Ribuan Rakyat Palestina Berunjuk Rasa dan Berduka Peringati Hari Terbentuknya Negara Israel

 
Ribuan Rakyat Palestina Berunjuk Rasa dan Berduka Peringati Hari Terbentuknya Negara Israel

LADUNI.ID, Semenjak negara Israel terbentuk pada tahun 1948 lalu setelah Perang Enam Hari berlangsung, ratusan ribu warga Palestina terusir dari tanah yang ditempati leluhur mereka sejak lama.

Warga keturunan Arab Israel dan warga Palestina menganggap Hari Nakba atau peringatan pembentukan negara Israel sebagai bencana. 

Ribuan warga keturunan Arab-Israel berunjuk rasa dan berduka memperingati 71 tahun Hari Nakba yang jatuh pada Kamis (10/5). 

Dengan membawa slogan bertuliskan "Hari Kemerdekaan Kalian adalah Bencana Bagi Kami", para demonstran berkumpul di utara Kota Umm al-Fahm, utara Israel. Sebagian besar penduduk di kota itu merupakan warga Israel keturunan Arab. 

Selama unjuk rasa berlangsung, para pedemo juga turut  menyanyikan lagu nasional dan mengibarkan bendera Palestina.

Sementara itu, warga asli Israel merayakan hari ini sebagai hari kemerdekaan. Mereka secara resmi merayakan hari pembentukan Israel pada 14 Mei mendatang karena menyesuaikan dengan kalender Ibrani.

Berdasarkan kalender umat Yahudi itu, Israel memenangkan Perang Enam Hari dan mencaplok wilayah Palestina pada 14 Mei 1948 lalu.

Hingga kini, jutaan warga Palestina mengungsi ke berbagai wilayah di seluruh dunia, seperti Yordania, Suriah, dan Libanon, Arab Saudi, hingga Chile. 

Mereka menuntut hak untuk kembali ke tanah leluhur mereka. Namun, Israel menganggap perubahan demografis seperti itu berarti akhir dari negara Yahudi.

Warga keturunan Arab Israel berjumlah 17,5 persen dari total populasi penduduk di negara Zionis tersebut. Mereka merupakan warga asli Palestina yang tetap bertahan di tanah mereka pada 1948.

Sebagian besar dari warga Arab Israel mendukung perjuangan Palestina merebut kembali kemerdekaan dan wilayahnya selama ini.

"Peringatan Nakba menjadi sangat penting tahun ini, sebagai bentuk merespons dan menggagalkan kesepakatan Amerika Serikat abad ini," ucap seorang anggota parlemen Israel keturunan Arab, Ayman Odeh, seperti dilansir AFP.

Komentarnya pada rapat umum itu merujuk pada rencana perdamaian Palestina-Israel yang digagas AS. 

Palestina menolak proposal damai itu lantaran dianggap tak menyertakan solusi dua negara, yang selama ini dianggap sebagai jalan keluar konflik.

Yerusalem selama ini menjadi sumber utama konflik Palestina-Israel, di mana kedua pihak sama-sama mengklaim kota suci tiga agama itu sebagai Ibu Kota mereka. 

AS juga dianggap sangat pro-Israel dalam menjembatani perdamaian lantaran telah mengakui secara sepihak Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.