Biografi Prof. KH. Anwar Musaddad

 
Biografi Prof. KH. Anwar Musaddad
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi Prof. KH. Anwar Musaddad

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Keluarga
  4. Anak-Anak
  5. Pendidikan
  6. Karier
  7. Politik

Kelahiran

Prof. KH. Anwar Musaddad lahir pada 3 April 1910 di Garut dengan nama Dede Masdiad. Beliau merupakan putra dari Abdul Awwal bin Haji Abdul Kadir yang jika ditilik secara garis nasab beliau merupakan keturunan Syekh Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Djati. Ibunya adalah Siti Marfuah seorang wiraswasta pengusaha batik “Garutan” dan dodol Garut “Kuraesin”.

Sejak kecil, Dede Masdiad diasuh oleh seorang ibu yang lemah lembut. Beliau juga sangat taat dan mencintai Allah dan Nabi Muhammad SAW. Ketaatan dan kecintaannya dibuktikan dengan kedisiplinan tinggi dalam hal ibadah mahdhah, seperti shalat. Bahkan, Ibunda KH. Anwar Musaddad dikenal sebagai sosok ibu yang selalu menjadikan Shalat Istikharah sebagai jalan konsultasi kepada Allah ketika menghadapi persoalan. Dengan batin yang selalu tersambung dengan Allah itu, beliau melakukan pengasuhan kepada anak-anaknya. Khususnya, kepada KH. Anwar Musaddad muda. Pengasuhan ini hanya dilakukan seorang diri karena suaminya meninggal ketika KH. Anwar Musaddad berumur empat tahun. Tidak lama setelah itu, ibunda tercinta menikah kembali. Meski demikian, ayah tirinya juga termasuk orang yang sangat sayang kepadanya. Memang sudah masyhur bahwa kedua orang tua beliau termasuk orang yang taat kepada Allah. Ketaatan ini termanifestasikan dalam hubungannya dengan anak-anak.

Kendatipun bukan ayah kandung yang mendidik, merawat, dan membimbing KH. Anwar Musaddad, tetapi ayah tirinya memiliki kepribadian yang sangat baik. Memang, KH. Anwar Musaddad tidak dibesarkan di lingkungan keluarga yang biasa mengarahkan anaknya ke pondok pesantren. Tetapi, karena pendekatan cinta dan kasih sayang dalam pendidikan anak, beliau berkembang menjadi anak yang mandiri.

Dilihat dari silsilah keturunan KH. Anwar Musaddad masih mempunyai keterkaitan atau garis keturunan dengan Syaikh Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, Cirebon. Garis keturunan wali ini pula yang mungkin memberi pengaruh positif bagi perkembangan kepribadiannya.

Wafat

Prof. KH. Anwar Musaddad wafat pada tanggal 21 Juli 2000 bertepatan dengan 19 Rabiul Akhir 1422 dalam usia 91 tahun. Dimakamkan di komplek pemakaman keluarga Pondok Pesantren Musaddadiyah, Garut Jawa Barat.

Keluarga

Prof. KH. Anwar Musaddad menikah dengan Nyai Maskatul Millah yang akrab dikenal dengan Nyi H. Rd. Atikah anak dari KH. Qurthubi dan Hj. Fatimah dari Ciparay.

Berdasarkan catatan keluarga, KH. Anwar Musaddad dikaruniai banyak anak. Sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang berhasil. Dari mereka, banyak informasi yang dapat digali, bahkan dikembangkan lebih jauh. Sebagaimana masa kecilnya yang dididik dengan disiplin dan cinta, beliau pun menerapkannya kepada anak-anaknya.

Hal ini diutarakan sendiri oleh putra-putrinya, bahwa KH Anwar Musaddad menerapkan pendidikan yang disiplin, ketat, dan penuh cinta. Segala sesuatunya dipantau dan diawasi secara berkelanjutan, dengan dasar cinta dan kasih-sayang serta kehangatan yang sangat kuat.

Disiplin dalam hal ketetapan waktu. Ketat dalam hal ketaatan terhadap aturan Allah dan Rasul-Nya. Cinta dalam hal interaksi antara ayah dan anak. Itu semua dirasakan sedemikian kuat oleh seluruh anak-anaknya.

Anak-Anak

Berikut ini adalah putra-putri KH Anwar Musaddad:

  1. Drs. H. Moch Cholil (Pimpinan Ponpes Nurul Iman Al-Musaddadiyah)
  2. Dra. Hj. Yies Sa’diyah, M.Pd (Dosen IAIN SGD dan STAIM)
  3. Kiki Zakiyah (Almarhumah/meninggal saat masih kecil)
  4. Prof. Dr. Hj. Ummu Salamah, Msi (Dosen UNPAS dan UNIGA)
  5. Hj. Aminah (Anggota DPRD TK I Jawa Barat)
  6. Moh. Salim (Almarhum/meninggal saat masih kecil)
  7. KH Ir. Abdullah Margani (Alm.) (Pendiri STTG dan Pimpinan Pembangunan Kampus)
  8. Hj. Maemunah (Pimpinan Koperasi Bina Hasanah Al-Musaddadiyah)
  9. KH Cecep Abdul Halim, LC (Pimpinan Ponpes Al-Bayyinah, Ketua STAIM)
  10. Dra. Titin Fatimah (Wiraswasta)
  11. KH. Tontowi Jauhari, MA (Pimpinan Ponpes Al-Wasilah)
  12. H. Toha Nur Jamil (Wiraswasta)
  13. Dr. Abdurrahman, DEA (meninggal saat menjabat ketua STTG)
  14. Drs. H. Asep Saepudin (Kepsek SMP-IT Ciledug dan Dosen STAIM)
  15. Hj. Atik Mardiati (Bendahara Yayasan Al-Musaddadiyah)
  16. Ir. H. Bunyamin M.Kom (Dosen STTG)

Pendidikan

Prof. KH. Anwar Musaddad memulai pendidikannya dengan belajar HIS (setingkat SD) Kristen karena sebagai pribumi yang bukan anak pegawai negeri (ambtenar) dan bukan dari kalangan bangsawan (menak), beliau tidak dapat masuk HIS Negeri. Kemudian masuk MULO (setingkat SMP) di Kristelijk di Garut, dan AMS (setingkat SMA) Kristelijk di Sukabumi. 

Setelah menamatkan sekolah menengah, KH. Anwar Musaddad kemudian belajar di Pesantren Darussalam Wanaraja, Garut, selama dua tahun. Pada tahun 1930, beliau menimba ilmu ke Mekkah selama 11 tahun di Madrasah Al-Falah.

Di Makkah, KH. Anwar Musaddad menuntut ilmu kepada para ulama terkenal di masa itu, antara lain adalah Sayyid Alwi Al-Maliki, Syaikh Umar Hamdan, Sayyid Amin Quthbi, Syaikh Janan Toyyib (Mufti Tanah Haram asal Minang), Syaikh Abdul Muqoddasi (Mufti Tanah Haram asal Solo).

Pulang ke tanah air ketika masa penjajahan Belanda mulai berakhir. Pada masa penjajahan Jepang, beliau diangkat menjadi kepala Kantor Urusan Agama Priangan. Pada masa revolusi kemerdekaan (1945-1949), bersama KH. Yusuf Taujiri dan KH. Mustofa Kamil, beliau memimpin pasukan Hizbullah, melawan agresi Belanda yang ingin kembali menjajah RI. Sempat ditangkap Belanda (1948) dan mendekam di penjara. Baru dibebaskan setelah pengakuan kedaulatan (1950).  

Karier

Pada tahun 1953, Prof. KH. Anwar Musaddad mendapat tugas dari Menteri Agama KH. Fakih Usman untuk mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN) di Yogyakarta, yang menjadi cikal-bakal Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Kini berkembang menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Beliau diangkat menjadi guru besar dalam bidang Ushuluddin di IAIN Yogyakarta dan menjadi dekan di fakultas tersebut pada tahun 1962-1967.

Dalam Dies Natalis IAIN Al-Jami’ah ke-5 beliau menyampaikan pidato berjudul "Peranan Agama dalam Menyelesaikan Revolusi". Kemudian di tahun 1967, KH. Anwar ditugaskan untuk merintis IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Beliau kemudian menjadi rektor pertamanya, hingga tahun 1974. 

Di bidang pendidikan, dalam rangka mengggembleng sumber daya manusia yang lengkap dan sempurna, KH. Anwar Musaddad ketika masih menjadi Rektor IAIN Sunan Gunung Jati, juga mendirikan Sekolah Persiapan IAIN (SP IAIN) di Garut, Cipasung Tasikmalaya, Cilendek Bogor, Ciparay Bandung dan Majalengka.Tujuannya adalah agar jumlah mahasiswa IAIN meningkat. Tujuan lainnya, sebagai perwujudan obsesi KH. Anwar Musaddad dalam "mengulamakan intelektual" dan "mengintelktualkan ulama".

Sejak tahun 1976, KH. Anwar Musaddad tinggal di Garut dengan mendirikan Pesantren Al-Musaddadiyah yang mengelola pendidikan tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Politik

Di bidang politik, KH. Anwar Musaddad menjadi anggota parlemen (DPR) dari Partai Nahdlatul Ulama (NU) hasil pemilihan umum tahun 1955. Lalu menjadi anggota DPR-GR 1960-1971. Sementara, kiprah KH. Anwar Musaddad di NU juga cukup penting, beliau pernah menjadi Wakil Rais 'Aam PBNU pada Muktamar NU di Semarang (1980).


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 03 April 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 21 Juli 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya