Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Warisan dan Karomahnya

 
Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Warisan dan Karomahnya
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam banyak riwayat dikisahkan bahwa Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (Shohibul Maulid Simtudduror) atau yang kemudian lebih dikenal dengan Habib Ali Al-Habsyi, adalah seorang Wali Allah yang bisa mendengar suara tasbih (Subhanallah) dari barang-barang mati kepada Allah SWT. Di kalangan para ulama, habaib dan orang-orang sholeh kisah ini sangat masyhur. Tidak lain adalah karena kedekatan hatinya kepada Allah SWT. 

Pada suatu saat, beliau mendengar tasbih barang-barang mati yang ada di sekitarnya, seperti lemari, meja dan lainnya seperti biasa, tapi beliau pernah merasa heran sebab ada suara tasbih yang lebih keras dari pada yang lainnya. Karena rasa penasarannya tersebut, beliau berusaha mencari asal suara itu dari mana. Setelah dicari, ternyata beliau menemukan si pemilik suara tasbih yang keras tadi, yaitu biji kurma.

Lalu beliau bertanya kepada biji kurma kenapa suara tasbihnya bisa lebih keras dari suara tasbih barang-barang lainnya, biji kurma lantas menjawab, “Ya Habib, karena aku ini adalah anaknya-anaknya-anaknya lagi biji kurma yang ditanam langsung oleh tangan Rasulullah SAW (kurma Ajwa)”.

Subhanallah…!

Adalah sebuah hikmah, bahwa sesuatu yang berkaitan atau berhubungan dengan Rasulullah SAW juga akan ikut mulia. Lebih-lebih jika ada hati yang senantiasa terikat dengan Rasulullah SAW. Sebagaimana keadaan Habib Ali Al Habsyi yang menghabiskan seluruh hidupnya untuk memuji Rasulullah SAW, dengan ribuan qosidah indah, baik yang berbahasa Arab Fusha ataupun 'Amiyah. Bahkan dikisahkan pula bahwa beliau seringkali menangis setiap kali mendengar nama Rasulullah SAW disebut. Hal itu karena sangat berkaitan dan terikatnya hati beliau dengan Rasulullah SAW.

Disebutkan dalam manaqib (riwayat hidup) Habib Ali Al-Habsyi, bahwa di antara tanda ketinggian haliyah atau kedudukannya tampak ketika beliau hendak berbicara di depan khalayak. Ketika itu, sebelum beliau mengucapkan sepatah kata pun, para hadirin tampak menangis terlebih dahulu, seakan ada hujan tangis yang tiba-tiba terjadi. Baru memandang wajah Habib Ali Al-Habsyi orang-orang sudah bercucuran air mata, karena yang dipandangnya itu tidak lain adalah sosok yang hatinya selalu terkait dan terikat dengan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Keagungan maqom atau kedudukan Habib Ali Al-Habsyi diakui oleh para ulama yang hidup sezamannya. Ada satu riwayat yang mengisahkan bahwa suatu saat dalam majelis Sohibul Anfas Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthos, seorang wali yang hidup sezaman dengan Habib Ali, pernah mendapat kabar bahwa sahabatnya yang bernama Ja'far bin Hamid bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW yang mengatakan, "Ali Al-Habsyi , amal perbuatannya dan amal perbuatan para muridnya semua diterima oleh Allah Ta'ala ". Lalu Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthos berkata "Jika demikian, maka mulai saat ini kami ini adalah murid-muridmu, Wahai Ali". Habib Ali pun saat itu menjawabnya, "Kalian semua adalah murid-muridku"

Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani memasukkan Habib Ali Al-Habsyi dalam Kitab Jami' Karomatil Auliya, meski secara dhohir Syaikh Yusuf tidak pernah bertemu dengan Habib Ali Al-Habsyi.

Di antara karomahnya yang lain adalah sebuah kisah dalam riwayat berikut ini. Alkisah, sering kali disaksikan oleh penjaga makam Rasulullah SAW, bahwa setiap hari Rasulullah SAW selalu hadir bersama Habib Ali di qubah Rasulullah SAW.

Habib Abdul Qodir bin Quthban pernah berkata kepada Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi:

"Ya... Habib Ali kenapa setiap aku melihat arwah para salaf Ahli Tarim dan aku bertanya kepada mereka hendak ke manakah kalian wahai para salafku, maka mereka menjawab, kami akan ke Ali Al-Habsyi...!?"

Habib Ali Al-Habsyi menjawabnya: "Wahai Abdul Qodir, itu semua karena aku telah memegang ketuanya, aku memegang teguh Muhammad Sayyidil Wujud, Shallallau 'Alaihi wa Sallam."

Diriwayatkan bahwa Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Thalib Al-Atthos adalah Syaikh Futuh Habib Ali yang menuntun ruhaninya dan mempertemukannya dengan Rasulullah SAW secara terjaga sebanyak 20 kali.

Suatu ketika Habib Abu Bakar lantas berkata:

ﻳَﺎ ﻋَﻠِﻰ ﺑﺎَﺗَﻜُﻮﻥ ﻣَﻐﻨَﺎﻃِﻴﺲ ﺍﻟﻘُﻠُﻮﺏ

"Engkau akan menjadi magnet nya hati (semua hati akan tertarik dan mendekat padamu)"

Kelak perkataan Habib Abu Bakar itupun terbukti melalui dua warisan berharga Habib Ali Al-Habsyi, yakni Maulid Simtudduror atau yang sering disebut Maulid Al-Habsyi dan Shalawat Lathoiful Arsyiyah. Dua warisan itu banyak berjasa mengantarkan para penempuh jalan suci sampai ke hadirat Rasulullah SAW.

Habib Ali Al-Habsyi pernah berkata, "Maulidku ini akan tersebar ke tengah tengah masyarakat, dan akan mengumpulkan mereka di jalan Allah SWT serta membuat mereka dicintai Rasulullah SAW. Jika seseorang menjadikan kitab maulidku ini sebagai salah satu wiridnya dan menjaganya, maka sir (rahasia) Al Musthafa Muhammad SAW akan terpancar pada dirinya baik secara dhohir maupun bathin."

Mengenai keutamaan Maulid Simtudduror, Abah Guru Sekumpul pernah berkata, "Jadikanlah Maulid Simtudduror ini sebagai Wirid, karena Rasulullah selalu hadir bila dibacakan Maulid Al-Habsyi yang isinya kisah Rasulullah dan memuji Rasulullah SAW." 

Abah Guru Sekumpul menambahkan, "Siapa yang hadir dalam majelis maulid, mulai awal sampai akhir di manapun majelisnya, duduk di manapun, maka ia akan dapat barokah yang sangat luar biasa dan Rasulullah memberikan syafaat kepadanya, dan ia termasuk golongan orang-orang sholeh, karena Rasulullah pasti hadir bila dibacakan maulid, memuji Rasulullah SAW. Siapa yang hadir majelis maulid maka rezekinya akan bertambah dan panjang umurnya." Beliau juga menegaskan, "Seluruh huruf yang ada di maulid adalah dzatiyyah Rasulullah SAW."

Kemudian warisan yang masyhur kedua adalah shalawat Lathoiful 'Arsyiyah, yang berisi sekumpulan shalawat karya Habib Ali Al-Habsyi. Mengenai shalawat ini, cucu beliau, Habib Anis Solo pernah berkata, "Begitu dahsyatnya isi shalawat ini, sampai banyak para Arifin yang tidak berani mengucapkannya. Takut apa yang diucapkan dalam shalawat ini tidak sama dengan keadaan spritual yang sebenarnya yang ada dalam diri mereka."

Lalu, dalam sebuah kesempatan, Habib Anis, cucu dari Habi Ali Al-Habsyi tersebut pernah memberikan ijazah shalawat tersebut. Habib Anis mengatakan bahwa niat dalam membaca shalawat Lathoiful 'Arsyiyah adalah dengan niat ittiba' dan tabbarruk pada Habib Ali Al-Habsyi.

Berikut di antara redaksi shalawat Lathoiful 'Arsyiyah dalam Hizib Hari Jumat:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بِاللِّسَانِ الْجَمِيْعَةِ فِي الْحَضْرَةِ الْوَسِيْعَةِ صَلَاةً تَمُدُّ بِهَا جِسْمِي مِنْ جِسْمِهِ وَقَلْبِيْ مِنْ قَلْبِهِ وَرُوْحِي مِنْ رُوْحِهِ وَسِرِّيْ مِنْ سِرِّهِ وَعِلْمِيْ مِنْ عِلْمِهِ وَعَمَلِيْ مِنْ عَمَلِهِ وَخُلُقِيْ مِنْ خُلُقِهِ وَ وِجْهَتِي مِنْ وِجْهَتِهِ وَنِيَّتِيْ مِنْ نِيَّتِهِ وَقَصْدِيْ مِنْ قَصْدِهِ وَتَعُوْدُ بَرَكَتُهَا عَلَيَّ وَعَلى أَوْلَادِيْ وَعَلَى اَهْلِيْ وَعَلَى اَصْحَابِيْ وَعَلَى اَهْلِ عَصْرِيْ، يَا نُوْرُ... يَا نُوْرُ... اِجْعَلْنِيْ نُوْرًا بِحَقِّ نُوْرٍ

"Ya Allah, curahkanlah shalawat dan salam kepada Baginda Muhammad, shalawat yang diungkapkan dengan lisan yang mencakup seluruhnya shalawat yang terucap ke hadirat yang seluas-luasnya. Shalawat yang dengannya jasadku terlimpahi kemuliaan dari jasad Rasulullah, hatiku terlimpahi kemuliaan dari hati Rasulullah, ruhku terlimpahi kemuliaan dari ruh Rasulullah, sirku terlimpahi kemuliaan dari sir Rasulullah, amalku terlimpahi kemuliaan dari amal Rasulullah, akhlakku terlimpahi kemuliaan dari akhlak Rasulullah, tawajjuh (hatiku) terlimpahi kemuliaan dari tawajjuhnya Rasulullah, niatku terlimpahi kemuliaan dari niat Rasulullah, dan tujuanku terlimpahi kemuliaan dari tujuan Rasulullah. Shalawat yang keberkahannya itu menaungi diriku, anak-anakku, keluargaku, para sahabatku dan para ahli zamanku. Wahai Allah Sang Cahaya..., Wahai Allah Sang Cahaya.... Jadikanlah diriku cahaya dengan haqnya Rasulullah, Sang Cahaya."

Masya Allah, demikianlah sosok Habi Ali dan warisan serta karomahnya. Hatinya yang selalu terkait dan terikat dengan Baginda Nabi Muhammad SAW, selalu menunjukkan jalan terang pada umat Islam di zamannya hingga saat ini dengan warisan-warisan mulianya itu. 

Semoga kita mendapatkan keberkahan yang dibawanya dengan gemar membaca Maulid Simtuddurar dan Shalawat Lathoiful 'Arsyiyah karangan dari Habib Ali Al-Habsyi. Dan semoga dengan demikian, kita juga diakui sebagai salah satu muridnya yang kelak diizinkan bisa bersamanya di akhirat untuk bertemu Baginda Nabi Muhammad SAW. Al-Fatihah. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 04 Februari 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Editor: Hakim