Begini Tips Menghadapi Murid yang Susah Paham

 
Begini Tips Menghadapi Murid yang Susah Paham

LADUNI.ID, Jombang – Ada tips untuk seorang guru yang menemukan muridnya tidak pintar dan susah diatur, agar guru yang bernasib demikian tidak tersiksa batinnya. Hal ini seperti diterangkan oleh Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang, Jawa Timur, KH. Abdul Nashir Fattah.

“Dalam hal mengajar, jangan melihat kualitas peserta didik. Cukup niatkan dalam diri untuk memberi pengetahuan kepada mereka. Sehingga jika ada peserta didik yang tidak pintar atau belum faham, tidak muncul kegelisahan dalam hati,” terangnya saat pengajian rutinan di Pondok Pesantren Al-Fathimiyah Bahrul Ulum, Senin (25/2) kemarin.

Dia juga melanjutkan, seorang guru perlu menanamkan pula dalam hatinya bahwa murid mendapatkan ilmu semata-mata karena pemberian Allah SWT. Guru hanya jadi wasilah atau lantaran saja. Hal ini penting agar para guru terhindar dari sifat sombong bila muridnya sukses dan tidak sakit hati bila muridnya bodoh.

“Perlu menata niat saat mengajar. Niat yang baik yaitu khidmat pada murid dan mengamalkan ilmu. Hak murid mendapatkan ilmu harus disalurkan dengan baik. Walaupun butuh kesabaran ekstra,” jelasnya.

Selain itu, Kepala Madrasah Muallimin Muallimat 6 Tahun Bahrul Ulum ini menyebutkan seorang guru harus lah berperan sebagai pemberi informasi yang sudah turun temurun didapatkan dari rantai sanad keilmuan yang jelas. Untuk menjaga kemulian ilmu itu sendiri. Inilah arti pentingnya sanad keilmuan.

Mengajar adalah hal mulia. Baik di sekolah maupun pesantren, orang tua dari murid atau santri menitipkan anak mereka untuk diajar. Sudah seharusnya sebagai guru hendaknya menata niat untuk berkhidmah dengan ikhlas. Dengan begitu, guru melaksanakan apa yang telah diperintakan Allah SWT.

Di samping itu, ilmu ibarat air yang mengalir melalui pipa, murid sebagai gelas, dan guru sebagai pipa. Air jernih akan tetap jernih jika gelas dan pipanya bersih. Begitu pula ilmu, bukan hanya murid yang hatinya harus bersih, namun guru sebagai ‘pipa’ yang menyalurkan ilmu juga harus bersih. Sehingga kejernihan ilmu tersebut dapat didapatkan oleh murid.

 “Guru saya Sayyid Muhammad Alawi pernah berpesan, ilmuku ini tidak banyak, aku ya bukan ahli puasa. Namun aku memiliki harapan untuk bisa terus berkhidmah. Dengan begitu, kita tidak hanya melakukan proses pertukaran ilmu, namun juga untuk saling tolong menolong antar sesama, dalam konteks ini ialah guru dan murid,” ungkap Kiai Natsir.

Kiai Natsir juga berpesan pada para murid untuk menjaga niat mencari ilmu. Niat utama yaitu mencari ridlo Allah dan menghilangkan kebodohan. Sehingga kembali bisa membantu masyarakat sekitar. Karena sudah peka dan tanggap.

“Belajar di pondok jangan bertujuan mencari kepintaran. Sekarang banyak orang pintar, namun hanya peduli dengan dirinya sendiri. Jadilah seseorang yang tanggap. Tanggap akan masalah yang menimpa di sekitar. Tanggap kapan saatnya berbicara, kapan saatnya diam,” terangnya.

Tanda ilmu murid yang bermanfaat atau tidak, maka bisa dilihat dalam ucapannya. Orang yang berilmu dan manfaat tidak mudah berbicara tanpa menimbang dampak apa yang dibicarakan. Hal itu pertanda ilmunya manfaat dan barokah. Karena sangat berhati-hati.

“Sekarang banyak orang pintar tapi tidak bisa menjaga ucapannya. Itu ilmunya tidak manfaat,” pungkasnya.