil pemahaman, bahwa bersemangat dalam meraih Malam Lailatul Qadar itu sangat dianjurkan. Dan salah satu ikhtiar yang dapat dilakukan untuk meraihnya adalah dengan melakukan i’tikaf di masjid. Lalu ketika berjumpa dengan Malam Lailatul Qadar, maka disunnahkan untuk mengucapkan doa memohon ampunan sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada Aisyah r.ha di atas. Tetapi karena memang Malam Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah SWT, maka doa tersebut dianjurkan agar dibaca setiap malam, khususnya di malam ganjil sepuluh hari akhir bulan Ramadhan. []


Penulis: Hakim

Editor: Roni