Hikmah Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW

 
Hikmah Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Setiap tahun umat Islam merayakan maulid nabi di bulan Rabiul Awal. Tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal. Tetapi gegap gempita perayaan dalam memperingati kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW telah dilakukan sejak memasuki awal Bulan Rabiul Awal, bahkan setelah lewat bulan tersebut, perayaan Maulid Nabi masih terus dilangsungkan juga. 

Umat Islam biasanya menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi dengan beragam tradisi dan budaya. Setidaknya di setiap acara peringatan tersebut, dibacalah Kitab Maulid Nabi, seperti Al-Barzanji, Ad-Diba'i, Simtud Durar, Syaraful Anam, Ad-Dhiyaul Lami', dll. Pembacaan kitab maulid tersebut mengingatkan kembali umat Islam tentang sejarah kelahiran dan perjalan hidup Baginda Nabi Muhammad SAW. Dari sinilah kemudian tumbuh rasa cinta dan hormat kepada Baginda Nabi. Di dalamnya juga terdapat banyak pujian dan shalawat yang dibaca untuk Baginda Nabi.

Lalu apakah sebenarnya hikmah di balik perayaan Maulid Nabi tersebut?

Mengenai hal ini, disebutkan dalam kitab Targhibul Musytaqin karya Syaikh Nawawi Al-Bantani, seputar hikmah dalam merayakan kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW itu. 

وَقَالَ عَبْدُاللهِ بْنُ عِيْسَى الْأَنْصَارِيُ كَانَتْ بِجِوَارِيْ اِمْرَأَةٌ صَالِحَةٌ وَلَهَا وَلَدٌ صَالِحٌ فَكَانَتْ فَقِيْرَةً لَاشَيْئَ لَهَا إِلَّا دِيْنَارٌ وَاحِدٌ مِنْ ثَمَنِ غَزْلِهَا فَمَاتَتْ وَكَانَ ذَلِكَ الْوَلَدُ يَقُوْلُ: هَذَا مِنْ ثَمَنِ غَزْلِ أُمِيْ وَاللهِ لَا أَصْرِفُهُ إِلَا فِيْ أَمْرِ الْآخِرَةِ

"Syaikh Abdullah bin Isa Al-Anshari berkata, 'Adalah tetanggaku seorang wanita yang sholehah. Dia mempunyai seorang anak lelaki yang sholeh. Wanita yang sholehah ini tidak mempunyai harta selain satu dinar hasil kerja tenunnya. Tatkala wanita tersebut meninggal dunia, anaknya yang sholeh tersebut berkata di dalam hatinya: Uang satu dinar ini adalah hasil kerja ibuku. Demi Allah, aku tidak akan membelanjakannya kecuali untuk perkara akhirat.'"

وَخَرَجَ ذَاتَ يَوْمٍ فِيْ حَاجَةٍ لَهُ فَمَرَ بِقَوْمٍ يَقْرَؤُوْنَ الْقُرْآنَ وَعَمِلُوْا مَوْلِدَ النَّبِيِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ َسَلَّمَ فِيْ رَبِيْعِ الْأَوَّلِ فَجَلَسَ عِنْدَهُمْ وَسَمِعَ ذَلِكَ

"Pada suatu hari, pemuda anak perempuan sholehah tersebut keluar karena suatu keperluan, dia melewati satu perkumpulan orang sedang membaca Al-Qur'an dan mengadakan Maulid Nabi Muhammad SAW pada Bulan Rabiul Awal. Lalu dia pun duduk bersama mereka dan mendengarkan pembacaan maulid tersebut."

ثُمَّ نَامَ فِيْ لَيْلَتِهِ فَرَأَى فِيْ مَنَامِهِ كَأَنَّ الْقِيَامَةَ قَدْ قَامَتْ وَكَأَنَّ مُنَادِيًا يُنَادِيْ: أَيْ فُلَانُ ‌بْنَ فُلَانٍ يَذْكُرُ جَمَاعَةً فَسَاقَهُمْ إِلَى الْجَنَةِ وَذَلِكَ الشَّابُّ مَعَهُمْ وَقَالَ الْمُنَادِيْ: إِنَّ اللهَ جَعَلَ لِكُلٍّ مِنْكُمْ قَصْرًا فِي‌ الْجَنَّةِ فَدَخَلَ ذَلِكَ الشَّابُّ قَصْرًا لَمْ ‌يَرَ أَحْسَنَ منه وَالْحُوْرُ الْعِيْنُ فِيْهِ كَثِيْرَةٌ وَعَلَى أَبْوَابِهِ خُدَّامٌ وَبَاقِي الْقُصُوْرِ أَلْطَفُ مِنَ الْقَصْرِ الَّذِيْ دَخَلَ فِيْهِ فَأَرَادَ الدُّخُوْلَ فِيْهِ فَلَمَّا هَمَّ بِالدُّخُوْلِ قَالَ لَهُ الْخَادِمُ : لَيْسَ هَذَا لَكَ وَإِنَّمَا هُوَ لِمَنْ عَمِلَ مَوْلِدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ َسَلَّمَ

"Pada malamnya, pemuda tersebut bermimpi seolah-olah kiamat telah tiba dan seorang penyeru yang mengatakan, 'Di manakah si fulan anak si fulan,' disebutnya nama-nama orang yang dalam satu rombongan lalu digiringlah mereka ke surga. Dan pemuda tersebut ikut bersama mereka." Dan penyeru tadi berkata, 'Sesungguhnya Allah telah memberi bagi setiap kamu sebuah istana di dalam surga.' Lalu masuklah si pemuda tadi ke dalam sebuah istana, tidak pernah dia melihat istana yang seumpamanya dari segi keindahannya, ia dipenuhi bidadari dan pada segala pintunya dijaga oleh khadam. Pemuda tersebut melihat bahwa ada istana lain yang lebih elok daripada istana yang ia masuki. Lalu dia pun berkehendak untuk memasukinya. Tatkala terbesit di hatinya untuk memasuki istana tersebut, berkatalah seorang pelayan kepadanya, 'Ini bukanlah untukmu, sesungguhnya ini diperuntukkan bagi orang yang mengadakan Maulid Rasulullah SAW.'"

فَلَمَّا أَصْبَحَ ذَلِكَ الشَّابُّ صَرَفَ ذَلِكَ الدِّيْنَارَ عَلَى مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ َسَلَّمَ فَرْحًا بِرُؤْيَاهُ وَجَمَعَ الْفُقَرَآءَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى وَيَقْرَؤُوْنَ الْقُرْآنَ وَمَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ َسَلَّمَ وَقَصَّ‌ عَلَى الْجَمَاعَةِ رُؤْيَاهُ فَفَرِحُوْا بِذَلِكَ وَنَذَرَ أَنْ لَايَقْطَعَ مَوْلِدَ‌ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ َسَلَّمَ مَادَامَ حَيًّا

"Keesokan harinya, pemuda tersebut menggunakan satu dinar (peninggalan ibunya) tersebut untuk mengadakan Maulid Nabi SAW karena kegembiraannya dengan mimpinya itu. Diapun mengumpulkan para faqir miskin untuk berdzikir kepada Allah, membaca Al-Quran dan membaca Maulid Nabi SAW. Dia juga menceritakan tentang mimpinya itu kepada mereka, dan mereka merasa gembira mendengar ceritanya itu. Pemuda tersebut bernazar untuk tidak akan meninggalkan mengadakan Maulid Nabi SAW sepanjang hayatnya."

ثُمَّ نَامَ فَرَأَى أُمَّهُ فِي الْمَنَامِ فِيْ هَيْئَةٍ حَسَنَةٍ وَفِيْ حُلَلٍ مِنْ حُلَلِ الْجَنَّةِ وَلَهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ وَقَبَّلَ يَدَهَا وَهِيَ قَبَّلَتْ رَأْسَهُ وَقَالَتْ : جَزَاكَ اللهُ خَيْرًا يَا وَلَدِيْ لَقَدْ أَتَانِيْ مَلَكٌ وَأَعْطَانِيْ هَذِهِ ‌الْحُلَلَ فَقَالَ لَهَا: مِنْ أَيْنَ لَكِ هَذِهِ الْكَرَامَةُ فَقَالَتْ: لِأَنَكَ قَدْ صَنَعْتَ بِالدِّيْنَارِ الَّذِيْ وَرِثْتَهُ مِنِّيْ مَوْلِدَ سَيِّدِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ وَهَذَا جَزَاءُ مَنْ عَظَّمَ نَبِيَّهُ وَعَمِلَ مَوْلِدَهُ

Kemudiannya, si pemuda tertidur. Dalam tidurnya dia bermimpi bertemu dengan ibunya. Ibunya berada dalam keadaan yang amat baik, berhias dengan segala perhiasan surga dan berwangian dengan bau surga. Pemuda tersebut mencium tangan ibunya dan ibunya mengecup kepalanya lalu berkata, 'Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, wahai anakku, malaikat telah datang kepadaku membawa segala perhiasan ini.' Si pemuda bertanya kepada ibunya, 'Dari manakah ibu memperoleh kemuliaan ini?' Sang ibu menjawab, 'Karena engkau telah mempergunakan satu dinar yang engkau warisi dariku untuk mengadakan maulid junjungan orang-orang terdahulu dan orang-orang yang kemudian, dan inilah balasan bagi orang yang mengagungkan dan mengadakan Maulid Baginda Nabi Muhammad. 

Demikianlah hikmah merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dikisahkan di dalam Kitab Targhibul Musytaqin karya Syaikh Nawawi Al-Bantani. Semoga kisah ini memberikan manfaat kepada kita semua, sehingga tumbuhlah rasa cinta kita kepada Baginda Nabi Muhamad SAW. Amin. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 08 Oktober 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

Editor: Hakim