Pengertian Hadis Qudsy Man Lam Yasykur'ala Na'mai

 
Pengertian Hadis Qudsy Man Lam Yasykur'ala Na'mai

Laduni.ID, Jakarta - Hadis qudsi, sebagai sumber hukum kedua dalam Islam setelah Al-Quran, memainkan peran penting dalam memberikan panduan moral dan spiritual kepada umat Muslim. Salah satu hadis qudsi yang menonjol adalah "Man Lam Yasykur'ala Na'mai", yang mengajarkan makna mendalam tentang bersyukur atas nikmat Allah SWT.

Bersyukur merupakan konsep sentral dalam ajaran Islam, yang menekankan pentingnya menghargai dan mengakui segala nikmat yang diberikan Allah kepada manusia. Hadis qudsi ini secara langsung menyoroti betapa pentingnya sikap bersyukur dalam kehidupan sehari-hari. Firman Allah SWT dalam hadis ini menegaskan bahwa tidak bersyukur atas nikmat-Nya adalah tanda ketidaktahuan akan kebesaran-Nya dan kurangnya penghargaan terhadap anugerah-Nya kepada manusia.

Pentingnya bersyukur bukan hanya sebagai kewajiban spiritual, tetapi juga sebagai cara untuk memperoleh lebih banyak nikmat dari Allah SWT. Dengan bersyukur, seseorang menunjukkan ketaatan dan kepatuhan kepada Allah, yang kemudian akan memperoleh balasan lebih banyak lagi dari-Nya. Oleh karena itu, hadis qudsi ini mengajarkan bahwa sikap bersyukur merupakan kunci untuk membuka pintu rahmat dan berkah Allah SWT dalam kehidupan manusia.

Namun, hadis qudsi ini juga memperingatkan tentang konsekuensi dari ketidakbersyukuran. Siapa pun yang tidak menghargai nikmat-nikmat Allah cenderung terjerumus dalam sikap ingkar dan tidak menghargai anugerah yang telah diberikan-Nya. Dengan demikian, hadis ini mengingatkan umat Muslim untuk senantiasa memeriksa sikap mereka terhadap nikmat-nikmat Allah dan untuk selalu bersyukur atasnya.

Selain itu, hadis qudsi ini menawarkan pandangan yang lebih luas tentang makna bersyukur. Bersyukur tidak hanya terbatas pada mengucapkan kata-kata terima kasih, tetapi juga mencakup pengakuan dan penghargaan yang mendalam terhadap nikmat-nikmat Allah dalam segala aspek kehidupan. Dengan demikian, hadis ini mengajarkan umat Muslim untuk membiasakan diri melihat kebaikan dalam setiap keadaan dan untuk selalu menghargai segala anugerah yang diberikan-Nya.

Dalam kesimpulan, hadis qudsi "Man Lam Yasykur'ala Na'mai" adalah pengingat yang kuat bagi umat Muslim tentang pentingnya bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Dengan bersyukur, manusia tidak hanya menunjukkan ketaatan kepada Allah, tetapi juga membuka pintu rahmat dan berkah-Nya dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, hadis ini mengajarkan bahwa sikap bersyukur harus menjadi bagian integral dari setiap aspek kehidupan seorang Muslim.

Lalu adakah syarah bagi hadits ini: "Wa man lam yardho bil qodho i, wa lam yasykur bin na'ma i, wa la yashbir 'ala bala i, fal yakhruj min tah tis sama'i".

Hadis ini mengajarkan prinsip-prinsip penting dalam pandangan Islam tentang sikap manusia terhadap ketetapan Allah SWT, rasa syukur terhadap nikmat-Nya, serta kesabaran dalam menghadapi cobaan dan musibah.

Pertama, "Wa man lam yardho bil qodho'i" menekankan pentingnya meridhai dan menerima ketetapan Allah SWT dalam kehidupan manusia. Ini mencerminkan keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita adalah bagian dari rencana Allah yang sempurna, dan kita sebagai hamba-Nya harus merelakan dan meridhai ketetapan-Nya tanpa syak atau keberatan.

Kedua, "Wa lam yasykur bin na'ma'i" mengingatkan manusia untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT. Bersyukur bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan dan pengakuan terhadap kebaikan Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, "Wa la yashbir 'ala bala'i" menekankan pentingnya kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi cobaan dan musibah. Ketabahan dalam menghadapi ujian dan cobaan adalah bagian integral dari iman seorang Muslim. Dalam menghadapi kesulitan, manusia harus bersabar dan percaya bahwa Allah SWT akan memberikan jalan keluar dan membalas dengan yang lebih baik.

Hadits qudsy


أنَا اللهُ لآ إِلهَ إِلاَّ أَنَا مَنْ لَمْ يَشْكُرْ عَلَى نَعْمَآئِي وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلآئِي وَلَمْ يَرْضَ بِقَضَآئِي فَلْيَتَّحِذْ رَبًّا سِوَآئِي

Artinya:Aku Allah, tiada Tuhan melainkan Aku; siapa tidak bersyukur atas nikmat-nikmat pemberian-Ku, tidak bersabar atas ujian-Ku dan ridla terhadap kepastian qadla-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.


(حديث قدسي) ” إِنِّي أَنَا اللَّهُ ، لا إِلَهَ إِلا أَنَا ، مَنْ لَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلائِي , وَلَمْ يَرْضَ بِقَضَائِي , وَلَمْ يَشْكُرْ نَعْمَائِي , فَلْيَتَّخِذْ رَبًّا سِوَايَ ” ، قال في المختصر : ضعيف .

- Faidul Qodir maktabah syamilah

6009 – (قال الله تعالى من لم يرض بقضائي ولم يصبر على بلائي فليلتمس ربا سواي) قال الغزالي: كأنه يقول هذا لا يرضانا ربا حتى سخط فليتخذ ربا آخر يرضاه وهذا غاية الوعيد والتهديد لمن عقل ولمن صدق ولقد صدق من قال إذ سئل: ما العبودية والربوبية فقال: الرب يقضي والعبد يصبر وليس في السخط إلا الهم والضجر في الحال والوزر والعقوبة في المآل بلا فائدة إذ القضاء نافذ فلا ينصرف بالهلع والجزع كما قيل:ما قد قضى يا نفس فاصطبري له. . . ولك الأمان من الذي لم يقدر [ص: 470]

Ihya 'Ulumuddin

وقد روى ما هو أشد من ذلك وهو أن الله تعالى قال أنا الله لا إله إلا أنا من لم يصبر على بلائى ولم يشكر نعمائى ولم يرض بقضائى فليتخذ ربا سوائى // حديث قال الله أنا الله لا إله إلا أنا من لم يصبر على بلائي الحديث أخرجه الطبرانى في الكبير وابن حبان في الضعفاء من حديث أبى هند الدارى مقتصرا على قوله من لم يرض بقضائى ويصبر على بلائى فليلتمس ربا سواى وإسناده ضعيف

Tafsir Qurthuby , surat Al buruj : 22


وقال ابن عباس : أول شيء كتبه الله تعالى في اللوح المحفوظ " إني أنا الله لا إله إلا أنا ، محمد رسولي ، من استسلم لقضائي ، وصبر على بلائي ، وشكر نعمائي ، كتبته صديقا وبعثته مع الصديقين ، ومن لم يستسلم لقضائي ولم يصبر على بلائي ، ولم يشكر نعمائي ، فليتخذ إلها سواي " .