Banser Bukanlah Alat untuk Mempertahankan Kekuasaan Politik

 
Banser Bukanlah Alat untuk Mempertahankan Kekuasaan Politik

LADUNI.ID, Ketika menjadi Presiden RI, Abdurrahman Wahid atau yang akrab di sapa dengan Gus Dur, tidak mau menggunakan Nahdlatul Ulama (NU)  dan Banser sebagai alat untuk melindungi kekuasaannya.

Padahal ketika itu, di pertengahan Juli 2001, Gus Dur menghadapi serangan bertubi tubi dari lawan-lawan politiknya. Pada akhirnya Gus Dur ditumbangkan dan diganti dengan Megawati Soekarnoputri.

Mantan Jurubicara Presiden, Adhie Massardi, Gus Dur tidak mau melibatkan NU dan Banser karena kedua organisasi itu memang didisain tidak untuk urusan mempertahankan kekuasaan politik.

Saat itu, sambung Adhie saat berbicara di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, beberapa saat lalu, ada juga kalangan NU dan Banser dari berbagai daerah yang ingin datang ke Jakarta untuk memberikan dukungan politik kepada Gus Dur.

“Ini urusan politik. Dan politik itu urusan saya,” kata Gus Dur menolak kehadiran NU dan Banser, seperti ditirukan Adhie.

Kisah ini, menurut hemat Adhie, mestinya menjadi pedoman bagi kalangan NU dan Banser dalam menyikapi situasi yang berkembang pasca pemberian suara tanggal 17 April lalu.

“Ini persoalan pilpres yang menimbulkan polemik, menimbulkan ketidakpuasan karena adanya dugaan kecurangan,” kata Adhie Massardi lagi.

Adhie mengatakan, di pertengahan 2001 itu, dirinya sempat diperintahkan Gus Dur untuk menghubungi Ketua Umum GP Anshor Saifullah Yusuf agar tidak melibatkan diri dalam urusan politik yang sedang terjadi di Jakarta. 

“Saya yakin Banser tidak akan ikut karena ini memang bukan ranahnya  dia (Banser). Saya sudah jelaskan ke teman-teman Banser bahwa ini bukan ranahnya Banser. Memang Kiai Ma’ruf sesepuh kita, tetapi kan dia maju bukan utusan dari NU. Jadi tidak ada kewajiban bagi NU untuk membela mati-matian,” kata Adhie.

Adhie juga mengungkapkan bahwa dirinya juga menjelaskan kepada teman-temannya di Banser bahwa konflik politik yang terjadi sekarang ini adalah persoalan pemilu, persoalan politik.

“Gus Dur saja yang dulu pemimpin NU, saat disingkirkan Megawati juga tidak minta tolong NU. Jadi NU itu tidak boleh ikut-ikutan. Kenapa sekarang harus ikut-ikutan dan ini tidak ada alasan,”

Jadi kalau ada apa-apa dengan paslon 02 maka biarlah mereka memakai jaringannya, seperti Projo dan relawan Jokowi lainnya. suruh aja mereka yang maju, kenapa harus Banser.

“Karena selama ini yang lebih banyak bergerak di kubu 01 itu adalah geng Projo dan dan relawan-relawan Jokowi. Jadi saya bilang kepada teman Banser, kenapa ketika berhadapan situasi politik dengan rakyat harus Banser yang maju, biarlah relawan-relawan Jokowi yang duduk di komisaris-komisaris BUMN itu,” kata Adhie.