Ahli Ibadah Saja Tidak Cukup untuk Filter Hoax

 
Ahli Ibadah Saja Tidak Cukup untuk Filter Hoax

LADUNI.ID, Jakarta - Kenapa Ibnu Muljam menjadi eksekutor pembunuhan Ali? Alasan paling krusial adalah termakan Hoax.

Seorang yang ahli puasa, ahli shalat malam belum lulus screening untuk lepas dari hoax karena minimnya info yang diterima dan sebatas subjektif, terlebih urusan politik. Maka dari itu memahami politik adalah wajib hukumnya bagi yang merasa berpendidikan.

من لا يعرف السياسة، اكلته السياسة

"Tidak ngerti politik, akan dijadikan komoditi oleh politisi."

Hoax adalah bumbu peperangan, sejak zaman dahulu strategi ini dinilai paling manjur untuk alat genosida kecil, yang sudah terbukti minimal puluhan ribu pasukan Ali-Muawiyah. Keduanya umat islam, keduanya militan, keduanya sahabat Nabi.

Mau bukti yang sejarah yang lebih besar?

Jutaan korban di Irak, Libiya, Syiria. Hanya karena masyarakat di-hoax-kan (baca; difitnah) dengan ancaman senjata Genosida. Nyatanya setelah Saddam Husein dan Qadafi tumbang, apa yang didapat oleh keduanya? Fana! Mereka hanya tertipu oleh USA.

Sang penyebar hoax hanya bermain pada tatanan opini yang retoris, setelah umpan dilempar mereka hanya menunggu di balik layar untuk masyarakat Chaos. Setelah itu tinggal cuci tangan yang bersih. Beres.

Hari ini, narasi People Power adalah kode untuk untuk hal-hal barbar tersebut. Itu pun tidak gentle karena masih numpang pada idiom 'Curang, Curang dan Curang'.

Kenapa istilah curang terus digaungkan di media?

Padahal laporan curang yang naik ke media setelah ditelisik mendalam justru adalah hoax yang sengaja di-setting melaluai visualisasi media. Sudah banyak yang kebongkar dan terbukti hoax.

Padahal masyarakat cerdas mafhum betul kalau urusan ini tinggal ajukan ke MK atau lembaga hukum di bawahnya. Sederhananya, untuk memupuk People Power tadi melakukan hal-hal yang tidak diingankan, seakan hanya mereka saja yang benar dan yang dizhalimi.

Padahal, curang adalah bagian yang tidak lepas dari yang namanya politik. Artinya, kecurangan pasti terjadi di dua kubu.

Anda bisa tidak menanti sabar sampai 22 Mei? Bisa gak sejenak menghargai kerja KPU dan segela bagian strukturalnya?

(Rifqiel Asyiq)