Tauladan Mulia: Inspirasi dari Para Sahabat Nabi Muhammad yang Perlu Kita Kenang

 
Tauladan Mulia: Inspirasi dari Para Sahabat Nabi Muhammad yang Perlu Kita Kenang
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Di antara sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang dianggap sebagai teladan utama bagi umat Islam, terdapat tokoh-tokoh besar seperti Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Khalid bin Walid.

Mereka tidak hanya menunjukkan kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Nabi dan ajarannya, tetapi juga memperlihatkan kepemimpinan yang bijaksana, keberanian dalam menghadapi cobaan, serta keutamaan moral yang tinggi. Kisah-kisah mereka menginspirasi umat Islam untuk mengikuti jejak mereka dalam kehidupan sehari-hari, membimbing dengan keadilan, keberanian, dan keikhlasan.

Para sahabat tersebut yang diungkapkan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat KH M. Luqman Hakim. Walaupun tidak terpungkiri banyak sahabat lain yang juga bisa menjadi teladan baik.

Abu Bakar Ash-Shiddiq

Dalam perbincangan yang berlangsung, Kiai Luqman menyoroti sifat-sifat Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menjadi contoh teladan bagi umat Islam. Beliau dikenal dengan kelembutan dan kesabaran yang melekat pada dirinya.

Namun, ketika dihadapkan pada situasi di mana sebagian rakyat membelot dan menolak untuk membayar zakat, Abu Bakar Ash-Shiddiq menunjukkan ketegasan yang luar biasa. Beliau menyadari bahwa hal tersebut dapat mengancam fondasi agama yang dibangun dengan susah payah oleh Rasulullah SAW.

Ketegasannya dalam menghadapi situasi ini bahkan melebihi keteguhan yang dikenal dari Umar bin Khattab, yang pada saat itu terkenal dengan sifatnya yang keras. Kiai Luqman menegaskan bahwa ketegasan Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak hanya menaklukkan situasi sulit, tetapi juga menjadi contoh bagi umat Islam tentang pentingnya mempertahankan prinsip-prinsip agama dengan tekad yang kuat dan tindakan yang tegas saat diperlukan.

Umar bin Khattab

Kyai Luqman bahkan mengatakan, Umar bin Khathab r.a. terkenal keras, tegas, dan temperamental. Setan pun takut kepadanya, hingga digelari Nabi SAW dengan sebutan Al-Faruq. Namun di tengah malam ketika manusia lelap, Umar senantiasa berurai banjir airmata, dalam munajat-munajat kepada Allah. “Kelembutan hatinya melebihi kapas-kapas putih,” tutur Kiai Luqman.

Dalam kesimpulannya, kisah tentang Umar bin Khattab r.a. mengajarkan kepada kita bahwa kekuatan sejati tidak hanya terletak pada ketegasan atau kekerasan, tetapi juga pada kelembutan dan kedalaman hati.

Utsman bin Affan

Selain mengangkat sosok Umar bin Khattab, Direktur Sufi Center juga mengajak umat Islam untuk memperhatikan teladan yang diwakili oleh Utsman bin Affan. Utsman, yang dikenal dengan kekayaan materi dan kedermawanannya, menunjukkan dedikasi yang luar biasa dalam mendukung perjuangan Rasulullah SAW.

Kekayaan yang dimilikinya tidak pernah menjadi penghalang bagi Utsman untuk bersedekah secara murah hati demi kemajuan dan penyebaran agama Islam. Ia menjadikan memberikan infaq dan sedekah sebagai sebuah hobi yang mengalir dalam setiap langkahnya.

Tindakan kedermawanannya tidak hanya terbatas pada bantuan finansial, tetapi juga mencakup berbagai bentuk dukungan moral dan fisik bagi umat Islam. Kesediaannya untuk mengorbankan harta benda demi tegaknya kebenaran dan kebaikan menjadi teladan yang memotivasi umat Islam untuk mengikuti jejaknya dalam beramal dan berbuat baik kepada sesama.

Utsman bin Affan adalah contoh nyata bahwa kekayaan yang dimiliki seseorang dapat menjadi sarana untuk mencapai ridha Allah dan keberkahan, asalkan digunakan dengan bijak dan disertai dengan niat yang tulus..

“Beliau dapat gelar Dzun Nurain karena pernah menikah dengan dua putri Nabi SAW. Beliaulah yang mengodifikasi Al-Qur'an jadi satu mushaf, mushaf utsmani,” terangnya.

Ali bin Abi Thalib

Begitu juga dengan Ali bin Abi Thalib (Karromallah Wajhah). Ketika Ali hendak menghunuskan pedangnya ke jantung musuh, ia lempar pedang itu, gara-gara mukanya diludahi musuh.

Sayyidina Ali berkata, “Aku tidak mau membunuhnya, gara-gara ada sedikit jengkel di hatiku." "Semoga Allah memuliakan wajah Ali," kata para sahabatnya. “Perang tanpa amarah. Indah,” ungkap Kiai Luqman.

Khalid bin Walid

Selain itu, umat Islam juga bisa meneladani sikap komandan perang Khalid bin Walid. Kehebatan Khalid bukan pada kemenangan dia dalam pertempuran demi pertempuran. Kehebatannnya terletak pada pribadinya yang taat hukum.

“Di tengah-tengah puncak karirnya ia harus taat pada Khalifah Umar, untuk diganti dengan komandan lain tanpa memberontak sedikit pun,” pungkasnya.

Selama perang Yarmuk, Khalid bin Walid dicopot dari jabatan oleh Khalifah Umar dan digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Meskipun demikian, semangat jihad Khalid tetap berkobar tanpa meredup. Ini menunjukkan bahwa kesetiaannya bukan terpaku pada jabatan, melainkan pada prinsip-prinsip agama dan tujuan suci yang dipegangnya. Dedikasi dan keberanian Khalid di medan perang terus menginspirasi umat Islam, membuktikan bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada pangkat, tetapi pada iman dan keteguhan hati. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 22 April 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.
__________________
Editor: M Iqbal Rabbani