Doa Untuk Presiden

 
Doa Untuk Presiden

LADUNI.ID - Dalam al-Quran, di antara surah yang berbicara tentang kekuasaan adalah QS. Yusuf yang merupakan surah ke 12. Surah Yusuf ini adalah satu-satunya surah yang berbicara tentang Nabi Yusuf secara berurutan dari masa anak-anak, remaja, dewasa hingga masa kejayaannya sebagai pejabat Mesir kala itu.

Selain sebagai satunya surah yang khusus tentang Nabi Yusuf as juga kisahnya ini tidak bercampur dengan kisah nabi-nabi lain atau kisah Nabi Yusuf as tidak ditemukan dalam surah-surah lain dalam al-Quran. Inilah kekhususan surah Yusuf.

Ada satu doa yang terdapat dalam surah ini yang menjadi doanya Nabi Yusuf as yang doa ini beliau ucapkan saat beliau sedang berkuasa sebagai pejabat negara yang diucapkannya di istana tempat ia bekerja. Doa tersebut adalah “Tuhan-ku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi, Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh.”

Beberapa rumusan penting dikemukakan oleh para ulama berkaitan dengan doa Nabi Yusuf tepatnya pada ayat ke -101. Rumusan tersebut adalah pertama, bahwa apapun aktifitas kita dan profesi apapun sebagaimana di awal doa Nabi Yusuf, akhir dari doanya adalah wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang saleh. Ini menujukkan orientasi akhirat harus menjadi tujuan akhir dari aktifitas dunia kita.
Islam telah mengajarkan ada aktifitas dunia yang bisa dan sudah seharusnya berorientasi akhirat, seperti doa makan, bukankah akhirnya waqina ‘adzabannar, bangun tidur demikian juga, bukankah akhirnya hanya kepada-Nya tempat kembali (wailaihin nusyur). Inilah yang ingin diajarkan oleh Nabi Yusuf as kepada kita semua bahwa sebenarnya amalan yang terkesan dunia bisa berdampak akhirat kalau kita memfokus dan mengorientasikannya untuk akhirat.

Rumusan kedua, Nabi Yusuf bukan membanggakan atas amal yang telah didapat dan diperbuatnya tapi menyebutkan nikmat sebagai bentuk syukur pada Allah SWT. Kata bersyukur atas amal berbeda dengan kata sombong dengan amal. Nabi Yusuf as bersyukur karena ia ‘allamtani min ta’wilil ahadits (diajari dengan sebagian kemampuan mentakwilkan mimpi).

Demikianlah hendaknya kita, menampakkan nikmat Allah sebagai bentuk syukur pada-Nya. Syukur bermakna menggunakan pemberian si Pemberi sebagaimana keinginan si Pemberi. Menggunakan sesuatu sesuai tempatnya, itulah syukur, ketika kita menggunakan pemberian tidak pada tempatnya bahkan mengingkari dan menafikan pemberiannya itulah masuk kategori kufur (nikmat). Penegasan Allah SWT tentang hal ini dapat ditemukan dalam QS. Ibrahim/14:7.

Rumusan ketiga yang menjadi penekanan doa Nabi Yusuf as ini adalah bahwa doa ini diucapkan kala masa-masa akhir kehidupan beliau. Disebutkan bahwa lebih kurang tujuh hari atau lebih setelah doa ini beliau panjatkan, Nabi Yusuf as berpulang ke rahmatullah. Permohonan beliau ini penting sebagai doa kita juga yang minta kepada Allah SWT agar diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah. Baik di penghujungnya, baik di akhir kehidupannya, dan untuk meninggal dalam kondisi demikian maka apa yang menjadi kebiasaan selama hidup besar kemungkinan akan mendampinginya. 

Pelajaran penting lainnya bahwa kekuasaan yang diraih, jabatan yang menempel serta status yang terhormat dengan berbagai fasilitas keilmuan yang dimiliki hendaknya tetap mengantarkan pola pikir kita untuk tetap bermunajat pada-Nya agar diwafatkan sebagai seorang yang menyerahkan diri pada Allah SWT (muslim) dan permohonan agar dikumpulkan dalam barisan orang-orang shaleh. Orang-orang shaleh adalah barisan mulia yang disebutkan bersama barisan para nabi, orang-orang benar dan para syuhada.

Inilah yang kemudian difahami oleh Saidina Abu Bakar Shiddiq, seorang sahabat dekat Nabi SAW yang keimanannya luar biasa, yang termasuk assabiqunal awwalun dengan senantiasa memanjatkan doa: “Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku diakhirnya, sebaik-baik amal pada penghujungnya dan sebaik-hari hari saat bertemu dengan-Mu.” Semoga*

Oleh Sholihin H. Z.

Anggota PW ISNU Kalbar