‘Diktator dan Sipil’, Suara Seorang Guru Besar UI

 
‘Diktator dan Sipil’, Suara Seorang Guru Besar UI

Oleh Prof. Dr. Rhenald Kasali

LADUNI.ID, Jakarta - Hidup zaman sekarang jauh lebih enak. Saya bingung kalau ada yang bilang enak zaman dulu. Juga bingung kalau dikatakan ekonomi susah. Yang susah kan cuma tinggal preman, koruptor dan politisi-politisi yang tak terpilih lagi oleh rakyat.

Ngga tahu ya, bagaimana takutnya kita sebagai mahasiswa, dulu waktu kita dikejar-kejar intel, ngumpet di kamar jenazah, mau menyatakan pendapat susahnya minta ampun. Itu saat negeri dikuasai oknum diktator militer. Ngeri...!

Cari seribu perak saja saat itu susah sekali. Cuma karena dulu gak ada WA dan FB kita gak saling komen. Lagian kalau mengeluh ya besoknya dah hilang diciduk aparat. Ngeri...!

Naik bis ngga ada yang ada AC-nya. Copetnya ada di mana-mana. Bahkan pada bawa sangkur. Kita penumpang bis dulu biasa dirogoh dan diperas copet dan begal. Preman di setiap sudut jalan.

Untuk bisa makan paling-paling sama kerupuk dan sudah top kalau dapat sop kaki kambing. Itu baru bisa kite makan beberapa bulan sekali.

Mudik, ampun... susahnya setengah mati. Naik kereta semua orang rebutan sampai masuk lewat jendela dan bawa kardus-kardus bau ikan asin, bukan koper. Toiletnya kotor. Anak-anak kegencet-gencet. Tak ada celah kosong. Orang tidur sambil berdiri. Calonya juga banyak. Uang THR habis diembat calo dan copet.

Di kampung-kampung, dulu, ada BABINSA yang galaknya minta ampun. Lurah-lurah juga korup. Bupatinya harus tentara. Kita apa-apa harus urusan sama tentara.  Ada litsus dan lain-lain. Di jalanan tentara galaknya minta ampun. Kita ambil jalan mereka, habis kita digamparin. Lewat kompleks tentara serem sekali.

Koran-koran sering dibredel. Lalu puncaknya waktu anak-anak mahasiswa sudah gak tahan gegara mertua kawan kita mau terus jadi raja, maka penculikan-penculikan terjadi. 

Banyak mahasiswa-mahasiswa saya yang hilang. Orangtua menangis. Mereka bukan cuma ditembak aparat. Tetapi juga diinjak-injak dengan sepatu lars dan nyawanya meregang. Mereka juga dihadapkan dengan lascar-laskar berjubah, muncul pasukan berjubah agama yang menyerang mahasiswa pakai bambu runcing. Penjarahan dibiarkan. Banyak orang hilang.

Kekerasan itu adalah bagian dari sesuatu yang awalnya adalah intoleransi. Jangan biarkan itu terulang lagi di negeri yang sudah diperbaiki oleh para ulama dan umaroh hebat. Gus Dur sudah mengembalikan militer ke barak untuk fokus ke pertahanan dan keamanan. Tentara zaman sekarang sudah jauh lebih manusiawi dan punya tantangan baru, yaitu perang proxy.

Sekarang para oknum yang dulu gagal melanjutkan kekuasaannya secara diktator mencoba kembali.  Tentu mereka senang mengendalikan orang-orang lugu dan mereka yang mudah dimanipulasi dengan "sorga".

Tetapi janganlah kita mudah tertipu, sahabat. Sebab apapun yang datang dari Allah pasti adalah kelembutan dan kasih sayang, bukan amarah atau meng-anjing-anjingkan manusia. Bukan yang "keras" dan menakut-nakuti. Juga bukan yang haus kuasa dan korup.

Bahkan mereka kini memakai teknologi internet. Menyerang TGB dan ustadz-ustadz baik. Menyerang Jokowi, Sri Mulyani, Susi, Adi MS, Rudiantara, BUMN, Ma’ruf Amin, Ustad Somat, dan lain-lain.

Orang-orang baik ini diserang pakai bot dan robot, pakai "senjata pemusnah massal", hoax.  Pakai segala yang serba palsu.

Kita semua ditakut-takuti. Seakan-akan besok Indonesia tak ada lagi. Seakan-akan jadi sopir ojol itu pekerjaan budak dan bodoh, seakan-akan kita semakin miskin. Semua kemajuan dianggap kemunduran.

Faktanya kita justru tengah menuju negara yang makmur. Daya beli meningkat, ketimpangan turun, harga-harga terkendali, banyak yang semakin murah. Tetapi memang banyak yang berubah, orang sekarang lebih senang pindah-pindah kerja sehingga kesannya banyak yang nganggur. Padahal mereka lebih punya pilihan, orangtua mereka lebih kaya dari orangtua kita dulu.

Taksi dulu hanya ada yang seratus ribuan yang silver dan gold. Sekarang ada ribuan taksi yang ongkosnya hanya ribuan perak.

Dulu bini kita beli kerudung cepek dapat satu, sekarang bisa dapat 4 gegara bisnis online dibuka pemerintah.

Dulu kalau orang Jakarta naik mobil ke Surabaya  butuh 15-20 jam. Sekarang cukup 8 jam. Airport-airport baru cakep-cakep. Pelabuhan juga keren-keren. Sekolah-sekolah tak terdengar lagi yang roboh karena koruptor disikat habis. PNS-nya sudah digaji lebih baik, kontrolnya jauh lebih kuat.

Dulu kita malu kalau ngaku jadi orang Indonesia pas jalan-jalan ke luar negri. Orang asing memandang kita rendah. Miskin prestasi. Jalanannya buruk, ambles, macet, banyak lubang, gak menarik.

Jembatannya dulu juga sempit-sempit dan reyot sampai-sampai anak-anak sekolah harus bergelantungan mengerikan. Jalan tol cuma bisa dibuat di Jabodetabek dan sebagian kecil pulau Jawa.  Itupun banyak yang sampai 20 tahun gak kelar-kelar.

Korupsinya menggunung. Sebab  Anak-anak presiden, dulu  ngambil proyek-proyek besar secara serakah dan bekerja sama dengan para krooni-kroninya. Merekalah yang menjadi rolemodel awal para koruptor. Mereka merusak nilai-nilai bangsa.

Militer juga dulu sangat berkuasa, dan selalu maunya punya Presiden dari militer. Seakan-seakan tak ada pemimpin sipil. Maka kita dipandang sejajar dengan Uganda di era Idi Amin  atau Irak di era Jendral Sadam Husein. Dianggap diktatur militer.  Duh, malu deh zaman itu. Efeknya masih ada sampai sekarang, setiap kali sipil menjadi Presiden, kok selalu dikatain PKI... ada apa ini?

Sekarang bangsa kita dibawah Jokowi sudah muncul sebagai kekuatan baru yang nyata di dunia. Orang sipil berbadan kecil dan sudah merasa cukup dengan makan sedikit tapi semangat membangunnya begitu kuat. Freeport tunduk, Singapura takut, Swiss mau tandatangan untuk kembalikan harta-harta kita yang disimpan para koruptor di sana. Malaysia kembali memandang RI.  Bahkan di Asian Games kita bisa unjuk prestasi. Anak-anak muda kita semakin menonjol dengan inovasi sejak diberi ruang lewat Bekraft dan sering dikunjungi presiden. Bahkan produk-produknya dipromosikan beliau.

Banggalah punya pemimpin yang meski dia orang sipil, tetapi dia adem, ibadahnya jelas, puasanya disaksikan ustad Yusuf Mansur, kerja keras buat kita, dan hasilnya nyata.

Sahabat, Hanya orang-orang bagus lah yang selalu ditakuti para diktatur dan koruptor.

Hanya karena dia diperhitungkanlah maka dia dikirim rumor dan hoax yang nggak-nggak. Mereka yang menterang hanya berani dari semak-semak benar-benar terlalu kerdil, mentang-mentang tak punya prestasi kini membual dan memutarbalikkan fakta-fakta.

Hidup ini begitu indah dan akan ada banyak hal indah yang bisa kita nikmati kalau negeri ini damai dipimpin pemimpin yang adem, optimis, rendah hati dan mau mendengarkan. Itu sebabnya mata batin kita tertuju pada Jokowi. 

Tuhan selalu menjaga orang orang baik.