Berkahnya Hormat kepada yang Lebih Tua

 
Berkahnya Hormat kepada yang Lebih Tua

LADUNI.ID, Jakarta - "Seorang pemuda(i) tidak memuliakan orang yang lebih tua karena umurnya, kecuali Allah akan memastikan baginya orang lain yang akan memuliakannya ketika sudah tua."

Kutipan hadits di atas nampaknya layak menjadi renungan bersama, di tengah krisis moral terus terjadi di lingkungan kita semua. Memuliakan yang lebih tua dari hari ke hari mulai berkurang, termasuk murid memuliakan guru.

Padahal, mereka yang menghormati yang lebih tua, terlebih benar-benar tua secara fisik dan ilmunya akan memberikan jalan mencapai kemulyaan, jika mereka memasuki tahapan-tahapan perjalanan usia.

Dalam tradisi pesantren, kita banyak menyaksikan bahwa kesuksesan santri sangat ditentukan pada tingkat pengabdiannya pada kiai. Mulai dari memutar sandal kiai, menyapu dalem hingga memberikan pelayanan terhadap yang dibutuhkan sang kiai. Akhirnya, santri pulang dari pondok menjadi kiai besar atau sukses dalam bidangnya.

Sebut saja di antaranya, cerita masyhur K.H.Hasyim Asyari yang waktu itu menjadi santri Syaikhana Kholil Bangkalan, menghilangkan rasa sedih Gurunya yang memikirkan cincin istrinya jatuh ke dalam WC. Tanpa, rasa jijik, demi untuk berharap berkah gurunya, Hasyim sebagai santri membersihkan septic-tank supaya dapat menemukan cincin itu.  Dan akhirnya, cincin ketemu dan sang Guru, Kiai Kholil sangat bahagia. Kiai Hasyim kelak menjadi ulama besar bagi bangsa dan Negara, terlebih begitu berharganya peran beliau bagi NU.

Bahasa ini yang kemudian dikenal dengan bahasa barokah. Mungkin ini yang melandasi panitia/santri-santriwati di Munas dan Konbes NU memutar sandal para tamu, terkhusus di kamar rombongan Jatim, dekat arena Bazar. Semoga kami bisa mulia kelak jika pulang ke kampung halaman, terbersit doa lirih mereka dengan penuh keikhlasan.

"Memuliakan yang lebih tua (apalagi Guru) adalah jalan menuju kemuliaan dimasa yang akan datang".