Pak Suryo Penyandang Disabilitas yang Tidak Ingin Dikasihani

 
Pak Suryo Penyandang Disabilitas yang Tidak Ingin Dikasihani

LADUNI.ID, Jakarta - Di depan SPBU Jemursari, Wonocolo, Surabaya, saya bertemu beliau. Namanya Pak Suryo, asal Banyuwangi. Dia sudah hampir 40 tahun tinggal di Surabaya.

Dari wujud fisiknya, beliau penyandang disabilitas. Tak heran jika kesana-kemari Pak Suryo ditemani sepeda yang telah dimodifikasi menjadi tiga roda. Agar sepeda roda tiga ini berfungsi, beliau menggerakkan pedal dengan tangannya.

Pekerjaannya tukang pijat, sesekali membetulkan hape, charger rusak, hingga headset yang tidak berfungsi. Istrinya sudah wafat, anaknya 5, cucunya 3. Dulu pernah tinggal  di daerah Wonocolo Bendul Merisi, Gang Makam. Karena biaya ngekos mahal, Pak Suryo sekarang memilih keliling. Tidur pun di atas sepeda modifikasinya.

Kalau kangen kampung halaman, dia pulang ke Benculuk, kota kecamatan di Banyuwangi. Ngebis? Nggak. Hanya pakai sepeda roda tiganya.

"Berapa hari pak?"
"Biasanya empat hari." jawabnya sambil terkekeh.

Di usianya yang uzur, sudah lebih dari 70 tahun, Pak Suryo mengajarkan: kondisi fisik yang terbatas tidak melumpuhkan mentalitasnya lantas menyerah dan mengasihani diri sendiri. Beliau tetap tegak, tegar, dan bergembira menjamah jalanan Surabaya sembari menawarkan keterampilan yang dimiliki.

"Kok seger waras, Mbah?"
"Saya minum air putih sama tahu saja. Sehari makan dua tahu goreng. Nggak pake nasi." jawabnya. Lagi-lagi sambil tertawa enteng.

Kalau anda di Surabaya, dan sengaja atau tidak bertemu dengannya, gunakan jasanya. Pakailah keterampilan yang beliau miliki. Pijat, servis, atau apapun yang membuatnya bangga: mengais rezeki dengan kemampuannya, bukan dengan menengadahkan tangan memasang raut muka iba.

Gunakan jasa beliau. Tambahkan tips. Itu bisa menjadi pendorong rezeki bagi beliau, dan insyaAllah bakal menjadi wasilah keberkahan rezeki kita.

Rijal MZ