Pencuri yang Cerdas, Sebuah Kisah Hikmah

 
Pencuri yang Cerdas, Sebuah Kisah Hikmah

LADUNI.ID, Jakarta - Ahmad bin Al-Mu’addal, salah seorang ulama terkemuka di kota Bashrah pernah bercerita  bahwa pada suatu hari saat dia sedang duduk bersama Abdul Malik Al-Majishun, seorang mufti dan hakim di kota Madinah kala itu dan merupakan salah seorang murid Imam Malik, datanglah beberapa pengikut majlis sang mufti untuk menimba ilmu agama. Sebelum memulai pelajaran tiba-tiba sang mufti berkata, “Sungguh luar biasa! Apakah kalian tahu apa yang luar biasa itu? Saya ingin bercerita tentang sebuah kisah nyata yang saya alami.

Kemarin, saya  pergi untuk melihat kebunku. Saat memasuki wilayah padang pasir dan jarakku sudah jauh dari rumah, tiba-tiba ada  seorang laki-laki datang menghampiriku.

“Lepas semua pakaianmu!” Ancamnya sambil menantang.

“Loh, kenapa kamu menyuruhku melepaskan semua pakaianku? jawabku heran.

“Karena saya lebih berhak atas pakaian itu dari padamu.”

“Dari segi mana engkau lebih berhak?”

“Yah, karena saya adalah saudaramu, dan sekarang saya sedang tidak berpakaian, sementara kamu berpakaian.”

“Wah, mohon maaf tidak bisa!

“Tidak, saya hanya pakai sebentar. Karena saya ingin sekali memakai apa yang kamu pakai sekarang.”

“Kamu mau menelanjangiku dan memamerkan auratku?

“Hal itu kan tidak masalah. Karena Imam Malik pernah berkata bahwa tidak masalah seorang laki-laki mandi dalam keadaan telanjang.”

“Kalau orang bertemu  denganku dan melihat auratku bagaimana?”

“Kalau orang melihatmu di jalan ini maka tidak mungkin saya menemuimu di sini karena tak ada pun orang yang lewat di jalan ini!”

“Kamu ini lucu. Tolong biarkan saya pergi ke kebunku terlebih dahulu supaya bisa melepaskan pakaianku ini kemudian mengirimkannya kepadamu”

“Tidak, kalau begitu lebih baik kirimkan empat orang budakmu agar mereka bisa membawaku kepada ke seorang penguasa lalu  memenjarakanku, mengoyak-ngoyak kulitku, dan memasung kakiku.”

“Tidak, saya besumpah akan menempati janjiku dan tidak akan menyakitimu.”

“Tidak perlu bersumpah kepadaku! Karena Imam Malik pernah berkata bahwa bersumpah kepada pencuri tidaklah perlu.

“Tetapi, saya tetap bersumpah untuk tidak menipumu dan tidak akan melanggar sumpahku.”

“Ini sungguh merupakan sumpah yang berlebihan yang pernah ditunjukkan kepada para pencuri”

“Sudah! Tidak usah berdebat lagi. Demi Allah saya benar-benar akan mengirimkan pakaian terbaikku ini!” tandasku.

Laki-laki itupun diam sambil menunduk. Kemudian mengangkat kepalanya dan berkata, ”Apakah kamu tau apa yang saya pikirkan? Saya pun menjawab, “Tidak”. Kemudian ia berkata lagi, “Tadi, saya sedang membaca sejarah para pencuri dari zaman nabi sampai saat ini dan saya tidak pernah menemukan seorang pun pencuri yang mendapatkan barang secara tertunda. Saya tidak suka melakukan hal-hal yang bid’ah dalam Islam. Karena di hari kiamat nanti, dosanya akan ditanggung oleh diriku sendiri dan orang yang melakukannya sesudahku. Oleh karena itu, lepaskan semua pakaiannmu!. Saya pun melepaskan pakaianku dan memberikannya kepada laki-laki itu kemudian dia berlalu tanpa kata.

Kisah tersebut di atas mengajarkan manusia tentang pentingnya mendalami ilmu dan bersikap jujur kepada orang lain. Jika dua hal ini diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, maka apapun yang diinginkan seseorang akan mudah diraih. (Sumber: islami.co)