Intisari Khutbah Jumat: Dakwah dengan Lembut

 
Intisari Khutbah Jumat: Dakwah dengan Lembut

Oleh: Drs. H. Sumarkan, M.Ag (Dosen Fakultas Syariah dan Hukim/Ketua LDNU Jawa Timur)

LADUNI.ID, Surabaya -  Cukup banyak nikmat yang diberikan oleh Allah SWt. Sehingga kita sulit menghitung-Nya. Tapi, kita wajib bersyukur kepada-Nya, dan semoga kehadiran kita memenuhi perintah-Nya untuk mengerjakan sholat Jum'at betul-betul wujud dari bersyukur kepada-Nya sehingga diterima sebagai amalan terbaik.

Hadirin Sidang Jumat
Yang dimuliakan oleh Allah SWT.

Salah satu sifat dan akhlak agung dimiliki oleh Nabi Muhammad Saw. adalah sikap lemah lembut dan penuh kasih sayang. Sifat ini senantiasa terpraktikkan sepanjang hidupnya, baik kepada umat Islam maupun Non-Muslim. Banyak bukti normatif dan cerita-cerita yang mencatat sepanjang hidup Nabi Muhammad.

Pastinya, sikap welas asih dan penuh kasih sayang merupakan nilai luhur yang terpraktikkan menghiasi proses Nabi  Muhammad dalam mendakwahkan Islam. Allah menegaskan dalam sebuah firmanNya surat Ali Imran ayat 159:
 فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ.

Secara bebas ayat ini diartikan: "Dengan rahmat Allah, kamu bersikap lembut kepada mereka. Jika kamu kasar atau emosi, niscaya mereka semakin lari untuk menghindar. Maka ampuni mereka, mintakan istighfar untuk mereka, dan selanjutnya bertawakallah kamu dalam setiap tindakan kepada Allah Swt".

Ayat ini sangat jelas bagaimana Allah mengajarkan kepada Nabi tentang prinsip-prinsip lemah lembut dalam berdakwah. Jangan lakukan dakwah dengan keras sebab yang mendengar atau audiennya akan lari. Dan nilai dakwah kurang memberikan makna kebaikan.

Dalam konteks ini, fenomena maraknya dakwah-dakwah kasar di era medsos sejatinya bertentangan dengan spirit luhur cara berdakwah ala Nabi Muhammad. Para pendakwah yang menggunakan kata-kata kasar seringkali mengedepankan nafsunya. Dan lebih  parah lagi, menggunakan kesucian teks-teks al-Quran dan hadith Nabi sebagai tameng untuk membenarkan tindakan dan ucapannya. Padahal, sikap yang dilakukan menyakiti pihak lain, yang dilarang oleh Islam. Sungguh terlalu, Islam hanya sebagai kedok belaka untuk pembenar tindakannya.
...........
Sikap lemah lembut Nabi Muhammad, misalnya terpraktikkan dalam cerita orang Yahudi yang menagih hutang kepada Nabi Muhammmad dengan nada keras dan bentak-bentak di depan para sahabat. Karena Nabi Muhammad di bentak, seraya Umar ibn Khattab bangun memarahi dengan keras orang Yahudi sebab tidak terima perlakukan keras yang dilakukannya kepada Nabi Muhammad.

Sikap Umar yang kasar kepada orang Yahudi menjadi sebab Nabi Muhammad harus menasehatinya agar berhenti bersikap kasar. Setelah itu, Umar disuruh melunasi hutang tersebut, sekaligus menambah dengan jumlah lebih. Maksudnya, yang lebih sebagai konfensasi/ganti rugi sikap kasar Umar terhadap orang Yahudi yang memberikan hutangan, meskipun sikap Yahudi berlebihan sebab hutang itu belum jatuh tempo untuk dilunasi sesuai dengan perjanjian.

Tapi, begitulah sikap Nabi Muhammad selalu mendahulukan sikap lembut, dari pada menebarkan amarah dan kebencian kepada orang lain (hilmuhu yasbiqu ghadabahu). Jadi, jalan dakwah dengan kasar dan marah-marah adalah jalan kesesatan sebab bertentangan dengan maksud taktik dakwah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad.

Pada akhirnya, mari renungkan sebuah hadith  berikut ini, untuk memperkuat posisi lemah lembutnya Nabi Muhammad:
انِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَاِنَّمَا أُبْعَثُ رَحْمَةً.
."Sesungguhnya aku tidak diutus untuk melaknat (mencaci maki). Tapi diutus untuk memberikan kasih sayang".

Hadith, yang diriwayatkan oleh imam Muslim ini patut menjadi landasan pula agar kita tidak mudah menyakiti sesama. Terkhusus, kepada para juru dakwah gunakan dakwah-dakwah yang sejuk agar makna Islam sebagai agama rahmah terwujud. Jangan rusak visi Islam dengan amarah dan kebencian, hanya karena menuruti nafsu duniawi.

Semoga Allah memberikan petunjuk pada kita semua agar senantiasa berbuat baik dan welas asih kepada sesama. Amin..

 

Intisari Khotbah Jumat, 1 Maret 2019 di Masjid Raya Ulul Albab UIN Sunan Ampel Surabaya