Memilih untuk Memaafkan Itu Lebih Baik

 
Memilih untuk Memaafkan Itu Lebih Baik
Sumber Gambar: independent.co.uk, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Memaafkan adalah salah satu sifat dan akhlak utama yang diajarkan Islam. Meski membalas secara setimpal dibolehkan, tetapi memaafkan itu lebih baik. Nabi Muhammad SAW adalah manusia pemaaf dalam segala keadaan.

Dalam sebuah Hadis disebutkan:

عن عُقبةَ بنِ عامرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ لَقِيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لِيْ: يَا عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ، صِلْ مَن قَطَعَك وأَعْطِ مَنْ حَرَمَك وَاعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَك

"Uqbah bin Amir mengatakan,  Aku bertemu Nabi. Beliau mengatakan kepadaku, 'Uqbah, jalinlah kembali hubungan dengan orang yang pernah memutuskan hubungan persahabatan, berilah orang yang pernah menolak memberimu dan maafkanlah orang yang pernah menyakitimu.'" (HR. Ahmad)

Nabi tidak hanya sekadar bicara, tetapi juga mempraktikkan dalam kehidupan. Dalam peristiwa "Fathu Makkah" (pembebasan Makkah) saat Nabi mampu mengalahkan musuh dan lawan politiknya dan berada dalam posisi puncak kekuasaannya, beliau justru memaafkan mereka yang pernah memusuhinya.

Husain Haekal, dalam bukunya yang sangat popular berjudul Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad), mencatat dan mengatakan:

مَا أَجْمَلَ الْعَفْوُ عِنْدَ الْمُقَدِّرَةِ. مَا أَعْظَمَ هَذِهِ النَّفْسُ الَّتِىْ سَمَّتْ كُلَّ السُّمُوِّ، فَارْتَفَعَتْ فَوْقَ الْحِقْدِ وَفَوْقَ الْاِنْتِقَامِ، وَأَنْكَرَتْ كُلَّ عَاطِفَةِ دُنْيَا، وَبَلَغَتْ مِنَ النُّبُلِ فَوْقَ مَا يَبْلُغُ الْاِنْسَانُ

“Lihatlah betapa indahnya pengampunan itu ketika ia mampu (mengalahkan). Alangkah besarnya jiwa itu, jiwa yang telah melampaui segala kebesaran, melampai segala rasa dengki dan dendam di hati. Jiwa yang telah menjauhi segala perasaan duniawi, jiwa yang telah mencapai segala yang di atas kemampuan insani....”

Al-Qur'an juga mengatakan:

فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

"Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim." (QS. Asy-Syura: 40)

Demikianlah Islam yang mengajarkan perangai mulia sebagaimana sang pembawa risalah, Baginda Nabi Muhammad SAW. Memilih memaafkan itu lebih baik. Tetapi bukan berarti itu menunjukkan suatu kelemahan, justru dengan memaafkan itulah tampak jiwa besar sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW. Dengan memaafkan itu pesan damai Islam juga akan tersampaikan seutuhnya, sebab arti Islam itu sendiri adalah sebuah kedamaian yang tentu juga penuh rasa maaf dalam konteks kebaikan. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 27 April 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: KH. Husein Muhammad

Editor: Hakim